PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG UNTUK MENDETEKSI KELAINAN GIZI PADA

Download Report

Transcript PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG UNTUK MENDETEKSI KELAINAN GIZI PADA

Prof. dr. Rismawati Yaswir, SpPK(K)
Stres Metabolik
  Perubahan metabolisme didalam tubuh akibat
penyakit berat bila tidak diterapi dan penatalaksaan
nutrisi yang benar akan mengakibatkan
peningkatan mortalitas
Berdasarkan penyakitnya stres metabolik dibagi:
1. Stres metabolik umum
2. Stres metabolik khusus
Kurang kalori dan protein yang
sering terjadi pada pasien dengan
sakit berat, tidak hanya disebabkan
oleh penyakitnya tetapi  Akibat
pemberian nutrisi yang tidak
adekuat  ketidaktahuan atau
kurang perhatian dimana
kebutuhan nutrisi meningkat
akibat stres metabolik
Agar didapat dukungan nutrisi yang
adekuat penting dilakukan langkahlangkah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Penilaian status gizi untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Penilaian stres metabolik mengetahui perubahan metabolisme
akibat penyakitnya.
Pemantauan kebutuhan nutrisi dan metode pemberian.
Pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan perubahan
metabolisme.
Ekskresi Nitrogen Urea Urin (NUU)
Kadar Glukosa Darah
Asam Laktat Plasma
Glukosa Urin
Analisa Gas Darah
Benda Keton
Suatu penelitian mengatakan orang
dengan stres kronik  peningkatan
cortisol dalam serum  nanti akan
mengalami :
resistensi insulin
dislipidemia
hiperglikemia
obesitas abdominal
Pemeriksaan laboratorium yang
penting pada gangguan metabolisme
karbohidrat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pemeriksaan urin
Glukosa darah
Hb A1 C/ Hb A1 total
Fructosamin
Insulin/ Glukagon
C-peptide
Benda keton
Analisa gas darah
Pemeriksaan Urin
 Urinalisa
a. Protein: albumin
mikroalbuminuria < 60 mg%
Ada test rebus  urin 5 cc dipanaskan
Penilaian test rebus (protein):
 kekeruhan –
+
 kekeruhan seperti awan
++  kekeruhan seperti pasir
+++  kekeruhan seperti gumpalan
++++  kekeruhan seperti putih telur
b. Pemeriksaan reduksi
Test Benedict: 5cc benedict + 5-8 tetes urin,
dipanaskan sampai mendidih
dilihat perubahan warna
Penilaian test Benedict:
 warna hijau
+
 warna hijau endapan kuning
++
 warna kuning kehijauan
+++
 warna kuning keruh
++++  warna merah bata
 Sekarang ada test strip
BM test  test ini memang menilai pereduksi
(glukosa)
Beda dengan Benedict test ini tidak menilai
glukosa saja juga zat-zat pereduksi lain.
c. PH Urin
dengan kertas lakmus
Pemeriksaan urin harus dilakukan sesegera mungkin
kalau dibiarkan  akan menyebabkan negatif palsu
d. Keton bodies
Pemeriksaan benda keton biasa dilakukan pada DM berat
(apabila reduksi +++/++++)  berarti terjadi ketosis.
Test Rothera:
1. 5cc urin (harus urin segar karena aceton mudah
menguap) + 1 gr (sepucuk pisau) reagen Rothera  kocok
sampai larut.
2. Miringkan tabung, kemudian diteteskan 1-2 mL
amonium hidroxida pekat melalui dinding
3. Letakkan tabung dalam sikap tegak baca hasil setelah 3
menit
4. warna ungu kemerahan antara lapisan cairan + benda
keton
warna coklat  -
Pemeriksaan Glukosa Darah:
 Sampel
Plasma
Serum
Whole blood
 Darah
Kapiler
Vena
Arteri
Metode pemeriksaan:
1.Oxidation reduction methods
a. alkaline cufric reduction
folein we- Benedict
nelson somogyi
b. alkaline feric reduction
hagederen-Jensen
2.Enzymatic methods
a. glucose oxidase: colorimetric dan kinetic
b. hexokinase
 Ada yang pakai alat Point Of Care Testing = POCT
 Alat ini bisa penderita mengerjakan sendiri di rumah
 Interpretasi pemeriksaan gula darah:
Hiperglikemia bila gula darah puasa ≥ 126 mg/dL
Normoglikemia 90-110 mg/dL
Hipoglikemia 60 mg/dL
Normal
Impaired
DM
GDP < 110 mg%
110-126 mg%
≥ 126 mg%
GD2JPP < 145 mg%
140-200 mg%
> 200 mg%
Random
> 200 mg/dL
Oral Glucosa Tolerance Test (OGTT)
Dikerjakan untuk penderita yang hasil gulanya batas
normal tinggi atau sedikit meningkat.
Beberapa indikasi OGTT:
1. Ada riwayat DM dalam keluarga.
2. Ibu yang memiliki bayi lahir dengan BB 5 kg atau
lebih.
3. Obesitas
OGTT tidak dilaksanakan:
1. Gula darah puasa > 200mg%
2. Usia 60 tahun
Cara OGTT:
1. Pasien puasa 10-12 jam
2. Ambil darah puasa
3. Minum glukosa 75 gr
4. Ambil darah 2 jam setelah minum glukosa
5. Normal: apabila gula darah kembali normal setelah 2
jam, puncak gula darah pada ½ jam-1 jam
HbA1C atau HbA1 Total
 Untuk menentukan apakah gula darah penderita
tersebut terkontrol atau tidak terkontrol dalam waktu
3 bulan (120 hari sesuai dengan umur eritrosit)
 HbA1C atau A1C adalah komponen utama dari
hemoglobin glikat suatu bentuk ikatan non enzimatik
karbohidrat dengan hemoglobin.
Terbentuk dari glukosa yang terikat pada N valin ujung
rantai beta molekul hemoglobin pada keadaan
hiperglikemia.
 Penilaian HbA1C
seseorang prediabetes: HbA1C 5,7-6,4%
tidak diabetes
: HbA1C ≤ 5,5 %
diabetes
: HbA1C > 7%
 Keterbatasan pemeriksaan HbA1C
Anemia
Hemoglobinopathi
Biaya
 Keuntungan pemeriksaan HbA1C
Pasien tidak perlu puasa
Kestabilan praanalitik tinggi
Kurang fluktuasi hari ke hari selama sakit dan stres
 Kendala pemeriksaan HbA1C:
Bila pasien diperiksa di laboratorium berbeda dan metode
berbeda
Beberapa metode pemeriksaan HbA1C
 Metode affinity chromatographic
 Metode HPLC (High Performance Liquid
Chromatography)
 Metode elektroforesis
 Metode imunokimia
Fructosamin
 Ikatan protein dengan glukosa
 Masa paruhnya 1-3 minggu
 Pemeriksaan sulit
Insulin
 Dibentuk di sel beta pulau Langerhan pancreas
 Preproinsulin proinsulin insulin dan C peptide
 Metode pemeriksaan dengan RIA,ELISA dan EIA
C-peptida
 1 mol c-peptida= 1 mol insulin
 Masa paruh lebih lama
 Dilakukan untuk mengetahui defisiensi insulin
 Tidak terpengaruh dengan insulin exogen
Analisa Gas Darah
 Sampel adalah darah arteri dengan antikoagulan
heparin
 Hasil analisis gas darah pada diabetes adalah asidosis
metabilik
Asam Laktat Darah
 Indikator asidosis laktat, hipoksia, syok , dehidrasi
 Katabolisme sel dan akumulasi metabolit asam,
seperti asam laktat
 Asam laktat normal: 0,5-2,0 mmol/L atau 5-20 mg/dL
TERIMA KASIH