Transcript MANAJEMEN 2

Oleh : Udi Panata
Moderator : DR.dr. Retnaningsih, SpS(K)-KIC
Diabetes
merupakan faktor resiko
Hiperglikemia juga bisa timbul pada
penderita stroke yang tidak mempunyai
riwayat diabetes melitus sebelumnya, yaitu
pada fase akut
Pengendalian kadar glukosa darah yang
ketat berkaitan dengan berkurangnya
angka kematian pada pasien stroke
Pada
iskemia fokal, glukosa darah harus
dinormalkan dengan insulin, tetapi
menghindari hipoglikemia, untuk
memperkecil daerah infark otak.
Terlepas dari waktu antara onset stroke dan
penilaian glukosa atau kondisi dimana kadar
glukosa darah dinilai, hiperglikemia
merupakan temuan yang paling sering pada
pasien stroke iskemik akut.
Hiperglikemia
di RS ± 2/3 pasien
dengan DM dan ±40% pada pasien
non diabetes, dengan keseluruhan
insiden hiperglikemia ± 50% pada
pasien stroke.
Kondisi tersebut dijumpai baik
perdarahan maupun stroke lakuner.
MACAM-MACAM
HIPERGLIKEMI PADA
STROKE AKUT
Pasien
stroke akut dengan hiperglikemia
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu;
Pasien yang mengetahui dirinya adalah
penderita diabetes melitus,
Pasien yang baru diketahui menderita
diabetes melitus pada saat itu,
Pasien dengan glukosa puasa terganggu,
Tanpa diketahui penyakit yang
mendasarinya, juga disebut sebagai “stress
hyperglycemia (reactive hyperglycemia)”.
3
mekanisme yang mungkin dapat
menerangkan hubungan besarnya
kerusakan akibat stroke dan derajat
hiperglikemia :
1. Hipoksia Jaringan Otak
2. Peningkatan kadar neurotransmitter
glutamate dan aspartat
3. Peningkatan kalsium intraseluler
EFEK HIPERGLIKEMIA TERHADAP
STROKE
Peningkatan
glukosa darah dalam 2X
pemeriksaan
kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah,
non puasa sekitar 180–300 mg/dl.
Pemeriksaan kimia darah lengkap, Gula darah
sewaktu: Gula darah dapat mencapai 250 mg
dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
kembali turun.
Hiperglikemia hebat : > 500 mg/dL.
Indikasi
pemberian insulin: stroke dengan DM
tipe 1 dan 2.
Tujuannya: glukosa darah < 140 mg/dl 
pemeriksaan berulang dan pemberian insulin
subkutan.
Glukosa > 200 mg/dl 2 kali pemeriksaan 
insulin intravena kontinyu.
Jadwal evaluasi kadar glukosa darah sangat
bervariasi dan harus disesuaikan dengan
kebutuhan penderita.
Sliding scale untuk pemberian insulin reguler
Apabila
kadar glukosa darah > 200 mg/dl dalam 2 kali
pengukuran berturut-turut  insulin intravena kontinyu,
pemantauan glukosa darah/jam.
Sumber glukosa kontinyu (enteral maupun parenteral).
Pemberian insulin intravena
Setelah
kadar glukosa darah stabil
dengan insulin sliding scalle atau infus
kontinyu maka dimulai pemberian
insulin reguler subkutan (fixdosed).
Selama pemberian infus insulin secara
kontinyu, maka kemungkinan
hipokalemia harus diperhatikan dan
jika terjadi maka harus dikoreksi
Apabila
terjadi hipoglikemia
(GD < 60 mg/dl) hentikan drip insulin dan
berikan D50% 25 ml atau setengah
ampul (pasien sadar) dan 50 ml atau 1
ampul (pasien tidak sadar).
Periksa ulang glukosa darah setiap 20
menit dan berikan D50%  ½ ampul
apabila glukosa darah < 60 mg/dl.
Kontrol
glikemik pada stroke dengan
hiperglikemi yang efektif dilakukan di ICU
karena efek hipoglikemi yang dapat terjadi
meskipun dalam monitoring yang ketat.
Hiperglikemi pada stroke menyebabkan
angka kematian tinggi serta waktu
perawatan lebih lama.
Manajemen terapi yang tepat pada pasien
stroke dengan hiperglikemi mempunyai
kontribusi yang besar terhadap
keselamatan pasien.
Prognosis
pada stroke AKAN SEMAKIN BURUK
DENGAN ADANYA HIPERGLIKEMIA, DIMANA
kerusakan jaringan otak diperberat oleh
peningkatan kadar glukosa darah, sehingga
menimbulkan MASALAH masa perawatan
YANG LAMA dan angka kematian yang tinggi.
MESKIPUN tgc (Thigt glikemic control) terbukti
meningkatkan risiko pasien mengalami
hipoglikemia, dan hasil klinis yang buruk, Pada
pasien dengan stroke iskemik dan
hiperglikemia yang bersamaan, TGC tetap
menjadi pengobatan yang potensial yang
dapat meningkatkan prognosis klinis pasien