AKAD & TRANSAKSI DLM BISNIS REVISI22082010pses

Download Report

Transcript AKAD & TRANSAKSI DLM BISNIS REVISI22082010pses

Drs. Slamet Wiyono, Ak, MBA, SAS
HP 08128410121
Email: [email protected]
Website: www.ebookakuntansisyariah.com/
www.ujianakunsyariah.com/
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
Chairman of The
Institute for development of Islamic Accounting and Finance
(INDIAF)
AKAD
 Lafal akad berasal dari lafal Arab al-’aqd yang berarti perikatan,
perjanjian atau permufakatan al-ittifaq. Secara terminologi fiqih, akad
didefinisikan sebagai pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan)
dan qabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai dengan kehendak
syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan (Haroen, 2000)
 Pengertian :
suatu perikatan, perjanjian yang ditandai adanya pernyataan
melakukan ikatan (ijab) dan pernyataan menerima ikatan (qabul)
sesuai dengan syariah Islamiyah yang mempengaruhi obyek yang
diperikatkan oleh pelaku perikatan.
 Rukun :
1.
2.
3.
Pernyataan untuk mengikatkan diri ( sighat al-’aqd );
Pihak-pihak yang berakad ( al-muta’aqidain );
Obyek akad ( al-ma‘qud‘alaih ).
JENIS-JENIS AKAD
 Akad tabarru’  transaksi kebajikan, terdiri dari :
qardh, rahn, hawalah, wakalah, wadi’ah, kafalah,
wakaf.
 Akad tijarah  transaksi komersial, terdiri dari :
1.
2.
Natural Certainty Contracts  akad bai’ (bai’ almurabahah, bai’ as-salam, dan bai’ al-istishna), ijarah dan
ijarah muntahiyah bitamliik, sharf, dan barter.
Natural Uncertainty Contracts  musyarakah
(musyarakah muwafadhah, musyarakah al-inan,
musyarakah abdan, dan musyarakah wujuh),
mudharabah (mudharabah muthlaqah dan mudharabah
muqayyadah), muzara’ah, musaqah, dan mukhabarah.
Jenis-jenis Akad:
1. Qardh
2. Rahn
3. Hawalah
4. Wakalah
5. Kafalah
6. Wadi’ah
7. Wakaf
AKAD QARDH
 Qardh adalah meminjamkan
tanpa mengharap imbalan.
 Institusi pengelola :
Bait al-Mal, Bait al-Zakah,
organisasi sosial, bank syariah,
dan individual.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
Muqridh (pemilik barang)
Muqtaridh (peminjam)
Ijab qabul
Qardh (barang yang
dipinjam)
 Skema :
AKAD RAHN
 Rahn adalah menahan salah satu
harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang
diterimanya.
 Institusi pengelola:
pegadaian, koperasi, dan owner
operators.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
5.
Pihak yang menggadaikan
(raahin);
Pihak yang menerima gadai
(murtahin);
Obyek yang digadaikan
(marhun);
Hutang (marhun bih);
Ijab qabul (sighat).
 Skema :
AKAD HAWALAH
 Hawalah adalah pengalihan utang
dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib
menanggungnya.
 Institusi pengelola :
Bank syariah
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pihak yang berutang (muhil);
pihak yang berpiutang (muhal);
pihak yang berutang dan
berkewajiban membayar utang
kepada muhal (muhal „alih);
utang muhil kepada muhal
(muhal bih);
utang muhal alaih kepada muhil;
ijab qabul (sighat).
 Skema :
AKAD WAKALAH
 Wakalah  penyerahan,
pendelegasian atau
pemberian mandat.
 Transaksi wakalah ini dapat
dijumpai pada perbankan,
seperti transaksi penagihan,
pembayaran, agency,
administrasi dan lain-lain.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
Pihak pemberi kuasa
(muwakkil);
Pihak penerima kuasa
(wakil);
Obyek yang dikuasakan
(taukil);
Ijab qabul (sighat).
 Skema :
AKAD WADI’AH
 Wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya
baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
 Transaksi wadi‘ah banyak dijumpai di perbankan syariah, yaitu
adanya jasa penghimpunan dana wadi‘ah dari nasabah dalam
bentuk trustee depository dan guarantee depository.
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
Barang/uang yang disimpan/dititipkan (wadi’ah);
Pemilik barang/uang yang bertindak sebagai pihak yang
meniitipkan (muwaddi’);
Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa custodian
(mustawda’);
Ijab qabul (sighat).
 Jenis wadi’ah : wadi’ah yad amanah & wadi’ah yad dhamanah
AKAD WADI’AH
Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad dhamanah
 Akad penitipan barang/uang
 Akad penitipan barang/uang
dimana pihak penerima
titipan tidak diperkenankan
menggunakan barang/uang
yang dititipkan dan tidak
bertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan
barang titipan yang bukan
diakibatkan perbuatan atau
kelalaian si penerima titipan.
dimana pihak penerima titipan
dengan atau tanpa izin pemilik
barang/uang dapat
memanfaatkan barang/uang
titipan dan harus bertanggung
jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan.
Semua manfaat dan keuntungan
yang diperoleh dalam
penggunaan barang/uang
tersebut menjadi hak penerima
titipan.
AKAD WADI’AH
Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad dhamanah
 Skema :
 Skema :
AKAD KAFALAH
 Kafalah adalah jaminan yang
diberikan oleh penanggung kepada
pihak ke tiga untuk memenuhi
kewajiban pihak ke dua atau yang
ditanggung.
 Akad kafalah di perbankan syariah
:
Personal guarantee, jaminan
pembayaran utang, performance
bonds (jaminan prestasi).
 Rukun :
1.
2.
3.
4.
Pihak penjamin (kaafil);
Pihak yang dijamin (makful);
Obyek penjamianan (makful
alaih);
Ijab qabul (sighat).
 Skema :
AKAD WAKAF
 Transaksi wakaf timbul jika salah satu pihak
memberikan suatu obyek yang berbentuk uang
ataupun obyek lainnya tanpa disertai kewajiban
mengembalikan. Transaksi ini biasanya dikelola oleh
suatu lembaga yang sering disebut Badan Wakaf.
Obyek tersebut digunakan untuk kegiatan
kemaslahatan masyarakat dan tidak untuk diperjual
belikan.
Jenis-jenis Akad:
1. Natural Certainty Contracts: - bai’ al murabahah, salam,
istishna’, - Ijarah, - Ijarah Muntahiya bit Tamlik, - Sharf, barter
2. Natural Uncertainty Contracts: - Syirkah ( Mudharabah,
Musyarakah)
AKAD TIJARAH

Kontrak/akad untuk transaksi yang berorientasi
laba
 Sifat dasarnya, transaksi dan kontrak dalam ekonomi
syariah dapat dikategorikan menjadi dua :
1. Kontrak yang secara alamiah mengandung kepastian
(natural certainty contract – NCC )
2. Kontrak
yang
secara
alamiah
mengandung
ketidakpastian (natural uncertainty contract - NUC).
NATURAL CERTAINTY CONTRACT (NCC)
Adalah suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis
yang memiliki kepastian keuntungan dan
pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu
penyerahannya.
Sifat transaksinya adalah pasti dan dapat
ditentukan besarannya.
Objek pertukarannya :
1. Ayn (Harta Nyata)
2. Dayn (Harta Keuangan)
NATURAL CERTAINTY CONTRACT (NCC)
 Waktu Pertukarannya :
1. Naqdan
(immediate delivery = penyerahan segera).
2. Ghairu Naqdan
(deferred delivery = penyerahan tangguh).
MATRIX PERTUKARAN
Present vs Present vs Deffered vs
Present
Deffered Deffered
Ayn vs Ayn
√
√
X
Ayn vs Dayn
√
√
X
Dayn vs Dayn
X
X
X
Kecuali sharf
JENIS-JENIS
NATURAL CERTAINTY CONTRACT
Akad bai’ ( akad jual-beli )
a. bai’ al-murabahah,
b. bai’ as-salam,
c. bai’ al-istishna,
2. Ijarah dan ijarah muntahiyah bitamliik
3. Sharf;
4. Barter.
1.
AKAD BAI’ (AKAD JUAL – BELI)
 Al bai‟ dalam istilah fiqih berarti menjual, mengganti,
dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
 Dalam akad bai‟ harga dan keuntungan sudah bersifat
pasti (certaint).
 Dalil : Al Baqarah : 275
An Nisa : 29
HR Al bazar & Al Hakim
HR Ibnu Majah
AKAD BAI’ (AKAD JUAL – BELI)
Rukun Jual-Beli ( Bai‟)
1. penjual (bai‟);
2. pembeli (musytari‟);
3. barang/obyek (mabi‟);
4. harga (tsaman);
5. ijab qabul (sighat);
BAI’ AS-SALAM
(JUAL BELI PESANAN)
Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau
menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas dengan
pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari” (Haroen, 2000).
Menurut Ulama Syafi‘iyah dan Hanabilah :
“Akad yang disepakati untuk membuat sesuatu dengan ciriciri tertentu dengan membayar harganya dahulu,
sedangkan barangnya diserahkan (kepada pembeli)
kemudian hari”.
BAI’ AL-MURABAHAH
Jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok
barang yang dijual ditambah dengan sejumlah
keuntungan (ribhun) yang disepakati oleh kedua belah
pihak, pembeli dan penjual.
 Penyerahan Barang pada saat transaksi
 Pembayaran tunai, tangguh atau cicilan.
BAI’ AS-SALAM
 Dalil Al Qur’an
Surat Al Baqarah : 282, Allah berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan,
maka
hendaklah
kamu
menuliskannya…”
(HR. al-Bukhari, Musylim, Abu Daud, an-Nasa‟I
at-Tirmidzi, dan Ibn Majah dari Ibnu „Abbas)
(HR. Thabrani).
BAI’ AL-ISTISHNA
Jual beli yang penyerahannya dilakukan kemudian,
tetapi penyerahan uangnya/ pembayarannya dapat
dilakukan secara cicilan atau ditangguhkan.
Landasan Al Quran & Hadist sama dengan Bai” As
Salam.
IJARAH (SEWA-MENYEWA)
Akad pemindahan hak guna atau manfaat atas
barang atau jasa melalui upah sewa tanpa diikuti
pemindahan hak kepemilikan atas barang itu
sendiri.
Dalil Al Qur’an tentang Ijarah ;
Al Baqarah : 233
HR. Bukhari dan Muslim
HR.Ibnu Majah
IJARAH (SEWA-MENYEWA)
 Rukun Ijarah
1. penyewa (musta‟jir);
2. pemberi sewa (mu‟ajir);
3. obyek sewa (ma‟jur);
4. harga sewa (ujrah);
5. manfaat sewa (manfaah);
6. ijab qabul (sighat).
IJARAH (SEWA-MENYEWA)
 Ijarah
Muntahiyah Bitamliik (IMBT) adalah
transaksi ijarah yang diikuti dengan proses
perpindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri .
Proses perpindahan kepemilikan obyek IMBT :


Hibah
Janji untuk menjual
SHARF
 Transaksi pertukaran dayn (mata uang) dengan dayn
(mata uang) yang berbeda atau jual beli mata uang
yang berbeda.
 Harus Tunai (naqdan).
Dalil Hadist :
HR Muttafaqun Alaihi
HR. Ahmad, Muslim dan Nasa‘I
HR. Muslim
HR. Buchari-Muslim
SHARF
 Rukun Sharf
1. penjual (bai‟);
2. pembeli (musytari‟);
3. mata uang yang diperjual belikan (sharf);
4. nilai tukar (si‟rus sharf);
5. ijab qabul (sighat).
BARTER
(PERTUKARAN BARANG DENGAN BARANG)
 Transaksi pertukaran kepemilikan antara dua barang yang
berbeda jenis.
 Informasi tentang harga harus diketahui.
Dalil transaksi Barter :
Dari Ubadah bin Shamit ra., Nabi Muhammad SAW bersabda,
”Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, hendaklah sama banyaknya, tunai dan timbang
terima. Apabila berlainan jenisnya bolehlah kamu jual
sekehendakmu asal tunai” (Muttafaqun ‗Alaihi)
BARTER
 Rukun Barter
1. penjual (bai‟);
2. pembeli (musytari‟);
3. barang yang dipertukarkan (mabi‟);
4. ijab qabul (sighat).
NATURAL UNCERTAINTY CONTRACT
(NUC)
 Kontrak atas transaksi yang secara alamiah
mengandung ketidakpastian, yang merupakan
percampuran antara obyek, ‘ayn, dayn ataupun suatu
aset lain seperti keahlian yang disebut dengan “asysyirkah” atau perkongsian antara dua belah pihak
atau lebih.
DEFINISI ASY-SYIRKAH
 “Suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua
orang yang bekerjasama terhadap harta mereka”. (ulama
Malikiyah - Haroen (1999))
 “Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada
sesuatu yang mereka sepakati” (ulama Syafi‘iyah &
Hanabilah)
 “Akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama
dalam modal dan keuntungan” (ulama Hanafiyah).
 Ikatan kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih
dalam perdagangan
JENIS-JENIS SYIRKAH
SYIRKAH
MUSYARAKAH
MUDHARABAH
1.
2.
3.
4.
1. MUTLAQAH
2. MUQAYYADAH
MUAFADHAH
AL-INAN
ABDAN
WUJUH
MUSAQAH
MUZARA’AH
MUKHABARAH
MUSYARAKAH
 Definisi
Musyarakah adalah akad kerjasama atau percampuran
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha
tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan
bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisbah
yang disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai dengan
porsi kerjasama.
 Rukun Musyarakah
1. para pihak yang bersyirkah;
2. porsi kerjasama;
3. proyek /usaha (masyru‟);
4. ijab qabul (sighat);
5. nisbah bagi hasil.
MUSYARAKAH
Landasan Syariah – Al Qur’an
 QS. An-Nisaa‘: 12, ”…maka mereka berserikat dalam sepertiga harta…”
 QS. Shaad: 24, “ …dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh, dan
amat sedikit mereka ini…” .
Landasan Syariah – Al Hadits:
 “Aku (Allah) merupakan orang ketiga dalam perserikatan antara dua orang,
selama salah seorang di antara keduanya tidak melakukan pengkhianatan
terhadap yang lain. Jika seseorang melakukan pengkhianatan terhadap
yang lain, Aku keluar dari perserikatan antara dua orang itu (HR. Abu
Daud dan al-Hakim dari Abu Hurairah).
 “Allah akan ikut membantu do‘a untuk orang yang berserikat, selama
diantara mereka tidak saling mengkhianati “
(HR. al-Bukhari).
MUSYARAKAH MUFAWADHA
 Kerjasama dua orang atau lebih pada suatu obyek
dengan syarat tiap-tiap pihak memasukkan modal
yang sama jumlahnya, melakukan tindakan
hukum (kerja) yang sama, sehingga tiap-tiap
pihak dapat melakukan perbuatan hukum atas
nama orang-orang yang berserikat/ kerjasama itu.
Landasan Syariah
 ”Jika kamu melakukan mufawadhah, maka
lakukanlah dengan cara yang baik…dan
lakukanlah mufawadhah, karena akad seperti ini
membawa berkah” (HR. Ibnu Majah).
 ”Tiga (bentuk usaha) yang mengandung berkat,
yaitu jual beli yang pembayarannya boleh ditunda,
mufawadhah, dan mencampur gandum dengan
jelai (untuk dimakan) bukan untuk
diperjualbelikan” (HR. Ibnu Majah)
MUSYARAKAH AL-INAN
 Perserikatan dalam modal
(harta) dalam suatu
perdagangan yang dilakukan
dua orang atau lebih, dengan
jumlah modal yang tidak
harus sama porsinya
keuntungan dibagi bersama
Landasan Syariah
 Kaidah para ulama fiqh
(Haroen, 1999):
“ Keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan dan kerugian
sesuai dengan modal masingmasing pihak”.
MUSYARAKAH WUJUH
 Kerjasama/percampuran antara
pemilik dana dengan pihak lain
yang memiliki kredibilitas
ataupun kepercayaan.
 Orang yang memiliki kredibilitas,
khususnya kredibilitas dalam
bisnis, tetapi tidak memiliki
modal finansial, bekerjasama
dengan pihak yang memiliki
modal finansial untuk melakukan
kegiatan usaha bersama, misalnya,
dalam bisnis perdagangan barang.
 Keuntungan usaha bersama akan
dibagi antara mitra yang memiliki
kredibilitas dan yang memiliki
modal finansial tersebut sesuai
dengan rasio bagi hasil yang
disepakati bersama
MUSYARAKAH ABDAN (A’MAL)
 Perserikatan yang dilaksanakan
oleh dua pihak atau lebih
untuk menerima suatu
pekerjaan, mis. laundry, tukang
jahit, dsb. Hasil atau imbalan
yang diterima dari pekerjaan
itu dibagi bersama sesuai
dengan kesepakatan.
 Dengan kata lain, syirkah al-
abdan adalah kerjasama atau
pencampuran tenaga atau
profesionalisme antara dua
pihak atau lebih (kerjasama
profesi).
MUDHARABAH
 Definisi
Akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal)
dengan pengusaha (mudharib) untuk mengelola
uang pemilik dana dan melakukan suatu usaha
bersama. Atau perdagangan tertentu. Keuntungannya
dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama,
sedangkan kerugian yang diderita menjadi
tanggungan pemilik modal.
MUDHARABAH
JENIS MUDHARABAH
 Mudharabah Mutlaqah
Dimana pemilik (shahibul maal) dana memberikan
keleluasaan penuh kepada kepada pengelola (mudharib)
untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang
dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun
pengelola tetap bertanggung jawab untuk melakukan
pengelolaan sesuai dengan praktek kebiasaan usaha
normal yang sehat (uruf)
 Mudharabah Muqayyadah
Dimana pemilik dana menentukan syarat dan
pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana
tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha dan
sebagainya.
MUDHARABAH - SKEMA
70%
30%
Laba
Profesionalisme
Dana / Modal
Shahibul maal
Kemitraan usaha
Mudharib
Rugi
100%
0%
MUSAQAH
 Diambil dari kata al-saqa yaitu seseorang bekerja pada
pohon tamar, anggur, atau pohon-pohon lainnya
supaya mendatangkan kemaslahatan dan
mendapatkan bagian tertentu dari hasil yang diurus
sebagai imbalan.
 Definisi:
Kerjasama antara pihak-pihak dalam pemeliharaan
tanaman dengan pembagian hasil antara pemilik
dengan pemelihara tanaman dengan nisbah yang
disepakati oleh pihak-pihak terkait.
MUSAQAH
LANDASAN HUKUM
“Memberikan tanah Khaibar dengan bagian separoh dari
penghasilan, baik buah-buahan maupun pertanian (tanaman).
Pada riwayat lain dinyatakan bahwa Rasul menyerahkan tanah
Khaibar itu kepada Yahudi, untuk diolah dan modal dari hartanya,
penghasilan separohnya untuk Nabi” (HR. Imam Muslim dari Ibnu
Amr r.a.)
RUKUN
1. Pihak Pemasok Tanaman
2. Pemelihara Tanaman
3. Tanaman yang dipelihara
4. Akad
MUZARA’AH & MUKHABARAH
Definisi Muzara’ah
Kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap
untuk memanfaatkan lahan.
Persamaan & Perbedaan Muzara’ah & Mukhabarah:
 Persamaan:
Pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada orang
lain untuk dikelola
 Perbedaan:
Muzara’ah » modal dikeluarkan dari pemilik tanah.
Mukhabarah » modal berasal dari
pengelola/penggarap.
MUZARA’AH & MUKHABARAH
LANDASAN HUKUM
 Muzara’ah
“Sesungguhnya Nabi SAW menyatakan, tidak mengharamkan
bermuzara’ah, bahkan beliau menyuruhnya, supaya yang
sebagian menyayangi sebagian yang lain,…” (HR. Bukhari
Muslim dari Ibnu Abbas r.a.)
 Mukhabarah
“Sesungguhnya Thawus r.a bermukhabarah, Umar r.a berkata;
dan aku berkata padanya; ya Abdurrahman, kalau engkau
tinggalkan mukhabarah ini, nanti mereka mengatakan bahwa
Nabi melarangnya. …bahwa Nabi SAW tidak melarang
mukhabarah, hanya beliau berkata, bila seseorang memberi
manfaat kepada saudaranya, hal itu lebih baik daripada
mengambil manfaat dari saudaranya dengan yang telah
dimaklumi.” (HR. Muslim dari Thawus r.a)
MUZARA’AH & MUKHABARAH
RUKUN
1. Pemilik lahan
2. Penggarap
3. Lahan yang digarap
4. Akad
TRANSAKSI DALAM BISNIS SYARIAH
Kategori Transaksi dalam
Islam
 Transaksi Halal
 Transaksi Haram
Kriteria Penentuan Halal
Haram
 obyek yang dijadikan
transaksi apakah obyek
halal atau obyek haram
(madiyah)
 cara bertransaksi apakah
cara bertransaksi halal atau
Cara Halal
Obyek
Halal
Obyek
Haram
Cara Haram
A
B
Transaksi
Transaksi
Halal
Haram
C
D
Transaksi
Transaksi
Haram
Haram
KESIMPULAN
 50 vs 900
Wallahu a’lam bish shawab