genre sastra

Download Report

Transcript genre sastra

1.
2.
3.
• Bersifat khayali
• Adanya nilai-nilai sastra
• Adanya cara penggunaan
bahasa secara khas
GENRE SASTRA
Sastra NonImajinatif
S
A
S
T
R
A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
P
U
I
S
I
Esai
Kritik
Biografi
Otobiografi
Sejarah
Catatan Harian
Surat-surat
dll.
1. Epik
2. Lirik
3. Dramatik
Fiksi
Sastra
Imajinatif
P
R
O
S
A
1. Novel
2. Cerpen
3. Novelet
Drama Prosa
Drama
1.
2.
3.
4.
Komedi
Tragedi
Melodrama
Tragi-komedi
Drama Puisi
Sumber: Buku Apresiasi Kesusastraan (Sumardjo & Saini, 1986: 18)
Sastra Imajinatif
 Lebih banyak bersifat
khayali
 Cenderung
menggunakan bahasa
yang konotatif
 Memenuhi syarat-syarat
estetika seni (unity,
balance, harmony, dan
right emphasis)
Sastra nonimajinatif
 Cenderung
mengungkapkan fakta
 Cenderung
menggunakan bahasa
denotatif
 Memenuhi syarat-syarat
estetika seni.
 Puisi adalah karya sastra yang khas penggunaan
bahasanya dan memuat pengalaman yang disusun
secara khas pula.
 Susunan kata dalam puisi relatif lebih padat
dibandingkan prosa. Kehadiran kata-kata dan
ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari berbagai
segi: makna, citraan, rima, ritme, nada, rasa, dan
jangkauan simboliknya.
Puisi terikat
• Puisi terikat biasanya dikatakan sebagai
puisi lama. Misalnya: pantun, syair,
gurindam.
Puisi bebas
• Pengucapan puisi yang tidak
menginginkan pola-pola estetika yang kaku
atau patokan-patokan yang membelenggu
kebebasan jiwa penyair
Ciri-ciri prosa:
Bentuknya yang bersifat penguraian
Satuan-satuan makna dalam wujud alinea-alinea
Penggunaan bahasa yang cenderung longgar
Cerpen
Novel
Novelet
• Alur tunggal
• Pelaku terbatas
• Mencakup
peristiwa terbatas
• Rentang waktu
cerita yang
pendek
• Durasi cerita yang
lebih panjang
• Karakter tokohnya
dapat dieksplorasi
karena tidak
terbatas
• Permasalahan
lebih kompleks
dan rumit
• Panjangnya antara
cerpen dan novel
 Semi (1988) menyatakan bahwa drama adalah cerita
atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
 Istilah drama berasal dari bahasa Yunani “draomai”
yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi.
 Perkataan drama sering dihubungkan dengan teater.
Sebenarnya perkataan “teater” mempunyai makna
yang lebih luas karena dapat berarti drama, gedung
pertunjukan, panggung, grup pemain drama, dan
dapat juga berarti segala bentuk tontonan yang
dipentaskan di depan orang banyak
(1) Aku pulang malam sekali. Istriku terbangun,
membukakan pintu. Ia tersenyum. "Tak apa, kalau tak
ada siang di sini," katanya. Aku segera meletakkan tas.
Aku lihat matanya, sebuah pemandangan baru
mendapatkan sinar. "Bisakah besok kamu jadi ibu rumah
tangga," katanya.
(2) Aku tak tahu lagi apakah masih ada dosa. Seks
terlalu indah. Barangkali karena itu Tuhan cemburu
sehingga Ia menyuruh Musa merajam orang-orang
yang berzinah? Tetapi perempuan selalu disesah
dengan lebih bergairah. Ke manakah pria yang
bersetubuh dengan wanita yang dibawa orang-orang
Farisi untuk dilempari batu di luar gerbang
Yerusalem? Aku mencintai kamu. Aku mencintai
kamu. Aku tidak ingin kamu dihukum. Tetapi kamu
sungguh cantik, seperti dinyanyikan Kidung Raja
Salomo.
 SENO
Perkenalkan karya terbesarku ini (dengan raut bangga, kedua
tangannya meliuk di seputar benda berbentuk rumahrumahan mungil dengan tekstur tanpa lekukan tajam).
 GUN
Apa itu? Seperti sebuah kota surat. Jadi? Aku tak mengerti
maksudmu. Untuk apa kau perlihatkan padaku sebuah kotak
surat?
 SENO
Mendekatlah, lihat baik-baik. Bagaimana?
 GUN (mendekat dan meneliti kotak surat)
Sebuah kotak surat tetap saja kotak surat. Tak ada bedanya.
Lalu, dari ketiga contoh di atas, manakah yang
termasuk puisi, prosa, dan drama?
Membaca kutipan pertama, asosiasi pembaca awam
lebih tertuju ke prosa. Bisa penggalan cerpen, bisa
potongan novel. Sebaliknya, kutipan berikutnya lebih
layak disebut puisi. Padahal kutipan pertama adalah
puisi (Afrizal Malna, Usaha Menjadi Ibu Rumah
Tangga 1997). Kutipan kedua adalah Novel (Ayu
Utami, Saman 1998). Kutipan ke tiga adalah naskah
drama Kotak Surat Terakhir karya Mochammad
Asrori.
KARYA
SASTRA YANG
BAIK
Karya sastra yang baik mengandung nilai-nilai estetis
(belles letter; indah), dan untuk memenuhi nilai-nilai
estetis sebuah karya sastra perlu memunyai unsurunsur:
1. Disinterested contemplation (kontemplasi objektif ) :
kontemplasi = perenungan pengarang dari sudut pandang
yang objektif tanpa menggurui (meski ada weltansaung)
2. Esthetic distance (distansi estetis) : jarak = perbedaan
kenyataan dengan karyanya
3. Framing (penciptaan kerangka seni) : wadah sesuai dengan
gagasannya
4. (Hlm. 22)—unity in variety (kesatuan dalam keragaman) :
ada berbagai persoalan tetapi hakikatnya satu.
5. (Hlm. 25) Horace/Horatius: karya seni/sastra yang baik
memenuhi dua unsur, yaitu dulce (kita membaca merasa
senang), dan (et) utile (dari bacaan itu kita memperoleh
manfaat).
(Wellek & Warren, 1995:22-25)