DIK@12 Sumber Hukum Ajaran Islam

Download Report

Transcript DIK@12 Sumber Hukum Ajaran Islam

SUMBER HUKUM AJARAN ISLAM
Dosen Pengampu :
HASYIM HASANAH , S.Sos.I, M.Si
DISUSUN OLEH
NAMA
: DODIK INDRA KUSUMA
NIM
: 121211041
TELP
: 085 779 111 002
PENDIDIKAN
: 1. SDN 1 PILANGSARI DEMAK
2. SMPN 1 WONOSALAM DEMAK
3. SMAN 1 SUKOREJO KENDAL
4. IAIN WALISONGO SEMARANG
( belum lulus )
Pengertian Dalil
Dalam kajian ushul fikih, para ulama ushul mengartikan dalil
secara etimologis dengan “sesuatu yang dapat memberi petunjuk
kepada apa yang dikehendaki”.
Adapun secara terminologis, Ibnu al Subki dalam kitab Matn
Jami’ al Jawami’ menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan dalil
hukum ialah “apa saja yang dapat dipergunakan untuk sampai
kepada yang dikehendaki, yaitu hukum syara dengan berpijak pada
pemikiran yang benar”.
Jika dilihat dari segi keberadaannya, maka dalil dapat dibedakan
kepada dua macam, yaitu:
1. Al Adillah Al Ahkam Al Manshushah atau dalil-dalil hukum yang
keberadaannya secara tekstual terdapat dalam nash. Dalil-dalil
hukum yang dikategorikan kepada bagian ini adalah Al Quran dan
as sunnah atau disebut pula dengan dalil naqli.
2. Al Adillah Al Ahkam ghoirul Manshushah atau dalil-dalil hukum
yang secara tekstual tidak disebutkan oleh nash Al Quran dan as
sunnah. Dalil-dalil ini dirumuskan melalui ijtihad dengan
menggunakan penalaran ra’yu dan disebut pula dengan dalil aqli.
Adapun dalil-dalil yang dikelompokkan kepada kategori terakhir
ini meliputi Ijma, Qiyas, Istihsan, Mashalih Mursalah, Istishab,
Urf, Syarun Man Qablana dan Qaul Shahabi.
Pengertian Sumber Hukum
Di kalangan ulama ushul, sumber hukum mengandung
makna tempat pengambilan atau rujukan utama serta
merupakan asal sesuatu.
Dalil
Sumber
Hukum
Dalil
Dalil
Nb : Dalam kitab-kitab ushul fiqih kontemporer, istilah sumber
hukum dan dalil hukum tidak dibedakan.
Sumber ajaran Islam dirumuskan dengan jelas dalam percakapan
Nabi Muhammad dengan sahabat beliau Mu’az bin Jabal, yakni
terdiri dari tiga sumber yaitu :
1.
Al-Qur’an (kitabullah),
2.
As-Sunnah (kini dihimpun dalam hadis), dan
3. Ra’yu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat
untuk berijtihad.
Ketiga sumber ajaran ini merupakan satu rangkaian kesatuan
dengan urutan yang tidak boleh dibalik.
1. Al qur’an
Dalam surah An Nisa ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya telah
kami turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab Al Quran
dengan membawa kebenaran”.
Surah An Nahl ayat 89, “Dan telah kami turunkan kepada engkau
(Muhammad) kitab Al Quran untuk menjelaskan segala sesuatu
dan ia merupakan petunjuk, rahmat serta pembawa kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Quran yang menerangkan
bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah.
Ditinjau dari sudut tempatnya, Al Quran turun di dua tempat yaitu:
1. Di Mekkah atau yang disebut ayat makkiyah. Pada umumnya
berisikan soal-soal kepercayaan atau ketuhanan, mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, ayat-ayatnya pendek dan
ditujukan kepada seluruh ummat. Banyaknya sekitar 2/3 seluruh
ayat-ayat Al Quran.
2. Di Madinah atau yang disebut ayat madaniyah. Ayat-ayatnya
panjang, berisikan peraturan yang mengatur hubungan sesama
manusia mengenai larangan, suruhan, anjuran, hukum-hukum
dan syari’at-syari’at, akhlaq, hal-hal mengenai keluarga,
masyarakat, pemerintahan, perdagangan, hubungan manusia
dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan sebagainya.
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai
berikut:
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah
manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan
akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum mengenai hubungan manusia dengan
Allah SWT, manusia dengan manusia, serta manusia dengan lingkungan (
hukum syara/syari’at ). Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku
normal manusia dalam kehidupan. Adapun ilmu yang mempelajarinya
disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.
Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, haji, dank urban.
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia
dan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
a. Hukum munakahat (pernikahan).
b. Hukum faraid (waris).
c. Hukum jinayat (pidana).
d. Hukum hudud (hukuman).
e. Hukum jual-beli dan perjanjian.
f.
Hukum al-khilafah (tata Negara/kepemerintahan).
g. Hukum makanan dan penyembelihan.
h. Hukum aqdiyah (pengadilan).
i.
Hukum jihad (peperangan).
j.
Hukum dauliyah (antarbangsa).
Kodifikasi : proses periwayatan ( pembukuan / distribusi )
1. Masa rasulullah ( periwayatan secara langsung / tdk langsung )
2. Masa sahabat ( periwayatan, penulisan, pengumpulan ) pada
zaman kholifah utsman mulai ada pembukuan setelah disaring &
dibedakan antara kalamullah / as sunnah, penyaringan
melibatkan mufassir
3. Masa tabi’in ( masa sekarang, alqur’an bukan hanya berupa
tulisan di kertas )
Fungsi alquran:
1. Sebagai rujukan utama
2. Sebagai penengah
3. Sebagai penguat pemikiran akal
4. Sebagai pengontrol
5. Sebagai falsafah ( dari para filosof )
2. As-sunnah atau Hadits
‫ما اضيف الى النبي { ص } قوال او فعال او تقريرا او نحوها‬
Ada ulama yang membedakan definisi antara hadits dengan sunnah,
Hadits
: untuk Nabi ( rasul ), dan berupa qauliyah
Sunnah
: untuk Nabi ( rasul ) dan yang lain, berupa fi’liyah
Nb : Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama
hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Hadis. Dalam sabdanya Nabi
Muhammad SAW menyatakan :
“Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan
tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu
Kitab Allah (Alquran) dan sunahku (Hadis).” (H.R. Al Baihaki).
Fungsi hadits:
1.
Bayan Tafsir { al isra’ 87 }, seperti : perintah
mengerjakan shalat, membayar zakat, dan menunaikan
ibadah haji.
2.
Menetapkan hukum atau aturan yang tidak didapati
dalam Al Qur’an. Misalnya cara mensucikan bejana yang
dijilat anjing, dengan membasuh tujuh kali, salah satu
dicampur dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW :
“Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing, sebanyak
tujuh kali, salah satunya menyucikan dicampur dengan
tanah.” (H.R. Muslim Ahmad, Abu Daud dan Baihaqi)
3. Ar Ro’yu
Ketentuan hukum yang dibuat berdasarkan kesepakatan
ulama, digunakan untuk menjelaskan hukum dan ketentuan yang
belum dan tidak ada dalam alqur’an dan al hadits biasanya
berupa ijtihad.
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan
tenaga dan pikiran.
Oleh karena itu, apabila ada suatu masalah yang
hukumnya tidak terdapat di Al Quran maupun Hadist, maka
diperintahkan untuk berijtihad dengan menggunakan akal pikiran
dengan tetap mengacu kepada Al Quran dan Al-Hadist.
a. Ijma’  hasil kesepakatan para ulama fiqh, baik lisan maupun
tulisan terhadap pendapat ulama lain.
b. Qiyas  mengukur sesuatu dengan yang lain dan
menyamakannya
c. Istihsan  pola penetapan hukum suatu perkara yang
menurut logika dapat dibenarkan, misal: jual beli saham, bank
syariah dll
d. Masalah mursalah  perkara-perkara yang perlu dilakukan
demi kemaslahatan manusia, misal : penerbitan surat nikah,
dll
e. Urf  menentukan hukum berdasarkan dengan adat dan
kebiasaan, misal: resepsi perkawinan, tasyakuran haji, dll
f. Istishab  penetapan hukum yang tidak diterangkan secara
rinci namun dapat digunakan sebagai hukum penguat dengan
melihat asal hukum terdahulunya, misal : dalam hal ber wudhu
Terima kasih atas perhatiannya