sk. dirjen peternakan no: 777/kpts/djp/deptan/1982

Download Report

Transcript sk. dirjen peternakan no: 777/kpts/djp/deptan/1982

Peternak
• Pola penggembalaan, semi intensif
• Skala kecil, basis produksi rumahtangga, usaha sampingan,
teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produksi
bervariasi.
• Pengetahuan otodidak turun temurun
• Pekerjaan beternak sebagai pilihan terakhir
• Kurang terdidik
• Kelemahan akses aspek ekonomi :
(a) tidak ada orientasi ke depan,
(b) tidak ada growth philosophy,
(c) kurang ulet,
(d) bersifat retreatisme/berpaling ke akhirat,
(e) lamban merespon kesempatan ekonomi.
Pembina teknis





Kualitas dan kuantitas belum memadai
Sebaran tidak merata, daya jangkau rendah
Rendahnya kesadaran akan pentingnya kearifan lokal (pakan)
Otda  profesionalisme rendah
Rumitnya aspek administrasi
Petugas teknis reproduksi (PKB dan IB)
S/C 1,86 – 1,49
Semen BIB Lembang,
Program pelatihan Inseminator  keberhasilan IB
Petugas/kader IB perlu dibekali keahlian lain (pakan, kesehatan,
peluang memperoleh insentif)
 Peningkatan populasi sebanding dengan peningkatan insentif
inseminator
 Kemampuan menahan penjualan betina hasil IB




Pasokan pakan
 Berkembangnya kawasan peternakan sapi potong  pola
pemeliharaan semakin intensif
 Peningkatan kebutuhan pakan, kuantitas, kualitas dan
kotinuitas
 Peningkatan lahan pangonan, penggembalaan, daerah aliran
sungai, perkebunan, kehutanan
 Teknologi pengawetan hijauan, hay, silage, fermentasi dll.
 Diseminasi inovasi melalui pendekatan tekno-sosio-ekonomi 
rekayasa social
Pasokan Sapi





Ketergantungan impor sapi dan daging
Perlu upaya pembibitan di Jabar
Pertumbuhan pembibitan harus > pertumbuhan pemotongan
Pencegahan penjualan betina keturunan IB
Pasokan bibit hasil IB dari Jateng
Straw semen
 Penyebaran melalui dinas peternakan
 Untuk lokasi terpencil/terisolir, kelancaran terhambat,
pengaturan pengadaan tidak efektif
 Berkurangnya kemampuan pemerintah untuk, subsidi straw
semen
Penyediaan obat-obatan
 Kebutuhan obat cacing dan vitamin
 Vaksin disediakan pemerintah
 Peternak rakyat 87.490 orang (r = 12,01%)
 Intensif skala 2-5 ekor; semi intensif < 10 ekor
 Ekstensif /digembalakan  perkawinan IB dan alam  S/C
rendah  perlu pejantan unggul
 Program IB terprogam untuk mencegah inbreeding
 Pendapatan peternak rakyat rendah, tidak berorientasi komersil
Masalah:
 Produktivitas rendah; CI tinggi, pubertas lambat, angka
kematian pedet tinggi
 PBB relative rendah (0,2-0,4 kg/ekor/hari)  bibit, pakan,
penyakit, manajemen
 Insentif ekonomi rendah (negative)  minat pembibitan jadi
rendah
 Sumberdaya yang tersedia belum dimanfaatkan secara optimal
 Tergantung preferensi konsumen
 60% prod daging diserap pengusaha baso
 Kelembagaan peternak  produsen, bandar, pemotong
(konsumen jagal)
 Pasar cenderung monopsoni atau oligopsoni
SUB SISTEM PENDUKUNG





Infrastruktur jalan
Infrastruktur komunikasi
Kapasitas kelembagaan (teknologi, modal posisi tawar di pasar)
Kelembagaan kelompok  inovasi teknologi  LKM-UP
Tingkat penerapan teknologi  IB, pakan
SASARAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
PETERNAKAN SAPI POTONG
Mendorong agribisnis peternakan sapi potong yang berdaya saing,
dengan penguatan pada sektor bibit dan pakan
Kebijakan Strategis
 Penguatan pasokan dan peningkatan produktivitas
potong
bibit sapi
 Penguatan penyediaan kuantitas dan kualitas pakan
 Penataan pasar sapi potong dan pengembangan pasca panen
1. Memperbesar kemampuan lokal Jawa Barat dalam
penyediaan bibit sapi potong
2. Memperbesar kemampuan penyediaan pakan untuk
mendukung peningkatan populasi dan produksi sapi
potong
3. Mendorong perkembangan sektor agribisnis hilir sapi
potong
 MENIMBANG :
Pelaksanaan SK Mentan No. 406/Kpts/Djp/Deptan/1980.
 MENGINGAT : 1. UU No. 6 tahun 1976
2. PP no 15 tahun 1977
3. … dst
 MENETAPKAN : … dst
 Tidak bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan umum.
 Tidak berada di tengah pemukiman. Jarak dengan pemukiman >
250 meter, jarak dengan peternakan lain > 25 meter.
 Memperhatikan topografi, tidak mencemari lingkungan daerah
sekitarnya.
 Pagar pembatas tinggi > 1,75 meter.
 Pagar batas keliling > 4 jalur kawat polos/berduri, dengan tiang
kayu/beton.
 Pagar batas tidak boleh dialiri listrik. Pagar di dalam boleh
dialiri listrik berkekuatan lemah dengan ijin PLN.
 Kandang penanganan (cattle yard) + crush dan rase untuk
ranch dan kandang untuk penggemukan.
 Kandang isolasi dan kandang karantina
 Gudang pakan, alat-alat, pupuk.
 Kantor + kamar obat-obatan dan keswan.
 Kandang penanganan dan isolasi harus memperhatikan
topografi.
 Kandang penggemukan harus memenuhi persyaratan.
 Bibit harus baik dan berasal dari daerah bebas penyakit
menular.
 Bibit dari LN harus seijin Ditjen Peternakan.
 Ternak baru harus masuk karantina > 14 hari.
 Perusahaan pembibitan mengikuti petunjuk, pengarahan dan
pengawasan Ditjen Peternakan / Dispet setempat.
PENYEDIAAN AIR, PAKAN DAN LAHAN
 Air Tersedia cukup utk ternak, kebersihan dll
 Hijauan tersedia cukup (dari kebun sendiri
sebagian/seluruhnya)
 Konsentrat cukup tersedia ( dari pabrik pakan/buat sendiri)
 Wajib menyediakan lahan sesuai kebutuhan
 Status lahan jelas sesuai peraturan perundang-undangan
 Lokasi tidak mudah dimasuki binatang liar.
 Wajib melakukan desinfeksi, penyemprotan insektisida, dan
hama lain.
 Wajib melakukan pembersihan, pencucian, pencucihamaan.
 Karyawan tidak menularkan penyakit dari satu kandang ke
kandang yg lain.
 Orang lain tidak keluar masuk kandang.
 Ternak sakit, mati tidak boleh keluar komplek peternakan,
kecuali untuk diagnosa  bakar, musnahkan, kubur.
 Wajib vaksinasi  kartu kesehatan.





Memiliki sertifikat bebas Brucellosis
Wajib uji Brucellosis
Sertifikat dikeluarkan oleh Ditjen Peternakan
Sertifikat berlaku 2 tahun
Biaya dibebankan kepada perusahaan
 Ternak + antibiotik baru dapat dikonsumsi setelah > 14 hari
 Ternak + hormon baru dapat dikonsumsi setelah > 3 hari.
 Wajib membantu pemerintah dalam pemberantasan dan
pencegahan penyakit
 Ternak sakit/dugaan sakit  lapor Dispet setempat
 Wajib mencegah erosi, menjaga kelestarian lingkungan,
penghijauan
 Mencegah polusi
 Memiliki bak pembuangan, pembakaran
 Memiliki septic-tank
 Mempertahankan kesuburan lahan
 Wajib membuat laporan tiap 6 bulan sesuai petunjuk Ditjen
Peternakan
 Wajib menerima, membantu petugas bimbingan dan
pengawasan.
 Perusahaan yang didirikan sebelum SK ini harus membuat
penyesuaian < 3 tahun.
 Bila melakukan pelanggaran  sanksi.

Bagaimana usaha peternakan sapi potong yang
ada di Jawa Barat pada umumnya dibandingkan
dengan
SK. DITJEN PETERNAKAN
NO: 777/KPTS/DJP/DEPTAN/1982

….. komentar…….