- Slamet Wiyono

Download Report

Transcript - Slamet Wiyono

1
AKAD
 Lafal akad berasal dari lafal Arab al-’aqd yang berarti perikatan,
perjanjian atau permufakatan al-ittifaq. Secara terminologi fiqih,
akad didefinisikan sebagai pertalian ijab (pernyataan melakukan
ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai dengan
kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan (Haroen,
2000)
 Pengertian :
suatu perikatan, perjanjian yang ditandai adanya pernyataan
melakukan ikatan (ijab) dan pernyataan menerima ikatan (qabul)
sesuai dengan syariah Islamiyah yang mempengaruhi obyek yang
diperikatkan oleh pelaku perikatan.
 Rukun :
1.
2.
3.
Pernyataan untuk mengikatkan diri ( sighat al-’aqd );
Pihak-pihak yang berakad ( al-muta’aqidain );
Obyek akad ( al-ma‘qud‘alaih ).
2
JENIS-JENIS AKAD
 Akad tabarru’  transaksi kebajikan, terdiri dari : qardh,
rahn, hawalah, wakalah, wadi’ah, kafalah, wakaf.
 Akad tijarah  transaksi komersial, terdiri dari :
1.
2.
Natural Certainty Contracts  akad bai’ (bai’ al-murabahah,
bai’ as-salam, dan bai’ al-istishna), ijarah dan ijarah
muntahiyah bitamliik, sharf, dan barter.
Natural Uncertainty Contracts  musyarakah (musyarakah
muwafadhah, musyarakah al-inan, musyarakah abdan, dan
musyarakah wujuh), mudharabah (mudharabah muthlaqah
dan mudharabah muqayyadah), muzara’ah, musaqah, dan
mukhabarah.
3
Jenis-jenis Akad:
1. Qardh
2. Rahn
3. Hawalah
4. Wakalah
5. Kafalah
6. Wadi’ah
7. Wakaf
4
AKAD QARDH
 Qardh adalah meminjamkan
tanpa mengharap imbalan.
 Institusi pengelola :
 Skema :
Bait al-Mal, Bait al-Zakah, organisasi
sosial, bank syariah, dan
individual.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
Muqridh (pemilik barang)
Muqtaridh (peminjam)
Ijab qabul
Qardh (barang yang dipinjam)
5
AKAD RAHN
 Rahn adalah menahan salah satu
harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang
diterimanya.
 Institusi pengelola:
pegadaian, koperasi, dan owner
operators.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
5.
 Skema :
Pihak yang menggadaikan
(raahin);
Pihak yang menerima gadai
(murtahin);
Obyek yang digadaikan (marhun);
Hutang (marhun bih);
Ijab qabul (sighat).
6
AKAD HAWALAH
 Hawalah adalah pengalihan utang dari
orang yang berhutang kepada orang
 Skema :
lain yang wajib menanggungnya.
 Institusi pengelola :
Bank syariah
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pihak yang berutang (muhil);
pihak yang berpiutang (muhal);
pihak yang berutang dan
berkewajiban membayar utang
kepada muhal (muhal „alih);
utang muhil kepada muhal (muhal
bih);
utang muhal alaih kepada muhil;
ijab qabul (sighat).
7
AKAD WAKALAH
 Wakalah  penyerahan,
pendelegasian atau pemberian
mandat.
 Transaksi wakalah ini dapat
dijumpai pada perbankan,
seperti transaksi penagihan,
pembayaran, agency,
administrasi dan lain-lain.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
 Skema :
Pihak pemberi kuasa
(muwakkil);
Pihak penerima kuasa
(wakil);
Obyek yang dikuasakan
(taukil);
Ijab qabul (sighat).
8
AKAD WADI’AH
 Wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya
baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
 Transaksi wadi‘ah banyak dijumpai di perbankan syariah, yaitu
adanya jasa penghimpunan dana wadi‘ah dari nasabah dalam
bentuk trustee depository dan guarantee depository.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
Barang/uang yang disimpan/dititipkan (wadi’ah);
Pemilik barang/uang yang bertindak sebagai pihak yang
meniitipkan (muwaddi’);
Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa custodian
(mustawda’);
Ijab qabul (sighat).
 Jenis wadi’ah : wadi’ah yad amanah & wadi’ah yad dhamanah
9
AKAD WADI’AH
Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad dhamanah
 Akad penitipan barang/uang
 Akad penitipan barang/uang
dimana pihak penerima titipan
tidak diperkenankan
menggunakan barang/uang
yang dititipkan dan tidak
bertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan
barang titipan yang bukan
diakibatkan perbuatan atau
kelalaian si penerima titipan.
dimana pihak penerima titipan
dengan atau tanpa izin pemilik
barang/uang dapat
memanfaatkan barang/uang
titipan dan harus bertanggung
jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan. Semua
manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dalam penggunaan
barang/uang tersebut menjadi
hak penerima titipan.
10
AKAD WADI’AH
Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad dhamanah
 Skema :
 Skema :
11
AKAD KAFALAH
 Kafalah adalah jaminan yang
diberikan oleh penanggung
kepada pihak ke tiga untuk
memenuhi kewajiban pihak ke
dua atau yang ditanggung.
 Akad kafalah di perbankan
syariah :
Personal guarantee, jaminan
pembayaran utang, performance
bonds (jaminan prestasi).
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
 Skema :
Pihak penjamin (kaafil);
Pihak yang dijamin (makful);
Obyek penjamianan (makful
alaih);
Ijab qabul (sighat).
12
AKAD WAKAF
 Transaksi wakaf timbul jika salah satu pihak
memberikan suatu obyek yang berbentuk uang
ataupun obyek lainnya tanpa disertai
kewajiban mengembalikan. Transaksi ini
biasanya dikelola oleh suatu lembaga yang
sering disebut Badan Wakaf. Obyek tersebut
digunakan untuk kegiatan kemaslahatan
masyarakat dan tidak untuk diperjual belikan.
13
Jenis-jenis Akad:
1. Natural Certainty Contracts: - bai’ al
murabahah, salam, istishna’, - Ijarah, Ijarah Muntahiya bit Tamlik, - Sharf, barter
2. Natural Uncertainty Contracts: - Syirkah
( Mudharabah, Musyarakah)
14
AKAD TIJARAH

Kontrak/akad untuk transaksi yang berorientasi
laba
 Sifat dasarnya, transaksi dan kontrak dalam ekonomi
syariah dapat dikategorikan menjadi dua :
1. Kontrak yang secara alamiah mengandung kepastian
(natural certainty contract – NCC )
2. Kontrak yang secara alamiah mengandung ketidakpastian
(natural uncertainty contract - NUC).
15
NATURAL CERTAINTY CONTRACT (NCC)
Adalah suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis
yang
memiliki
kepastian
keuntungan
dan
pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu
penyerahannya.
Sifat transaksinya adalah pasti dan dapat ditentukan
besarannya.
Objek pertukarannya :
1. Ayn (Harta Nyata)
2. Dayn (Harta Keuangan)
16
NATURAL CERTAINTY CONTRACT
(NCC)
 Waktu Pertukarannya :
1. Naqdan
(immediate delivery = penyerahan segera).
2. Ghairu Naqdan
(deferred delivery = penyerahan tangguh).
17
MATRIX PERTUKARAN
Present vs
Present
Present vs
Deffered
Deffered vs
Deffered
Ayn vs Ayn
√
√
X
Ayn vs Dayn
√
√
X
Dayn vs Dayn
X
X
X
Kecuali sharf
JENIS-JENIS
NATURAL CERTAINTY CONTRACT
Akad bai’ ( akad jual-beli )
a. bai’ al-murabahah,
b. bai’ as-salam,
c. bai’ al-istishna,
2. Ijarah dan ijarah muntahiyah bitamliik
3. Sharf;
4. Barter.
1.
19
AKAD BAI’ (AKAD JUAL – BELI)
 Al bai‟ dalam istilah fiqih berarti menjual, mengganti,
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
 Dalam akad bai‟ harga dan keuntungan sudah bersifat
pasti (certaint).
 Dalil : Al Baqarah : 275
An Nisa : 29
HR Al bazar & Al Hakim
HR Ibnu Majah
20
AKAD BAI’ (AKAD JUAL – BELI)
Rukun Jual-Beli ( Bai‟)
1. penjual (bai‟);
2. pembeli (musytari‟);
3. barang/obyek (mabi‟);
4. harga (tsaman);
5. ijab qabul (sighat);
21
BAI’ AS-SALAM
(JUAL BELI PESANAN)
Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau
menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas dengan
pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari” (Haroen, 2000).
Menurut Ulama Syafi‘iyah dan Hanabilah :
“Akad yang disepakati untuk membuat sesuatu dengan ciri-ciri
tertentu dengan membayar harganya dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan (kepada pembeli) kemudian hari”.
22
BAI’ AL-MURABAHAH
Jual beli dimana harga jualnya terdiri dari
harga pokok barang yang dijual ditambah
dengan sejumlah keuntungan (ribhun)
yang disepakati oleh kedua belah pihak,
pembeli dan penjual.
 Penyerahan Barang pada saat transaksi
 Pembayaran tunai, tangguh atau cicilan.
23
BAI’ AS-SALAM
 Dalil Al Qur’an
Surat Al Baqarah : 282, Allah berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, maka hendaklah kamu menuliskannya…”
(HR. al-Bukhari, Musylim, Abu Daud, an-Nasa‟I atTirmidzi, dan Ibn Majah dari Ibnu „Abbas)
(HR. Thabrani).
24
BAI’ AL-ISTISHNA
Jual beli yang penyerahannya dilakukan
kemudian, tetapi penyerahan uangnya/
pembayarannya dapat dilakukan secara
cicilan atau ditangguhkan.
Landasan Al Quran & Hadist sama dengan
Bai” As Salam.
25
IJARAH (SEWA-MENYEWA)
Akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang
atau jasa melalui upah sewa tanpa diikuti
pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
Dalil Al Qur’an tentang Ijarah ;
Al Baqarah : 233
HR. Bukhari dan Muslim
HR.Ibnu Majah
26
IJARAH (SEWA-MENYEWA)
 Rukun Ijarah
1. penyewa (musta‟jir);
2. pemberi sewa (mu‟ajir);
3. obyek sewa (ma‟jur);
4. harga sewa (ujrah);
5. manfaat sewa (manfaah);
6. ijab qabul (sighat).
27
IJARAH (SEWA-MENYEWA)
 Ijarah Muntahiyah Bitamliik (IMBT) adalah
transaksi ijarah yang diikuti dengan proses
perpindahan hak kepemilikan atas barang itu
sendiri .
Proses perpindahan kepemilikan obyek IMBT :
 Hibah
 Janji untuk menjual
28
SHARF
 Transaksi pertukaran dayn (mata uang) dengan dayn
(mata uang) yang berbeda atau jual beli mata uang yang
berbeda.
 Harus Tunai (naqdan).
Dalil Hadist :
HR Muttafaqun Alaihi
HR. Ahmad, Muslim dan Nasa‘I
HR. Muslim
HR. Buchari-Muslim
29
SHARF
 Rukun Sharf
1. penjual (bai‟);
2. pembeli (musytari‟);
3. mata uang yang diperjual belikan
(sharf);
4. nilai tukar (si‟rus sharf);
5. ijab qabul (sighat).
30
BARTER
(PERTUKARAN BARANG DENGAN BARANG)
 Transaksi pertukaran kepemilikan antara dua barang yang
berbeda jenis.
 Informasi tentang harga harus diketahui.
Dalil transaksi Barter :
Dari Ubadah bin Shamit ra., Nabi Muhammad SAW bersabda,
”Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, hendaklah sama banyaknya, tunai dan
timbang terima. Apabila berlainan jenisnya bolehlah kamu jual
sekehendakmu asal tunai” (Muttafaqun ‗Alaihi)
31
BARTER
 Rukun Barter
1. penjual (bai‟);
2. pembeli (musytari‟);
3. barang yang dipertukarkan (mabi‟);
4. ijab qabul (sighat).
32
NATURAL UNCERTAINTY CONTRACT
(NUC)
 Kontrak atas transaksi yang secara
alamiah mengandung ketidakpastian,
yang merupakan percampuran antara
obyek, ‘ayn, dayn ataupun suatu aset lain
seperti keahlian yang disebut dengan
“asy-syirkah” atau perkongsian antara
dua belah pihak atau lebih.
33
DEFINISI ASY-SYIRKAH
 “Suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua
orang yang bekerjasama terhadap harta mereka”. (ulama
Malikiyah - Haroen (1999))
 “Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada
sesuatu yang mereka sepakati” (ulama Syafi‘iyah &
Hanabilah)
 “Akad yang dilakukan oleh orang-orang yang
bekerjasama dalam modal dan keuntungan” (ulama
Hanafiyah).
 Ikatan kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih
dalam perdagangan
34
JENIS-JENIS SYIRKAH
SYIRKAH
MUSYARAKAH
MUDHARABAH
1.
2.
3.
4.
1. MUTLAQAH
2. MUQAYYADAH
MUAFADHAH
AL-INAN
ABDAN
WUJUH
MUSAQAH
MUZARA’AH
MUKHABARAH
35
MUSYARAKAH
 Definisi
Musyarakah adalah akad kerjasama atau percampuran antara
dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu
yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa
keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang
disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai dengan porsi
kerjasama.
 Rukun Musyarakah
1. para pihak yang bersyirkah;
2. porsi kerjasama;
3. proyek /usaha (masyru‟);
4. ijab qabul (sighat);
5. nisbah bagi hasil.
36
MUSYARAKAH
Landasan Syariah – Al Qur’an
 QS. An-Nisaa‘: 12, ”…maka mereka berserikat dalam sepertiga harta…”
 QS. Shaad: 24, “ …dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalamal sholeh, dan amat sedikit mereka ini…” .
Landasan Syariah – Al Hadits:
 “Aku (Allah) merupakan orang ketiga dalam perserikatan antara dua
orang, selama salah seorang di antara keduanya tidak melakukan
pengkhianatan terhadap yang lain. Jika seseorang melakukan
pengkhianatan terhadap yang lain, Aku keluar dari perserikatan antara
dua orang itu (HR. Abu Daud dan al-Hakim dari Abu Hurairah).
 “Allah akan ikut membantu do‘a untuk orang yang berserikat, selama
diantara mereka tidak saling mengkhianati “
(HR. al-Bukhari).
37
MUSYARAKAH MUFAWADHA
 Kerjasama dua orang atau lebih pada suatu
obyek dengan syarat tiap-tiap pihak
memasukkan modal yang sama jumlahnya,
melakukan tindakan hukum (kerja) yang
sama, sehingga tiap-tiap pihak dapat
melakukan perbuatan hukum atas nama
orang-orang yang berserikat/ kerjasama itu.
Landasan Syariah
 ”Jika kamu melakukan mufawadhah, maka
lakukanlah dengan cara yang baik…dan
lakukanlah mufawadhah, karena akad
seperti ini membawa berkah” (HR. Ibnu
Majah).
 ”Tiga (bentuk usaha) yang mengandung
berkat, yaitu jual beli yang pembayarannya
boleh ditunda, mufawadhah, dan
mencampur gandum dengan jelai (untuk
dimakan) bukan untuk diperjualbelikan”
(HR. Ibnu Majah)
38
MUSYARAKAH AL-INAN
 Perserikatan dalam modal
(harta) dalam suatu
perdagangan yang dilakukan
dua orang atau lebih, dengan
jumlah modal yang tidak
harus sama porsinya
keuntungan dibagi bersama
Landasan Syariah
 Kaidah para ulama fiqh
(Haroen, 1999):
“ Keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan dan kerugian
sesuai dengan modal
masing-masing pihak”.
39
MUSYARAKAH WUJUH
 Kerjasama/percampuran antara
pemilik dana dengan pihak lain yang
memiliki kredibilitas ataupun
kepercayaan.
 Orang yang memiliki kredibilitas,
khususnya kredibilitas dalam bisnis,
tetapi tidak memiliki modal
finansial, bekerjasama dengan pihak
yang memiliki modal finansial untuk
melakukan kegiatan usaha bersama,
misalnya, dalam bisnis perdagangan
barang.
 Keuntungan usaha bersama akan
dibagi antara mitra yang memiliki
kredibilitas dan yang memiliki modal
finansial tersebut sesuai dengan
rasio bagi hasil yang disepakati
bersama
40
MUSYARAKAH ABDAN (A’MAL)
 Perserikatan yang
dilaksanakan oleh dua pihak
atau lebih untuk menerima
suatu pekerjaan, mis. laundry,
tukang jahit, dsb. Hasil atau
imbalan yang diterima dari
pekerjaan itu dibagi bersama
sesuai dengan kesepakatan.
 Dengan kata lain, syirkah al-
abdan adalah kerjasama atau
pencampuran tenaga atau
profesionalisme antara dua
pihak atau lebih (kerjasama
profesi).
41
MUDHARABAH
 Definisi
Akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul
maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk
mengelola uang pemilik dana dan melakukan
suatu usaha bersama. Atau perdagangan
tertentu. Keuntungannya dibagi sesuai dengan
kesepakatan bersama, sedangkan kerugian
yang diderita menjadi tanggungan pemilik
modal.
42
MUDHARABAH
JENIS MUDHARABAH
 Mudharabah Mutlaqah
Dimana pemilik (shahibul maal) dana memberikan
keleluasaan penuh kepada kepada pengelola (mudharib)
untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang
dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun pengelola
tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan
sesuai dengan praktek kebiasaan usaha normal yang sehat
(uruf)
 Mudharabah Muqayyadah
Dimana pemilik dana menentukan syarat dan pembatasan
kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan
jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya.
43
MUDHARABAH - SKEMA
70%
30%
Laba
Profesionalisme
Dana / Modal
Shahibul maal
Kemitraan usaha
Mudharib
Rugi
100%
0%
44
MUSAQAH
 Diambil dari kata al-saqa yaitu seseorang bekerja pada
pohon tamar, anggur, atau pohon-pohon lainnya supaya
mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian
tertentu dari hasil yang diurus sebagai imbalan.
 Definisi:
Kerjasama antara pihak-pihak dalam pemeliharaan
tanaman dengan pembagian hasil antara pemilik dengan
pemelihara tanaman dengan nisbah yang disepakati oleh
pihak-pihak terkait.
45
MUSAQAH
LANDASAN HUKUM
“Memberikan tanah Khaibar dengan bagian separoh dari penghasilan,
baik buah-buahan maupun pertanian (tanaman). Pada riwayat lain
dinyatakan bahwa Rasul menyerahkan tanah Khaibar itu kepada
Yahudi, untuk diolah dan modal dari hartanya, penghasilan separohnya
untuk Nabi” (HR. Imam Muslim dari Ibnu Amr r.a.)
RUKUN
1. Pihak Pemasok Tanaman
2. Pemelihara Tanaman
3. Tanaman yang dipelihara
4. Akad
46
MUZARA’AH & MUKHABARAH
Definisi Muzara’ah
Kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap untuk
memanfaatkan lahan.
Persamaan & Perbedaan Muzara’ah & Mukhabarah:
 Persamaan:
Pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada orang lain
untuk dikelola
 Perbedaan:
Muzara’ah » modal dikeluarkan dari pemilik tanah.
Mukhabarah » modal berasal dari pengelola/penggarap.
47
MUZARA’AH & MUKHABARAH
LANDASAN HUKUM
 Muzara’ah
“Sesungguhnya Nabi SAW menyatakan, tidak
mengharamkan bermuzara’ah, bahkan beliau menyuruhnya,
supaya yang sebagian menyayangi sebagian yang lain,…”
(HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Abbas r.a.)
 Mukhabarah
“Sesungguhnya Thawus r.a bermukhabarah, Umar r.a
berkata; dan aku berkata padanya; ya Abdurrahman, kalau
engkau tinggalkan mukhabarah ini, nanti mereka
mengatakan bahwa Nabi melarangnya. …bahwa Nabi SAW
tidak melarang mukhabarah, hanya beliau berkata, bila
seseorang memberi manfaat kepada saudaranya, hal itu
lebih baik daripada mengambil manfaat dari saudaranya
dengan yang telah dimaklumi.” (HR. Muslim dari Thawus r.a)
48
MUZARA’AH & MUKHABARAH
RUKUN
1. Pemilik lahan
2. Penggarap
3. Lahan yang digarap
4. Akad
49
TRANSAKSI DALAM BISNIS SYARIAH
Kategori Transaksi dalam Islam
 Transaksi Halal
 Transaksi Haram
Kriteria Penentuan Halal Haram
 obyek yang dijadikan
transaksi apakah obyek halal
atau obyek haram (madiyah)
 cara bertransaksi apakah cara
bertransaksi halal atau
bertansaksi haram (adabiyah)
Cara Halal
Obyek
Halal
Obyek
Haram
Cara Haram
A
B
Transaksi
Transaksi
Halal
Haram
C
D
Transaksi
Transaksi
Haram
Haram
50
Wassalaamu’alaikum wrwb
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin
51
Kontak kami
Materi ini terdapat di Bab 2 Buku Memahami Akuntansi
Syariah di Indonesia; oleh Dr. Slamet Wiyono, Ak,
MBA,SAS, CA.
Harga Rp 80.000,- / buah, dapat dipesan langsung ke
penulis, dikirim ke alamat Anda plus ongkos kirim.
Untuk pembelian dalam jumlah banyak, diberikan diskon.
Pemesanan ke email: [email protected]
SLAMET WIYONO; HP dan WA 0812 855 77937; 0812 841
0121; 0859 2011 5738; 085 777 260 444;
52