REFORMASI SOSIAL (Kuliah Sosiologi Pendidikan)

Download Report

Transcript REFORMASI SOSIAL (Kuliah Sosiologi Pendidikan)

Ravik Karsidi
2013


Menurut Ivan Illich dan Paulo Freire perlu
penghargaan terhadap harkat dan nilai manusia
secara individual serta hasrat untuk
membebaskan manusia dari lingkungan yg
menjajah dan mengeksploitasinya.
Illich mengharap perlu terjadinya suatu revolusi
kebudayaan, dan ia yakin bahwa dengan hanya
perbaikan terhadap sistem sekolah yang formal
tidak akan menimbulkan regenerasi masyarakat
yg diinginkanya.
Menurut Illich, ia sangat mencela terhadap khususnya
peranan tradisional seorang guru karena guru lebih
menempatka diri sebagai “pengajar”.
 Penghargaan yg berlebihan pada ijazah dan piagampiagam tanda lulus, pengakuan hak tunggal
pendidikan oleh sekolah-sekolah, kecenderungan
untuk “menyamakan/mengukur sesuatu dengan
belajar di sekolah, pencapaian suatu tingkat
pendidikan tertentu, menganggap ijazah sebagai yg
menentukan kemampuan dan kelancaran berbicara
merupakan sesuatu yang harus diubah”


Illich menganjurkan sebagai pemecahan
masalah ini suatu “kebalikan dari sekolah”
atau desschooling yaitu para pelajar akan
mengadakan hubungan-hubungan baru
dengan lingkunganya dan memilih sendiri
apa dan dari siapa mereka ingin belajar.

Sedangkan menurut Paulo Freire para pelajar
harus dimerdekakan dari penindasan para
guru tradisional (yang hanya mengajar),
dengan pengembangan suatu gaya mengajar
yg pada dasarnya membebaskan individu
pelajar.

Freire berpendapat struktur kelas pada
masyarakat dewasa ini tidak mendorong atau
melengkapi mereka yg miskin untuk
mengetahui dan merespon kenyataan konkrit
dunia mereka. Mereka yg tertindas ditahan
tetap terperangkap dalam situasi yang tidak
mungkin terjadi perkembangan “kesadaran diri
kritis” (critical self awareness) dan responsif.
Keadaan ini disebutnya “budaya diam” (culture
of silence) dari mereka yang dikebiri hakhaknya.

Sumbangan utama Freire dalam bidang
pendidikan adalah konsep “conscientizacao”
(penyadaran), Sekolah gagal membangkitkan
: analisa kritis terhadap kenyataan dialog
yang bercirikan mendorong perasaan antara
murid dan guru untuk mengembangkan
kemanusiaannya

Suatu pendidikan yang membebaskan
haruslah meniadakan anasir-anasir yang
menimbulkan pemisahan antara segolongan
manusia yang mempunyai kedudukan
terhormat dan berkewenangan atau pihak
“penindas” dengan segolongan manusia lain
dalam kedudukan ketergantungan pada
orang lain dan kurang dianggap berharga,
atau pihak yang “ditindas”

Freire juga memperkenalkan konsep “praxis”
(refleksi-kegiatan-refleksi) sebagai fungsi
manusia yg sesungguhnya : manusia (pria
dan wanita) bukanlah obyek-obyek untuk
dimanipulasikan, tetapi merupakan subyeksubyek berdaya cipta yang memiliki
kemampuan untuk menelaah dengan kritis,
berinteraksi dan mengubah dunianya.
Sang guru mengajar dan para pelajar diajar
Sang guru mengetahui segalanya dan para pelajar tidak
mengetahui apa-apa
3.
Sang guru berpikir dan pelajar dipikirkan
4.
Sang guru berbicara dan para pelajar mendengarkan-dengan
patuh
5.
Sang guru menertibkan dan para pelajar ditertibkan
6.
Sang guru menentukan pilihan dan menerapkan pilihannya itu,
dan para pelajar mengalah
7.
Sang guru bertindak dan para pelajar merasa seolah-olah
bertindak melalui kegiatan gurunya itu
8.
Sang guru menentukan ini pregram dan para pelajar (yang tidak
diajak berunding) menyesuaikan diri dengan program itu
9.
Sang guru menyamakan kewibawaan ilmu pengetahuan dengan
kewibawaannya sebagai guru, dan menempatkannya berlawanan
dengan kemerdekaan para pelajarnya
10. Sang guru merupakan subyek dalam proses belajar, sedangkan
para pelajar sekedar obyek
1.
2.
Problem Possing Education
Karena itu perlu diterapkan Konsep
“CONSCIENTIZATION” :
 Tak seorangpun dapat mengajar orang lain
 Tak seorangpun dapat belajar seorang diri
 Manusia belajar bersama, bertindak dan
berkenaan dengan dunia mereka
Terimakasih
12