METODE & METODOLOGI (Pencerahan Ortos Logos)

Download Report

Transcript METODE & METODOLOGI (Pencerahan Ortos Logos)

Wahyu Wibowo
[email protected]
Pelatihan Metodologi Penelitian
Kopertis Wilayah III Jakarta
Bogor, 29-31 Mei 2012
METODE, langkah
sistematis-praktis yang
digunakan dalam ilmuilmu tertentu;
proses/prosedur yang
sistematis berdasarkan
prinsip dan teknik ilmiah
yang digunakan suatu
disiplin untuk mencapai
suatu tujuan; cara kerja
ilmiah
Metodologi, bagian dari sistematika filsafat
yang mengkaji cara-cara mendapatkan
pengetahuan ilmiah; science of method;
fokusnya ilmu pengetahuan pada umumnya
(bukan ilmu tertentu); objek kajiannya
ilmu pengetahuan, sudut pandangnya cara
kerja ilmu pengetahuan; tujuannya
menganalisis cara kerja ilmu pengetahuan
yang sudah berlaku agar makin mantap.


Ilmu a posteriori
(“umum”), ilmu
pengetahuan yang
diperoleh dari
pengalaman inderawi;
bersumber pada
pengalaman dan
eksperimen.
[ILMU, bagian dari pengetahuan yang
terukur, tersistem; PENGETAHUAN,
keseluruhan pengetahuan yang berupa
common sense].


Ilmu a priori (“ide
bawaan/ruang-waktu”),
ilmu pengetahuan yang
bersumber pada akal itu
sendiri; kebenarannya
tidak dapat ditemukan dan
dikembalikan pada data
empiris, selain pada akal.
{Yang harus selalu kita ingat: ILMU
ADALAH CIPTAAN ORANG EROPA
DAN KOLONI-KOLONI
KULTURALNYA; di dalamnya ada proses
pencapaian dominasi atas bangsa yang
lemah}
Proses untuk mengetahui dan menghasilkan sesuatu disebut pengetahuan. Pengetahuan
yang menuruti norma-norma keilmuan hasilnya disebut ilmu pengetahuan dan
kebenarannya disebut kebenaran ilmiah. Ilmu, dengan demikian, adalah pengetahuan yang
lebih praktis, sistematik, dan metodik tentang kebenaran umum. Pada mulanya ilmu
pengetahuan hanya satu, yakni filsafat, karena di dalam filsafat terkandung segala macam
jenis objek materi ilmu pengetahuan.

Pada abad 16-17 timbul semangat
Renaissance (kembali manusia menjadi
beradab). Para sarjana humanis Italia
mengedit, menerjemahkan, dan
menerbitkan teks Latin dan Yunani perihal
bidang-bidang ilmu. Di Jerman tumbuh
pertambangan dan perdagangan
(Gutenberg). Di Spanyol dan Portugis
dimulai penjelajahan (Colombus), muncul
pula astronomi (Copernicus), anatomi
(Vesalius), aljabar (Cardano), teleskop
(Galilei), Machiavelli (negara otokratis),
Gilbert (kompas), Kepler (orbit), Harvey
(sirkulasi darah), Paracelcus (kimia plus
kedokteran, agama, mistik, dan sosiologi).
Juga “lahir” Descartes (rasionalisme),
Bacon (induktif modern), Lock
(empirisme).


Pada akhir abad 17 di Inggris muncul semangat Aufklarung, pencerahan,
enlightment, “mencari cahaya baru dalam rasio”. Muncul pula semangat
mengoreksi rasionalisme dan empirisme. Terbit untuk pertama kali
Encyclopaedia Britanica (1768). Juga terjadi perumusan kembali secara
radikal objek, metode, dan fungsi-fungsi pengetahuan alam;
Pada abad ke-19 di Inggris lahir pemikiran POSITIVISME (Auguste
Comte), yang merupakan perkembangan empirisme Inggris,
yang berprinsip “yang diketahui saja yang faktual, positif, dan
objektif”. Positivisme, yang 1ahir karena gelombang optimisme
kemajuan umat manusia sehubungan iklim kultural masa-masa
Revolusi Industri di Inggris abad ke-18, menegaskan bahwa
puncak pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu positif alias sains
(dan teknologi), karena hanya fakta-fakta di dalam ilmu itu sajalah
yang dapat diverifikasi dan diukur secara ketat. Bagi positivisme,
ilmu pengetahuan haruslah memiliki prinsip umum yang sama
bagi pemandu perilaku manusia. Jargon positivisme, savoir pour
prevoir, prevoir pour pouvoir, dari ilmu muncul prediksi dan dari
prediksi muncul aksi.


Pada akhir abad ke-19, FENOMENOLOGI menjadi “bintang baru” di kalangan
ilmuwan sosial dan humaniora. Kalangan ini menamakan dirinya KELOMPOK
KUALITATIF dan bertujuan mengoreksi metode kuantitatif (positivistikempirisme). Pijakan prinsip dasar kelompok ini adalah fenomenologi
(Husserl), yang menekankan bahwa apa pun yang tampak adalah ilmu
pengetahuan, termasuk “menampak manusia” yang tidak mungkin dilakukan
secara kuantitatif;
Pada awal abad ke-20, nama-nama Wittgenstein, Popper, Kuhn, Feyerabend,
dan Rorty dikenal sebagai ilmuwan kritis “pendekar “antipositivisme”.
Prinsip umum mereka, fakta tidaklah bebas karena bermuatan teori (fakta
selalu dipahami dalam kerangka teoretis tertentu); fakta sarat dengan nilai;
tidak satu pun teori yang sepenuhnya dapat dijelaskan dengan bukti empirik
(selalu ada anomali), itu sebabnya kerangka teori sebagai langkah persiapan
harus ditolak (perumusan masalah vs hipotesis); adanya interaksi yang
niscaya antara subjek dan objek penelitian. Penelitian kualitatif disebut
juga penelitian ekspresif, humanistik, ekologis, hermeneutika, studi kasus,
interpretatif, dan deskriptif-kualitatif.



Kita bebas memilih dan menggunakan metode apa pun
asalkan kita memahami hakikat/paradigma metode
tersebut. Paradigma adalah kerangka referensi, episteme,
atau struktur kognitif fundamental yang ada dalam diri
seseorang;
Tanpa memahami paradigma suatu metode, kita dikatakan
melakukan kekeliruan epistemologis. Pasalnya, tidak
mungkin melihat ilmu sosial dan humaniora dari perspektif
ilmu pasti/alam, karena ilmu pasti/alam bertujuan
menemukan hukum-hukum yang akan diformulasikan
dalam suatu teori yang komprehensif tentang dunia,
sementara manusia sendiri adalah makhluk yang memiliki
kehendak bebas, sehingga perilakunya tidak mungkin
bisa direduksi ke dalam suatu penjelasan yang
deterministik;
Artinya, sebagai ilmuwan jadilah ilmuwan yang berpihak
pada etos LOGOS ORTHOS (kebenarannya tepat dan
bernalar).


Kebenaran korespondensi (pernyataan sepadan
dengan kenyataan), koherensi (sistem idenya
koheren), pragmatis (pemecahan masalah yang
memuaskan bagi pihak yang berkait),
performatif/redudansi (bila pernyataan tertentu
disetujui kebenarannya);
Komponen ilmu pengetahuan: adanya problem
(komunikatif & metodik); sikap ilmiah (“curiga”,
spekulatif, sementara), metode (selaras dengan
paradigmanya), aktivitas (otoritas keilmuan),
simpulan (mencuatkan suatu penemuan “baru”),
dan efek (aspek aksiologis, misalnya adakah
efeknya terhadap perkembangan teknologi).

Dari uraian
sebelumnya, patut
pula
digarisbawahi, apa
pun jenis
penelitian yang
kita lakukan, kita
tidak dapat
melepaskan diri
dari KEMAMPUAN
BERBAHASA.
Bahasa hanya dapat dipahami dalam format bentuk-bentuk
kehidupan yang merupakan konteks bagi pemakaian bahasa itu
 Mengapa
meneliti secara kualitatif? Sifat
masalah itu sendiri yang mengharuskannya
demikian (“pengalaman Densus 88”), dan
tujuan penelitian itu sendiri yang memang
dalam rangka memahami apa yang
tersembunyi;
 [Realitas
sosial tidak tunggal,tapi unik
dan kontekstual; realitas sosial
tercermin dari pola perilaku dan
transformasi individu terhadap alam dan
kehidupannya].




Penelitian KUALITATIF, penelitian yang dilakukan melalui
paradigma (bukan menekankan rigoritas: sahih dan internal,
melainkan relevansi: signifikansi dari pribadi terhadap
lingkungan senyatanya), strategi (kegiatan terencana dalam
rangka melihat makna/data-dalam), dan implementasi model
kualitatif (interviu, konstruktivis, postmo) => (s) grounded +
(m) interviu; (s) etnografi + (m) konstruktivis;
Bagi penelitian kualitatif, model memiliki ciri umumnya: fokus
pada tujuan dan permasalahan, memiliki konsep teoretik,
memiliki strategi penelitian;
Bagi penelitian kualitatif, teori adalah konsep/konstruk yang
digunakan untuk melihat fenomena secara sistematik;
Hasil penelitian kualitatif berupa deskripsi tentang ungkapan
bahasa atau tindak tutur seorang individu, suatu kelompok, atau
organisasi tertentu dalam konteks tertentu;
 PERUMUSAN
MASALAH, persepsi
peneliti terhadap adanya masalah (das
sein vs das sollen); sifatnya tentatif;
 Di dalam penelitian kualitatif masalah itu
sendiri disebut fokus, yang ditetapkan
ketika peneliti sudah “tercebur” ke
dalam situasi penelitian;
 Pemanfaatan fokus memungkinkan
peneliti dapat (1) membatasi kajian/studi
dan (2) menyaring data.
 Merumuskan
masalah...caranya?
 Lakukanlah pertanyaan khusus: Mengapa
sinetron dalam kebanyakan TV kita
menyuguhkan adegan kekerasan dan
seksualitas?
 Lakukan sejumlah pertanyaan lanjutan
bertalian dengan pertanyan khusus, yang
mesti diarahkan pada fokus kajian/studi
si peneliti (silakan, coba sendiri....).


Simak dan berilah penilaian:
Kajian ini penting dilakukan karena beberapa alasan. Pertama,
sampai sejauh ini masih belum ada penelitian dengan perspektif
psikologis yang dapat menjelaskan tentang fenomena
ketidaktertarikan perempuan dalam kepeminpinan politik. Oleh
karena itu, studi eksploratif tentang psikologi perempuan yang lebih
didasarkan pada realitas masyarakat Minangkabau sangat
dibutuhkan. Kedua, di dalam ilmu politik pun sejauh ini belum ada
pemikiran politik yang mengungkapkan realitas perempuan di
masyarakat Minangkabau. Ketiga, tradisi berpikir akademisi ilmu
politik di kawasan Asia termasuk Indonesia, banyak dipengaruhi
oleh dunia Barat yang tidak atau belum memasukkan ideologi
gender, tidak memanipulasi perempuan tetapi juga tidak
melibatkannya. Ada kecenderungan kemudian bahwa konstruksi
berpikir tersebut tidak relevan jika diterapkan di Asia termasuk
Indonesia. (Nurwani Idris, “Perempuan Minangkabau dalam
Politik”, jurnal Humaniora, vol.22, 2 Juni 2010; h.164).


Simak dan berilah penilaian:
Untuk menganalisis kinerja perusahaan maka dilakukan serangkaian
analisis terhadap laporan keuangan. Dalam analisis data tidak
semua teknik analisis laporan keuangan dipergunakan, hal tersebut
mengacu pada apa yang telah dijelaskan sebelumnya dalam
landasan teori bahwa teknik analisis laporan keuangan memang
bermacam-macam, namun pada intinya adalah mencari hubungan
antara satu pos dengan pos lain yang terdapat dalam laporan
keuangan, di mana dengan mengetahui hubungan antara satu pos
dengan pos yang lain, maka dapat dievaluasi hasil kinerja di masa
lampau dan dapat diperkirakan potensi kinerja perusahaan untuk
masa yang akan datang. Analisis kinerja perusahaan menggunakan
rasio-rasio keuangan seperti rasioa likuiditas, leverage, aktivitas,
profitabilitas, dan rasio penilaian pasar. (Dewi Rahayu, “Valuasi
Sahan PT Energi Mega Persada Tbk. dengan Metode FCFE”, Jurnal
Akuntansi, vol.4, April 2007; h.56).


Simak dan berilah penilaian:
Metode pengukuran kualitas pelayanan yang
paling sering digunakan yaitu Metode SERVQUAL
yaitu menilai kualitas pelayanan suatu penyedia
jasa berdasarkan lima dimensi kualitas jasa yang
sering disebut Q-RATER. Q-RATER tersebut
yaitu....(Rini Alfatiyah, “Analisis Kualitas Jasa
Periklanan pada Media Cetak yang Efektif untuk
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pelanggan”, 60
Karya Unggulan untuk Bangsa, 60 Tahun ISTN,
Jakarta: ISTN, 2010; h.175).


Simak dan berilah penilaian:
Blocking Probability (Pb) pada FCA akan menjadi
parameter yang dianalisis melalui simulasi. Pb
merupakan peluang suatu panggilan diblok atau tidak
dilayani oleh sistem, akibat tidak adanya kanal yang
tersedia, dibandingkan dengan seluruh panggilan
yang datang pada sistem. (Syamsul El Yumin,
“Perancangan Kanal Tetap pada Beban Trafik
Maksimum dengan Blocking Probability 2% untuk
Komunikasi Bergerak HAPS”, 60 Karya Unggulan
untuk Bangsa, 60 Tahun ISTN, Jakarta: ISTN, 2010; h.1).
Tips...







Metode: paradigma penelitian;
Metode analisis data: teknik penelitian;
Metode pelaksanaan penelitian: metode penelitian;
Model penelitian: paradigma + metode pelaksanaan penelitian
(contoh: kualitatif + model studi kasus. Pilihan terhadap model ini
memengaruhi teknik penelitiannya sehubungan dengan relevansi
alat/instrumen penelitian);
Analisis: proses mengatur urutan data (klasifikasi, organisasi, dan
menyajikan data melalui suatu metode, model, dan teknik
penelitian);
Pembahasan: upaya peneliti dalam memberi makna pada hasil
analisisnya dengan berpijak pada teori dan metode lain yang
relevan);
Hasil pembahasan: hasil diskusi dan hasil penafsiran peneliti
dengan berpijak pada pembahasan dan dengan merelevansikannya
dengan kondisi terkini (dimungkinkan muncul penemuan baru).

Wahyu Wibowo lahir di Jakarta, 8 Maret
1957; tim narasumber Pelatihan
Penulisan Artikel Ilmiah untuk Dosen
se-Indonesia, DP2M Ditjen Dikti (sejak
2004); reviewer Program Hibah Buku
untuk Dosen, DP2M Ditjen Dikti (sejak
2005); reviewer Program Penulisan
Naskah Buku Ajar, DP2M Ditjen Dikti
(sejak 2005); tim narasumber Pelatihan
Metodologi, Kopertis III Jakarta (2010)
reviewer Hibah Penelitian Dosen Muda,
Kopertis III Jakarta (2010); penulis 28
judul buku; doktor filsafat UGM
Yogyakarta; dekan pada Fakultas
Bahasa dan Sastra Universitas Nasional,
Jakarta.