Puisi modern Indonesia ditandai dengan lahirnya puisi Muhammad Yamin yang berjudul Tanah Air yang dimuat dalam Jong Sumatra. Benarkah Puisi tersebut merupakan cikal bakal lahirnya.
Download
Report
Transcript Puisi modern Indonesia ditandai dengan lahirnya puisi Muhammad Yamin yang berjudul Tanah Air yang dimuat dalam Jong Sumatra. Benarkah Puisi tersebut merupakan cikal bakal lahirnya.
Puisi modern Indonesia ditandai dengan
lahirnya puisi Muhammad Yamin yang
berjudul Tanah Air yang dimuat dalam
Jong Sumatra.
Benarkah Puisi tersebut merupakan cikal
bakal lahirnya puisi modern Indonesia?
Tanah Air
Bukan Beta Bijak Berperi
Karya M. Yamin
pada batasan, bukit barisan
memandang aku, ke bawah memandang
tampak hutan rimba dan ngarai
lagi pun sawah sungai yang permai
serta gerangan lihatlah pula
langit yang hijau bertukar warna
oleh pucuk daun kelapa
itulah tanah, tanah airku
sumatra namanya, tumpah darahku
..............................
(Jong Sumtra, Th. III, no 4, april 1920, h. 52)
Karya Rustam Efendi
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan bela budak negeri
Musti menurut undangan mair
Syarat sarat saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma
..................................
Berdasarkan contoh di atas, kedua puisi
tersebut merupakan cikal bakal lahirnya
puisi modern Indonesia yang merupakn
respons terhadap karya sastra Melayu
Lama, yaitu:
a) Menyimpang dari konvensi puisi lama
b) Mulai adanya perasaan individu
c) Gabungan pantun dan syair
Cempaka
Cempaka, aduhai bunga pelipur lara
Tempat cinta duduk bersemayam
Sampaikan pelukku, wahai kusuma
Pada adinda setiap malam.
J.E. Tatengkeng
Amir Hamzah
Sungguh harum sedap malam
Sungguh pelik bunga kemboja
Tetapi tuan, aduhai pualam
Pakaian adinda setiap masa.
...............................
Musafir
Mudik menghilir
Tak ketentuan tempat pergi
Sedang tak ada tempat untuk berdiri
Pengembara
Laut dan udara
Terkatung-katung di ombak rawan
Tergantung-gantung dia angan awan
Bentuknya teratur rapi, simetris
Mempunyai persajakan akhir
Banyak mempergunakan pola sajak pantun
dan syair
Sebagian besar puisi empat seuntai
Tiap-tiap barisnya terdiri atas dua periodus dan
terdiri atas sebuah gatra
Tiap gatra terdiri atas dua kata
Menggunakan pilihan kata yang indah dan
bergaya polos
Beraliran romantik yang mengisahkan
perasaan
Permasalahan yang diangkat berkaitan
dengan kehidupan masyarakat
perkotaan
Berisi ide nasionalisme, cita-cita nasional,
dan keagamaan
Ungkapan perasaan jiwa tampak kuat
Masih bersifat didaktis, yaitu seolah-olah
menggurui.
Bukan Beta Berpijak Peri
Karya Rustam Efendi
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan bela budak negeri
Musti menurut undangan mair
Syarat sarat saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma
..................................
Kepada Peminta-minta
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Chairil ANwar
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Lebih bebas dari ngkatan sebelumnya
Bergaya ekspresionis yang menonjolkan
“keakuan”
Beraliran realisme
Menggunakan kosakata sehari-hari
Bahasa kiasan mendominasi
Gaya sajaknya prismatis
Mulai meninggalkan curahan perasaan
dan mulai muncul dan berkembang gaya
pernyataan
Majas ironi dan sinisme mendominasi
Keberadaan individu atau diri pribadi
menonjol
Mengekpresikan kehidupan batin
manusia melalui sudut pandang sendiri
Mengemukakan masalah-masalah
kemanusiaan secara umum dan
kemasyarakatan
Filsafat eksistensialisme mulai dikenal
Oda pada Van Gogh
Pohon sipres. Kafe tua
Di ujung jalan
Sepi. Sepi jua
Langit berombak
Bulan di sana
Sepi. Sepi namanya.
1964
Karya Siapakah puisi di atas?
Berkembangnya gaya epik yang
bercerita dengan munculnya puisi
belada
Gaya mantra mulai tampak
Gaya pengulangan mulai tampak
Gaya puisi liris masih berkembang dan
meneruskan peride sebelumnya
Makin berkembang gaya sligan dan
retorik
Pada umumnya menggambarkan
suasana muram karena puisinya
menggambarkan penderitaan
Mengungkapkan masalah-masalah
sosial
Banyak dikemukakan cerita-cerita dan
kepercayaan rakyat sebagai pokokpokok sajak balada
Rumah Sakit Cikini 29 April 1978
Korrie Layun Rampan
yang bangkit dalam waktu
dalam sabda
riang suara-suara gembira
kami berpaling kami menatap ke depan
dinding dan pilar-pilar pualam
jajaran firman dahulu kala
................................
Bergaya mantra
Menggunakan kata-kata faerah secara
mencolok
Mempergunakan asosiasi bunyi
Gaya penulisan yang prosais
Puisi lugu yang mngggunakan ide
secara polos
Puisi-puisi imajisme menggunakan
gambaran dan pengucapan tak
langsung
Puisi mengemukakan kehidupan batin
religius
Cerita merupakan lukisan kehidupan
yang bersifat alegoris
Sajak-sajak menuntuk HAM
Mengemukakan kritik sosial
RESONANSI BUAH APEL
Karya: Ahmadun Yosi Fernanda
buah apel yang kubelah dengan pisau sajak
tengadah di atas meja. Dan, dengan kerlingnya
mata pisau sajakku berkata, ”Lihatlah, ada puluhan
ekor ulat besar yang tidur dalam dagingnya!”
memandang buah apel itu aku seperti
memandang tanah airku. Daging putihnya
adalah kemakmuran yang lezat dan melimpah
sedang ulat-ulatnya adalah para pejabat
yang malas dan korup
tahu makna tatapanku pisau itu pun berkata,
”Kau lihat seekor ulat yang paling gemuk
di antara mereka? Dialah presidennya!”
buah apel dan ulat
ibarat negara dan koruptornya
ketika buah apel membusuk
ulat-ulat justru gemuk di dalamnya
Jakarta, 1999/2003