Transcript materi 13

DIABETES MELLITUS
RINI R. KADIR
A.DEFINISI DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit yang
di nyatakan dengan adanya hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang berkaitan dengan perkembangan
terjadinya komplikasi mikrovaskular (diabetes
nefropati, retinopati, dan neuropati) dan
makrovaskular (penyakit jantung koroner (PJ),
stroke, dan kaki diaberik). Penyakit ini di sebabkan
oleh adanya defisiensi insulin absolute, atau relative.
B.PATOFISIOLOGI
Sindroma DM terjadi sebagai akibat ketidak seimbangan
antara produksi atau pelepasan insulin di satu pihak dengan
faktor jaringan dan hormonal yang mengatur penggunaan
insulin di pihak yang lain. Adanya ketidak seimbangan inilah
yang keudian menyebabkan gangguan metabolism karbohidrat
(KH).
Pengaruh faktor jaringan terutama di pernkan oleh hati yang
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan akan
merubahnya kembali menjadi glukosa atau VLDL, jaringan
lemak (adiposa) yang menyimpan glukosa dalam bentuk
trigliserida dan merubahnya kembali menjadi glukosa dan
asam lemak bebas, jaringan otot yang menyimpan glukosa
dalam bentuk glikogen yang merubahnya kembali menjadi
glukosa pada saat di butuhkan, serta sel-sel otak ang
mengambil glukosa untuk keperluan metabolism sel.
Peran hormone yang mengatur kadar glukosa darah yaitu :
1. Insulin
Hormon ini di produksi oleh sel  pulau langerhans kelenjar pancreas.
Penurunan kadar darah akibat kerja insulin melalui mekanisme antara
lain : meningkatkan ambilan glukosa darah oleh jaringan otot dan lemak,
meningkatkan perubahan glukosa menjadi glikogen atau trigliserida
untuk di simpan, menghambat pembentukan glukosa di hati,
merangsang pembentukan protein dan merangsang pemecahan protein.
Sekresi insulin di rangsang oleh asam amino, asam lemak bebas, bendabenda keton, hormone glucagon, sekretin, obat seperti golongan sulfonil
urea dan antagonis  adrenergic. Sekresi insulin di hambat oleh keadaan
hipoglikemia, somatostati, obat antagonis  adrenergic, phenytoin,
phenothiazine, dan asam nikotinat.
2. Glukagon
Hormon ini di sekresi oleh sel  pulau langrhans kelenjar pancreas dan
berperan merangsang pemecahan glikogen
(glikogenolisis),glukoneogenesis, dan lipolisis di hati. Yang merangsang
sekresi glucagon antara lain : asam amino dan keadaan hipoglikemia.
3.Epinefrin
Hormon ini di sekresi oleh medulla adrenal. Hormon ini memecah
glikogen (glikogenolisis) otot dan hati menjadi glukosa.
4.Glukokortikoid
Hormon yang berasal dari korteks adrenal ini meningkatkan
glukoneogenesis, melalui peningkatan katabolisme protein di
jaringan, peningkatan asam amino oleh hati, serta merangsang
aktivitas enzim-enzim yang berhubungan dengan proses
glukoneogenesis.
5.Growth Hormone (GH) dan ACTH (Adrenocorticotropic Hormone)
Kedua jenis hormone ini di sekresi oleh kelenjar hipofisa pars
anterior. Sekresinya di rangsang oleh hipoglikemia. Hormonehormon ini mengurangi ambilan glukosa oleh jaringan dan
meningkatkan sekresi glukosa oleh hati, serta meningkatkan
hipolisis.
6.Hormon Tiroid
Hormon ini meningkatkan penyerapan glukosa, merangsang
glikogenosis, dan meningkatkan degradasi insulin.
Karbohidrat yang berasal dari makanan, di dalam saluran cerna
di pcah menjadi monosakaida. Sebagian besar monosakarida (80
%) monosakarida adalah glukosa, yang kemudan di srap dan
masuk ke dalam saluran darah. Glukosa ini sebagian di simpan
dalam hati sebagai glikogen, sebagian lag masuk ke dalam sel
jaringan lain seperti otak, otot, dan jaringan lemak (adipose)
untuk di simpan atau di metabolism lebih lanjut untuk
mendapatkan energy.
Kelebihan glukosa dalam hati dan otot di simpan sebagai
glikogen (cadangan energy), sedangkan yang di dalam jaringsn
lemak sebagai trigliserida.
Peran insulin dalam metabolism ini penting yaitu mningkatkan
permeabiltas membrane sel sehingga glukosa bisa masuk intrasel,
selain itu merangsang aktivitas enzim-enzim ntrasl sehingga
glukosa di metabolism lanjut.
Pada keadaan kadar insulin cukup atau fungsi aktifitas
insulin tidak teganggu maka klebihan glukosa yang beredar
(setelah makan) segera dapat di rubah dan di simpan atau di
pakai untuk metablisme tubuh. Pada keadaan akibat salah satu
hal sehingga terjadi kekurangan insulin atau aktivitas biologic
insulin berkurang (misalnya karena ada inhibitor, dan lain-lain)
maka metablisme glukosa terganggu hingga timbul hiperglikemia.
Apabila kadar glukosa darah ini melebihi ‘renal threshold’
untuk glkosa maka glukosa berlebih ini di sekresi melalui urin
(glukosuria). Glukosa di sekresi bersama dengan H2O atau di uress
osmotic (osmotic dieresis) yang menyebabkan poliuria dan bila
berlebihan dapat terjadi dehidrasi. Sebagai akibat kehilangan air,
maka timbul rangsangan ke susunan saraf pusat hingga penderita
merasa haus dan ingin munum air terus atau polidipsi.
Kekurangan insulin menyebabkan kekurangan glukosa
intraseluler dan energy yang di butuhkan untuk proses metabolism
sel (seluruh tubuh) tdak dapat di peroleh dari glukosa (starvation in
plenty). Karena itu untuk memenuhi kebutuhan ini maka :
 Terjadi stimulasi ke SSP sehingga penderita merasa lapar terus
(polifagi)
 Terjadi pemecahan lemak trigliserida (lipolisis) dari jaringan
lemak (untuk menghasilkan asam lemak bebas) juga dari otot
(asam amino) untuk di jadikan sumber energy baru
(glukonegenesis). Lipolisis berlebihan mengakibatkan akumulasi
benda-benda keton dalam darah (ketosis) yang bersifat
menurunkan pH darah (ketoasidosis) atau terjadi asidosis
metabolic yang menyebabkan pernafasan kussmaul.
Dehidrasi yang berlebihan mengakibatkan hiperosmolality dan
bila terjadi dehidrasi sel otak mengakibatkan coma diabeticum.
C.DIAGNOSA DM
Diagnosis DMumumnya akan di perkirakan dengan
adanya gejala khas DM berupa : Poliuria, Polidipsia,
Polifagia, Lemas, dan Berat Badan Turun. Gejala lain yang
mungkin di temukan pasien adalah kesemutan, gatal, mata
kabur, dan impotensia pada pria, serta prunitus vulvae pada
pasien wanita. Jika ada keluhan dan gejala khas,di
temukannya pemeriksaan glukosa darah sewaktu (DGS)
yang > 200 mg / dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM.
Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat untuk
diagnosis klinis DM. Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah
meragukan, pemeriksaan TTGO di perlukan untuk
konfirmasi diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan
gangguan toleransi glukosa lainnya di periksa kadar glukosa
darah 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang-kurangnya di perlukan kadar glukosa darah pernah 2
kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan
yang berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada satu saat
pemeriksaan yang sama.
Cara pemeriksaan TTGO : (Menurut Konsensus Pengelolaan DM di
Indonesia 1993. Bahwa cara TTGO ini di ganti dengan pemeriksaan
glukosa darah 2 jam setelah makan atau 2 jam post prandial, GD 2 jam
saja).
 3 Hari sebelumnya makan seperti biasa
 Kegiatan jasmani cukup ( tidak terlalu banyak )
 Puasa semalam selama 10-12 jam
 Di berikan glukosa 75 gram yang di larutkan dalam air 250 mL dan di
minum selama / dalam waktu 5 menit
 Di periksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban
glukosa
 Selama pemeriksaan, pasien yang di periksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
D.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tentang persiapan penderita, cara pengambilan dan
pengiriman bahan pemeriksaan sama seperti terhadap
parameter pemeriksaan kimia klinik lainnya (faal hati,
ginjal, dll). Beberapa hal yang perlu di perhatikan adalah
pemeriksaan harus segera di lakukan setelah pengambilan
darah vena. Bila sampel darah di biarkan pada temperature
ruangan, maka kaglukosa darah akan menurun 5-10 %
untuk setiap 2 jam oleh karena metabolisme glukosa dalam
eritrosit masih berlangsung. Bila penderita sedang di infuse
misalnya larutan dextrose 5% dengan suplemen KCL, maka
pengambilan darah vena apalagi di sekitar tempat infuse
akan tidak mencerminkan kadar glukosa darah
sesungguhnya, di sini terjadi peningkatan kadar glukosa dan
kalium darah.
1.Pemeriksaan penyaring, perlu di lakukan pada kelompok
dengan risiko tinggi untuk DM, yaitu :
 Kelompok usia dewasa tua (>40 tahun)
 Kegemukan
 Tekanan darah tinggi
 Riwayat keluarga diabetes mellitus
 Riwayat kehamilan dengan BB bayi baru lahir >4000
gram
 Riwayat DM pada kehamilan (GDM)
 Dislipidemia
Pemeriksaan penyaring dapat di lakukan dengan
pemeriksaan GDS, dan bila hasil belum memastikan nanti di
ulang lagi dan dapat di sertai dengan pemeriksaan GD 2 jam
pp. Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan
pnyaringan negative, perlu pemeriksaan penyaringan ulang
tiap tahun.
2.Urinalisis : volume urin, BJ, glukosuria, pada keadaan berat
dapat di jumpa ketonuria.
3.Penetapan kadar glukosa darah (sudah di singgung di atas) :
GDS< GDP (puasa lbh dari 10 jam), GD 2 jam pp (nilai
bermakna bila jumlah makanan (KH) yang di namakan ssuai
dengan standar yaitu mengandung 100 gram KH, TTGO.
Metode pemeriksaan glkosa darah sebaiknya di pakai
metode enzimatik, seperti metode glukosa oksidasi (dengan
enzim glukosa oksidase) dan metode hexokinase sebagai
metode rujukan. Bahan pemeriksaan adalah darah vena
dengan antikoagulan NaF 4 mg/mL (plasma vena).
4.Kurva Glukosa Haian :
Pemeiksaan ini di pakai untuk menilai keberhasilan
pengobatan, untuk follow-up sebagai pgangan terapi.
Misalnya, di tentukan penetapan kadar glukosa darah puasa
pagi jam 08.00 lalu jam 11.00, dan jam 16.00.
5.Pemeriksaan Hemoglobin Glikat atau Gliko-Hemglobin (HbA1c)
Merupakan tolok ukur baru bagi status pengendalian
penderita DM. Molekul HbA1 adalah ikatan KH dengan Hb. Salah
satu fraksi diantaranya adalah HbA1c atau di singkat A1c yang
merupakan ikatan antara glukosa dan Hb. Kadar HbA1c
mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama 6-8 minggu
sebelumnya. Kadar normal : 4-6 % dari Hb total.
Kadar HbA1c memberikan gambaran mengenai status gula
darah selama beberapa waktu yang lewat sehingga dapat
memberikan informasi tambahan misalnya bila HbA1c tidak
tinggi, berarti peningkatan kadar glukosa darah baru saja terjadi.
Sebaliknya bila kadar glukosa daah tidak terlalu tinggi, tetapi
HbA1c tinggi, berarti penurunan kadar glukosa darah belum lama
terjadi, jadi control atau pengendalian belum baik. Status control
atau pengendalan glukosa darah yang baik adalah apabla kadar
glukosa darah mampu HbA1c ada dalam batas-batas normal.
Keadaan yang berpengaruh pada pemeriksaan HbA1c adalah :
hemoglobinopati, perdarahan / hemolisis, dan keadaan lain yang
di sertai penngkatan eritrosit muda.
6.Fruktosamin
Fruktosamin memberikan gambaran kadar gula darah
untuk jangka waktu 1-3 minggu sebelumnya. Pada orang
normal : 1,5 – 1,8 mmol/L. kadar >1,8 mmol/L menunjukan
hiperglikemia.
7.Pemeriksaan Insulin dan C-peptide
Pemeriksaan insulin telah dapt di andalkan bila
menggunakan teknik imunokimiawi melalui penggunaan
antibody monoclonal. Oleh karena itu melalui teknik ini
dapat di bedakan antara insulin yang aslnya endogen
(produksi pancreas) dengan insulin eksogen (pengobatan).
Pemeriksaan ini dapat bermanfaat dalam mengamat kasus
hipoglikemia, insulinoma (semacam tumor penghasil insulin
di pancreas), dan kasus resistensi insulin. Pemeriksaan Cpeptide lebih baik karena kadarnya lebih stabil dan dapat di
deteksi di darah dan urin..