PENYAKIT PADA SAPI PERAH Drh. Imbang Dwi Rahayu, MKes. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Download Report

Transcript PENYAKIT PADA SAPI PERAH Drh. Imbang Dwi Rahayu, MKes. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PENYAKIT PADA SAPI
PERAH
OLEH :
Drh. Imbang Dwi Rahayu, MKes.
imbang.staff.umm.ac.id
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MASTITIS
•
•
•
•
Radang ambing pada sapi perah
Disebabkan kuman
2 macam jenis mastitis : klinis dan subklinis
Kuman penyebab telah resisten thd tetrasiklin (37,46%),
ampisillin (25%) dan gentamisin (21,87%) (Salasia dkk,
2005).
• Kerugian : menurunkan produksi air susu, meningkatkan
ongkos perawatan, pengobatan, meningkatkan air susu
yang terbuang, meningkatkan penggantian sapi, pedet
mati/tumbuh lambat.
FAKTOR -2 MASTITIS
FAKTOR KUMAN
•
•
•
Jenis : Streptococcus agalactiae, Str. Disgalactiae, Str.
Uberis, Str.zooepidemicus, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Enterobacter aerogenees dan
Pseudomonas aeroginosa
Jumlah dan keganasan
Kuman masuk melalui lubang keluar susu pd puting
(spincter), beberapa saat setelah pemerahan, karena
saat itu spincter masih terbuka, sel darah putih,
antibodi juga habis, ikut terperah.
FAKTOR -2 MASTITIS
FAKTOR TERNAK
• Bentuk ambing yg terlalu menggantung
• Puting dengan spincter kendur, lubang puting terlalu
lebar
• Letak kuartir : kiri belakang (34,3%), kanan depan
(30,1%)
• Umur
• Produksi
• Bangsa : sapi persilangan lebih besar drpd sapi lokal.
GEJALA MASTITIS
• AKUT : kebengkakan ambing, panas saat diraba,
rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya
fungsi. Air susu berubah sifat, seperti : pecah,
bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel
maupun gumpalan protein. Ternak masih mau makan
dan suhu tubuh masih normal.
• KRONIS : infeksi berlangsung lama, dari suatu
periode laktasi ke periode berikutnya. Proses
berakhir dengan atropi kelenjar mammae.
PENCEGAHAN
• Dipping puting setelah pemerahan dengan
antiseptik : alkohol 70 %, Chlorhexidine 0,5%,
kaporit 4% dan Iodophor 0,5 – 1%, biosid 3000
IU (3,3 mililiter/liter air).
• Air susu pancaran pertama saat pemerahan
ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada
tidaknya mastitis.
Pengobatan Mastitis
• Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol
• Desinfeksi puting dengan alkohol dan infusi
antibiotik intra mamaria
• Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin,
dexamethasone dan antihistamin
• Streptococcus sp masih bisa diatasi dengan
penicillin, karena Streptococcus sp masih peka
terhadap penicillin.
KEGUGURAN (BRUCELLOSIS)
• Disebabkan oleh 3 spesies, yaitu Brucella
melitensis, yang menyerang pada
kambing, Brucella abortus, pada sapi dan
Brucella suis pada babi.
• Kambing : 4 - 6 minggu terakhir dari
kebuntingan,
• Sapi : kebuntingan 5 - 8 bulan.
• Pada sapi perah, brucellosis dapat
menyebabkan penurunan produksi susu.
Gejala Klinis :
• Pada kambing : keguguran antara 4 – 6 minggu terakhir
kebuntingan
• Sapi : keguguran 5- 8 bulan kebuntingan dan majir,
cairan janin keruh. Air susu mengandung kuman,
meskipun gejala klinis tidak terjadi.
Brucellosis diikuti :
• Bisa bunting, tapi tingkat kelahiran rendah, pedet lahir
mati, plasenta tertahan (retensi plasenta).
Perubahan Pasca Mati
• Penebalan plasenta
• Cairan janin keruh, coklat, darah, nanah
• Pada pejantan : nekrosis testes
Pencegahan : Sanitasi
• Hapus hama terhadap sisa-sisa abortus, fetus dan
plasenta dibakar, vagina diirigasi dg antiseptik selama 1
minggu
• Alat dan kandang didesinfeksi
• Istirahat kawin, pejantan yg mengawini dicuci
preputiumnya dg antiseptik.
• Anak penderita disusui induk lain
Pengobatan
• Tidak ada
PROLAPSUS UTERI
• Kelainan, penyembulan rahim ke luar, menggantung
melalui vagina, setelah melahirkan.
• Sapi umur tua, > 4 th, kurang gerak, dikandangkan
terus : penggantung rahim kendur, lemah, rahim tidak
kembali ke keadaan semula, seperti sebelum
bunting.
• Gejala klinis : turun napsu makan, temperatur tinggi,
peningkatan denyut nadi, selalu merejan.
• Jika segera ditangani, bisa sembuh. Jika dibiarkan,
tjd infeksi, keracunan.
RETENSI PLASENTA
• Terjadi setelah melahirkan anak.
• Banyak terjadi pada sapi perah
• Plasenta anak, tetap bertahan, menempel pada
plasenta induk.
• Mengikuti kejadian abortus, terutama yg terjadi
setelah kebuntingan mencapai 5 bln.
• Birahi kembali setelah kelahiran akan diperpanjang.
PENYEBAB RETENSI PLASENTA
DAN GEJALA KLINIS
PENYEBAB :
• Akibat infeksi uterus selama kebuntingan, kurang
kontraksi uterus setelah pedet dilahirkan.
• Pakan berlebihan energi pada sapi bunting tua (8-9
bln), melebihi 150% dari kebutuhan.
GEJALA KLINIS :
• Sebagian selaput janin menggantung keluar dari
vulva 12 jam atau lebih setelah kelahiran normal,
abortus atau distokia.
• Kadang-kadang selaput fetus tidak keluar , tetap
bertahan dalam uterus atau vagina.
PENANGANAN RETENSI PLASENTA
• Bisa dilakukan : 24-36 jam setelah melahirkan
• Sesudah 48 jam, sulit , karena uterus sudah
menutup, sulit memasukkan tangan ke dalam
uterus.
• Pengupasan plasenta anak dari plasenta induk,
sebelumnya dianastesi.
• Suntikan hormon oksitosin, dosis 100 IU, melalui sc
atau im atau dengan dietilstilbestrol dalam minyak
sebanyak 15 – 60 mg (im), diulangi selama 4 hr.
ANTHRAX
• Hospes : ruminansia
• Penyebab : Bacillus anthracis
• Perdarahan subkutan dan subserosa, bengkak
limfa
• Zoonosis
• Kerugian : kematian ternak, hilang prod daging,
susu, kulit, tenaga kerja pembajak sawah.
Penyebab
• Bacillus anthracis
• Berspora, batang, susun tunggal atau berantai,
berselubung, gram positif
• Tahan puluhan tahun di tanah
•
•
•
•
•
•
•
•
•
PENULARAN
Tdk lazim menular dari ternak ke ternak secara
langsung
Tanah netral, berkapur cocok untuk pertumb kuman
Spora terbawa burung liar pemakan bangkai.
Vektor : lalat penghisap darah : Tabanus/lalat kandang
Rumput di lahan tercemar mengandung spora
Adanya luka mempercepat kejadian infeksi : gigitan
serangga
Ternak lain memakan tepung tulang penderita
Mengkonsumsi pakan, air tercemar
Memakan daging (oral), pernafasan, luka
pada
manusia
Gejala Klinis
• Per akut, akut dan kronis
• Perakut : mati mendadak, perdarahan otak (2-6
Jam) : sesak napas (mortalitas : 100%)
• Akut : temperatur meningkat, gelisah, susah
bernafas, kejang dan mati. Susu berwarna
sangat kuning atau kemerahan, bengkak
tenggorok dan lidah (mortalitas : 90%).
• Kronis : lepuh lokal terbatas pada lidah, trakhea.
Perubahan Pasca Mati
• Bangkai Dilarang diautopsi
• Bangkai cepat busuk, sepsis, menggembung
• Darah hitam keluar dari lubang-lubang alami
• Penyembulan rektum disertai perdarahan
Pencegahan
• Daerah bebas antrax : pengaturan ketat lalu
lintas ternak ke daerah tsb.
• Daerah wabah : vaksinasi setiap tahun. Sapi : 1
cc dan kb, db, bb, kd : 0,5 cc (sc)
• Ambil darah dari telinga untuk diagnosis pd
hewan mati mendadak. Jangan bedah bangkai,
ambil salah satu daun telinga, bawa ke lab.
• Penderita mati, dibakar dikubur 2 meter, tutup
kapur
• Kulit dan bulu dimusnahkan.
Pengobatan
• Kombinasi antiserum dengan antibiotik (PPG,
streptomisin atau kombinasi keduanya)
MILK FEVER
•
•
Penyakit metabolik : kambing dan sapi
Ca rendah, normal : 9 -12 mg/dl
5mg/dl
Faktor Predisposisi :
• bertambah tua
• > 5 th : 20%
• herediter
• Sapi produksi susu tinggi
• Kemauan makan sapi
turun :
MILK FEVER
Gejala klinis :
•Napsu makan menurun
•Turun suhu tubuh
•Leher melipat
•Pupil tdk bereaksi thd cahaya
MILK FEVER
Pengobatan
• Suntikan preparat Ca (boroglukonat calcicus) : 50 100 ml pada kambing. Sapi : 10 kali (separo secara
iv dan separo secara sc).
Pencegahan
• 30 hr menjelang kelahiran : Ca diturunkan, setelah
melahirkan Ca ditingkatkan pemberian
BLOAT (KEMBUNG)
• Dijumpai pd : sp, kb, db
• Gas berlebih dalam rumen
diafragma dan sesak napas
Penyebab
•
•
•
•
•
•
Leguminosa berlebih
Tanaman berumur muda
Biji-bijian halus.
Konsentrat berlebihan
Rumput yg dipupuk urea
Kondisi ternak yg jelek
menekan
mati
BLOAT (KEMBUNG)
Gejala Klinis
• Ternak gelisah
• Sulit bernapas
• Perut sebelah kiri membesar, bunyi drum
• Masih ada gerak rumen
• Mulut , mata kebiruan, kurang oksigen
• Kematian
Pengobatan
• Broom stick therapy
• Meningkatkan air liur
• Pemberian obat : minyak goreng, kayu putih, atsiri
ditambah air hangat
oral