KARAKTERISTIK ORGANISASI SOSIAL     Produknya bukan barang (goods) yg bersifat tangible, melainkan pelayanan (services) yang bersifat intangible. Misi dan tujuan organisasi diwarnai oleh nilai-nilai pekerjaan.

Download Report

Transcript KARAKTERISTIK ORGANISASI SOSIAL     Produknya bukan barang (goods) yg bersifat tangible, melainkan pelayanan (services) yang bersifat intangible. Misi dan tujuan organisasi diwarnai oleh nilai-nilai pekerjaan.

KARAKTERISTIK ORGANISASI SOSIAL




Produknya bukan barang (goods) yg bersifat tangible,
melainkan pelayanan (services) yang bersifat intangible.
Misi dan tujuan organisasi diwarnai oleh nilai-nilai
pekerjaan sosial, bukan nilai-nilai ekonomi semata.
Karenanya pelayanan yang dihasilkan tidak bebas nilai
(value free), melainkan sarat nilai (value ladden).
Tidak bergerak di pasar ekonomi dan tujuannya
utamanya tidak mencari keuntungan (non profit
oriented). Strategi pemasarannya berlandaskan pada
prinsif “social marketing”.
Biaya produksinya umumnya bukan berasal dari klien
secara langsung, melainkan dari biaya publik (anggaran
negara, pajak dll). Harga yang dibayar klien bukan
berbentuk uang yang secara langsung menyentuh faktor
produksi, melainkan berupa peningkatan pengetahuan,
kesadaran, antusiasme, partisipasi dll.


Standar unjuk kerjanya (performance)
bukan pada efisiensi melainkan lebih
kepada efektivitas.
Tehnologinya bukan terletak pada mesin,
melainkan pada manusia. Tanpa kehadiran
mereka tidak akan ada produk “no man no
product”. Dari ke empat aspek tehnologi,
humaware, technoware, orgaware,
manusialah (humanware) yang
menentukan proses produksi.
ORGANISASI SOSIAL DAN
ORGANISASI LOKAL




Salah satu sasaran perubahan pekerjaan sosial adalah
organisasi kemasyarakatan meliputi organisasi sosial
(social organization) dan organisasi lokal (local
organization).
Melalui organisasi ini pekerja sosial melakukan
perubahan terencana meningkatkan keberfungsian sosial
pengurus dan anggotanya.
Organisasi sosial adalah organisasi formal, fungsi
utamanya menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan
sosial ditujukan untuk memecahkan masalah dan atau
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Organisasi ini berperan sebagai mediator antara
kepentingan dan program pemerintah disatu pihak
dengan kebutuhan masyarakat di pihak lain. Organisasi
sosial merupakan wahana dan wujud partisipasi
masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial.





Pengertian organisasi sosial sering dipertukarkan dengan
organisasi lokal. Sebenarnya keduanya memiliki
karakteristik yang berbeda.
Secara luas organisasi sosial adalah organisasi formal,
baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.
Di Indonesia organisasi sosial umumnya menunjuk pada
lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang dikelola
oleh masyarakat (cont: Panti asuhan, panti jompo dll)
bernaung pada sebuah yayasan.
Organisasi lokal dapat dikategorikan ke dalam organisasi
non formal yang berada di tingkat lokal (desa/kelurahan)
dimana anggota, jangkauan dan sasarannya pelayannya
pun relatif terbatas.
Persamaannya orsos maupun orlok merupakan
organisasi sukarela atau nir laba (voluntary atau non
profit organization). Para pengurus dan anggota tidak
menggantungkan hidupnya dari organisasi ini, walaupun
untuk posisi tertentu ada pengurus yang menerima
bayaran.
PERMASALAHAN ORGANISASI
SOSIAL





Kekurangan dana, sangat tergantung pada
dukungan dana dari luar.
Kurang mampu memenuhi kebutuhan anggota
dan masyarakat. Manfaat produknya kurang
dirasakan oleh masyarakat.
Rendahnya motivasi dan unjuk kerja pengurus
dalam melaksanakan tugas.
Sulit mengukur pengaruh atau dampak
pelayanan.
Masyarakat dan lembaga donor kurang percaya
dalam memberikan dukungan finansial.
MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI
(REINVENTING GOVERNMENT)
Osborne dan Gaebler (1996)




Steering rather than rowing. Lembaga sebaiknya
menjadi pengarah dan penggerak ketimbang hanya
menjadi pelaksana kegiatan itu sendiri.
Empowering rather than serving. Lembaga sebaiknya
lebih dapat memberdayakan klien daripada terus
menerus memberikan pelayanan kepada mereka.
Injecting competition into service delivery. Lembaga
sebaiknya dapat menyuntikkan semangat kompetisi
kedalam tubuh para petugas dan organisasi
pelayanannya.
Transformating rule-driven organizations. Lembaga
sebaiknya memberikan kebebasan dalam berkreasi,
daripada mengaturnya dengan peraturan-peraturan dan
petunjuk pelaksanaan yang ketat.

Funding outcomes, not inputs. Strategi

Meeting the needs of the customer, not the
bureaucracy. Lembaga sebaiknya lebih


pembiayaan lembaga sebaiknya lebih
berorientasi kepada hasil (outcomes) yang ingin
dicapai, daripada terlalu memfokuskan kepada
faktor masukan (inputs).
mementingkan terpenuhinya kepuasan penerime
pelayanan, klien atau pelanggan (customer),
daripada memenuhi kemauan birokrasi.
Earning rather than spending. Lembaga
sebaiknya pandai mencari dana dan jangan
hanya pandai membelanjakan saja.
Prevention rather than cure. Lembaga sebaiknya
mampu bertindak untuk mencegah masalah,
daripada hanya menanggulanginya.


From hierarchy to participation and
teamwork. Lembaga sebaiknya mampu
menggeser pola kerja hierarki yang
dianutnya ke model kerja partisipatif dan
kerjasama.
Leveraging change through the market.
Lembaga sebaiknya berorientasi kepada
pasar, dan mampu melakukan perubahan
melalui penguasaan terhadap mekanisme
pasar
KARAKTERISTIK ORGANISASI
PELAYANAN KEMANUSIAAN

Proses pelayanan hendaknya berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan klien:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Diperlakukan sebagai individu
Menyatakan perasaan
Memperoleh tanggapan terhadap masalah yang
dialami
Diakui sebagai pribadi yang bermartabat
Tidak dipersalahkan
Menentukan keputusan sendiri
Dilindungi kerahasiaannya.

Proses pelayanan hendaknya bersifat
mendorong dan menambah energi:
1)
2)
3)
4)
Pemberian
Pemberian
Pemberian
Pemberian
kemampuan
motivasi
saran
kemudahan dalam akses pasilitas.

Proses pelayanan hendaknya bersifat
integratif dan inklusif:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kerjasama
Keakraban
Persahabatan
Saling menghargai
Cinta kasih
Dukungan sosial.

Proses pelayanan hendaknya bersifat
transaksional:
1)
2)
3)
4)
Pertukaran sumber yang dibutuhkan
Pertukaran pengalaman
Saling mengerti dan memahami
Resiprokal dan responsif

Proses pelayanan hendaknya bersifat
murni, jujur dan realistik:
1)
2)
3)
4)
Menghindari kebohongan
Memberikan kepuasan pada kedua belah
pihak
Saling mempercayai
Saling menghargai

Proses pelayanan hendaknya bersifat
komplementaritas peranan:
1)
2)
3)
Penuh perhatian
Memberi respon terhadap hal yang
disampaikan
Mampu menggunakan otoritas dan kontrol.
Prinsip-prinsip pelayanan


Individualisasi, pengakuan terhadap sifatsifat unik yang dimiliki klien, sbg hak dasar
manusia ut menjadi diri sendiri yg memiliki
perbedaan pribadi.
Pernyataan perasaan secara bertujuan,
yaitu pengakuan akan kebutuhan klien
untuk menyatakan perasaan: 1)
mendengarkan apa yg disampaikan tanpa
menilai/mencela, memberikan dorongan
jika diperlukan.


Keterlibatan emosi secara terkendali: 1)
kepekaan terhadap klien, 2)pemahaman
terhadap makna perasaan klien, 3) pemberian
respon secara tepat terhadap perasaan klien.
Akseptansi, melihat dan memperlakukan klien
apa adanya: 1) menerima bahwa klien memiliki
kelebihan dan kekurangan, 2) menerima
perasaan klien baik positif maupun negatif, 3)
menerima tingkah laku dan sikap klien, baik
yang konstruktif maupun destruktif.