MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)

Download Report

Transcript MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)

Slide 1

MASA DEMOKRASI LIBERAL

(1950-1959)
Disusun Oleh :
Dwi Hatmoko, S.Pd
http://dwihatmoko.wordpress.com


Slide 2

DAFTAR ISI
A.
B.
C.

D.

E.
F.
G.

JUDUL
PETUNJUK
KEMBALI KE NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
KEHIDUPAN POLITIK
KEHIDUPAN EKONOMI
GANGGUAN KEAMANAN
DAFTAR PUSTAKA


Slide 3

PETUNJUK


LINK yang ada
Kalimat/kata bergaris bawah
 Simbol



Slide 4

KEMBALI KE NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)





Sesuai hasil KMB maka Indonesia berbentuk
Negara Serikat
RIS gabungan dari Negara federal a.l : NIT,
NST, Neg.Pasundan, Neg. Madura, Neg. Jawa
Timur, Republik Indonesia, dsb)
Negara-negara Federal RIS kemudian
menggabungkan diri ke dalam RI dan
membentuk NKRI


Slide 5



Alasan kembali ke NKRI :
 Bentuk

negara RIS bertentangan dengan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
 Merupakan warisan Belanda yang ingin
melestarikan kekuasaan di Indonesia
 Negara bagian banyak menghadapi masalah ;
SDM, politik, ekonomi, dsb
 Negara bagian banyak menggabungkan diri ke
dalam RI
 Terdapat dua golongan dalam pemerintahan dan
politik:



Golongan FEDERAL
Golongan Persatuan (Unitaris)


Slide 6

Pelantikan Soekarno sebagai Presiden RIS

Sumber : Youtube.com


Slide 7

KEHIDUPAN POLITIK
Sistem
Parlementer
Kabinet silih
berganti
Politik

Pemilu I (1955)
Kegagalan
konstituante

Dekrit Presiden
5-7-1959


Slide 8

KEHIDUPAN EKONOMI
Penduduk
meningkat

Utang dan
inflasi tinggi

Defisit
perdagangan

Perkebunan
dan industri
rusak

Belum ada
kemerdekaan
ekonomi

Kekurangan
SDM ahli

Rendahnya
PMA/Pen.
Modal Asing

Ekonomi

Keuangan terserap
dalam masalah Irian
Barat


Slide 9

Gangguan Keamanan
PKI/Madiun
DI/TII
APRA
Keamanan

Andi Aziz
RMS
(Rep. Maluku Selatan)
PRRI
Permesta

Jabar

Jateng
Kalsel
Sulsel
Aceh


Slide 10

PKI Madiun (18-9-1948)








Sering dikenal dengan nama Affair Madiun
Diawali dengan ketidak puasan hasil
perundingan Renville
Pemberontakan disaat Indonesia sedang
menghadapi Belanda
Tokohnya : Musso (baru datang dari Uni Sovyet)
dan Amir Syarifudin (mantan Perdana Menteri)
Mendirikan Republik Sovyet Indonesia
Ditumpas oleh pasukan pimpinan Gatot Subroto


Slide 11

DI/TII
DI/TII atau Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia
 Awalnya ketidakpuasan terhadap
pimpinan pusat
 Pemberontakan terjadi karena keinginan
mendirikan NII (Negara Islam Indonesia)
 Pemberontakan menyebar ke berbagai
wilayah



Slide 12

DI/TII Jawa Barat






SM Kartosuwiryo memproklamirkan Negara
Islam Indonesia (NII) pada tahun 1950
Sebagai kekuatan adalah TII
Kartosuwiryo dapat membangun kekuatan
selama terjadi perjanjian Renville sehingga TNI
Siliwangi harus long march ke Yogya
Kartosuwiryo akhirnya ditangkap setelah ada
operasi Pagar Betis pada tahun 1962


Slide 13

KA yang digulingkan DI/TII Jawa Barat

SM Kartosuwiryo


Slide 14

DI/TII Jawa Tengah
Dipimpin oleh Amir Fatah untuk daerah
Brebes, Tegal, Pemalang
 Dipimpin oleh Kyai Somalangu untuk
daerah Kabumen
 Mereka semua menyatakan diri sebagai
bagian NII Kartosuwiryo
 Ditumpas oleh divisi Banteng Raiders



Slide 15

DI/TII Kalimantan Selatan
Dipimpin oleh Ibnu Hajar
 Menyatakan diri sebagai bagian NII
Kartosuwiryo



Slide 16

DI/TII Sulawesi Selatan
Dipimpin oleh Kahar Muzakkar
 Menyatakan diri sebagai bagian NII
Kartosuwiryo



Slide 17

DI/TII Aceh







Dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh
Awalnya menginginkan daerah istimewa Aceh
diwujudkan
Karena tuntutan tidak ditanggapi oleh
pemerintah pusat, akhirnya memberontak
Menyatakan diri sebagai bagian dari NII
Kartosuwiryo
Diselesaikan dengan Musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh


Slide 18

Teuku Daud Beureueh


Slide 19

Pemberontakan APRA
(Angkatan Perang Ratu Adil)
23 Januari 1950
Pemimpin: Kapten Raymond Westerling
Pemimpin/tokoh intelektual: Sultan Hamid II
Tujuan:











Mempertahankan keberadaan negara federal/boneka
Menangkap semua menteri di Jakarta

Lokasi: Bandung
TNI yang gugur antara lain : Kolonel Lembong


Slide 20



Sebab:



Antara bekas KNIL dan TNI enggan bekerja
sama
Pertentangan golongan federalis (ingin tetap
ada negara federal) dengan golongan
unitaris (ingin negara kesatuan)


Slide 21

Rakyat yang dijadikan korban kekejaman Westerling


Slide 22

Kapten Raymond Westerling


Slide 23

Pemberontakan Andi Azis
(5 April 1950)






Pemimpin: kapten Andi Azis, bekas KNIL
Pemimpin intelektual: Dr. Soumukil, mantan
Jaksa Agung NIT
Lokasi: Makassar, Sulsel
Sebab:
 Menentang

masuknya APRIS dari TNI dari Jawa
ke Makassar
 Menuntut agar APRIS dari KNIL saja yang
mengamankan Negara Indonesia Timur (NIT


Slide 24

Pasukan APRIS penumpas Andi Azis dipimpin Kol. Kawilarang


Slide 25

Pemberontakan Republik
Maluku Selatan (RMS)
Pemimpin: Dr. Soumukil, setelah gagal dalam
pemberontakan Andi Azis
 Lokasi: Ambon, Maluku
 Tujuan: mendirikan negara baru yang lepas
dari RIS
 Sebab: keinginan mempertahankan negara
federal NIT tidak mendapat dukungan



Slide 26


Slide 27


Slide 28

Pemberontakan
Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI)






Pimpinan: Letkol Achmad Hussein
Lokasi: Sumbar, Sumsel, Sumut
Sebab:
 Ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat
 Kurang diperhatikannya keadaan daerah
 Ketidakseimbangan keuangan pusat dan daerah
 Semakin kuatnya PKI karena didukung oleh Soekarno
Pendukung:
 Dewan Banteng: dipimpin Letkol Achmad Hussein
 Dewan Gajah (Sumut): dipimpin Kolonel Simbolon
 Dewan Garuda (Sumsel): dipimpin Letkol Barlian
 Dewan Manguni (Sulut): dipimpin Letkol Ventje Sumual
 Sjafrudin Prawinegara, mantan penguasa PDRI


Slide 29









Operasi Tegas (Riau):
dipimpin Letkol Kaharudin
Nasution
Operasi 17 Agustus
(Sumbar): dipimpin
Kolonel Ahmad Yani
Operasi Sapta Marga
(Sumut): dipimpin Brigjend
Djatikusumo
Operasi Sadar (Sumsel):
dipimpin Letkol Ibnu
Sutowo


Slide 30

Pemberontakan
Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta)
Pemimpin: Letkol Ventje Sumual
 Lokasi: Sulut dan Sulteng
 Tujuan: mendukung PRRI
 Sebab:




Ketidakadilan keuangan dan politik antara
pusat dan daerah


Slide 31

Operasi merdeka dipimpin Letkol
Rukminto Hendraningrat


Slide 32


Slide 33


Slide 34

Suasana pengadilan pemimpin PRRI/Permesta


Slide 35

SISTEM PARLEMENTER







Multipartai, artinya banyak partai
Kabinet dibentuk oleh partai yang kuat atau
gabungan partai (koalisi)
Pemimpin pemerintahan yaitu perdana menteri
Kabinet bertanggung jawab pada parlemen
Partai di parlemen cenderung menjatuhkan
kabinet
Presiden hanya sebagai kepala negara


Slide 36

Kabinet silih berganti
Kabinet Natsir
 Kabinet Wilopo
 Kabinet Soekiman
 Kabinet Ali Sastoamidjojo I
 Kabinet Ali Sastroamidjojo II
 Kabinet Burhanudin Harahap
 Kabinet Djuanda



Slide 37

Kabinet Wilopo





Banyak gol. muda administrator sehingga
programnya banyak yang berjalan
Dimasa ini NU menarik dukungan dari
Masyumi
Jatuh karena banyak pemberontakan
daerah, tuntutan rakyat dibubarkannya
parlemen, Peristiwa tanjung Morawa
(protes petani atas tanah yang dimiliki
perkebunan


Slide 38

Kabinet Natsir






PM Moh Natsir dari Masyumi
Hubungan sipil-militer baik
Perekonomian maju karena perang Korea
Jatuh karena terlalu lunak pada masalah
Irian Barat


Slide 39

Kabinet Ali I




Menyelenggarakan KAA
Penandatanganan Dwi Kewarganegaraan
RI-RRC

Gedung tempat KAA


Slide 40

Kabinet Soekiman





Kurang bersifat administrator
Kemajuan: kemajuan perusahaan kecil,
pendidikan, perlindungan buruh
Jatuh karena bekerjasama dengan USA
(dianggap pro Barat), tidak tegas dalam
pemberontakan daerah


Slide 41

Kabinet Burhanudin Harahap



Berhasil menyelenggarakan Pemilu I
Jatuh karena Presiden tidak mau
menandatangani UU Pembubaran Uni
Indonesia-Belanda


Slide 42

Kabinet karya (zakken cabinet)


Pemilihan menteri sesuai dengan
bidangnya (the right man in the right
place)


Slide 43

Kabinet Ali II






PKI (empat besar pemilu) dilarang masuk
kabinet
Pembangunan pabrik semen Gresik, surplus
hasil bumi, ditetapkannya UU Pemerintahan
daerah
Adanya Dwi Fungsi ABRI atas usulan Nasution
Adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Slide 44

Menganjurkan merebut Irian Barat dengan
berbagai cara
 Kemajuan: pendirian perguruan tinggi
(ITB, ITS, IKIP), kunjungan dari negara
lain (Kamboja, Yugoslavia, India)



Slide 45

Pemilihan Umum I (1955)
 Dilaksanakan dua tahap
 Tahap I (29 September 1955): memilih anggota DPR
 Tahap II (15 Desember 1955): memilih anggota Konstituante

(pembuat UUD)

Pemenang pemilu:





Masyumi
PNI
NU
PKI

 DPR 272 orang, Konstituante 542
 Diikuti banyak partai, organisasi, dan
perseorangan


Slide 46

Kontestan Pemilu I (1955)


Slide 47


Slide 48

Kontituante sebagai MPR
(penyusun UUD)







Sidang terjadi disaat terjadi banyak
pemberontakan didaerah
Belum dapat menghasilkan keputusan tentang
UUD
Sidang sulit mendapatkan kebulatan suara
karena masing-masing mempertahankan
ideologi partainya sendiri
Anjuran presiden untuk kembali ke UUD 1945
tidak pernah mendapat kebulatan suara


Slide 49

Dekrit Presiden


Situasi darurat,






Isi dekrit:









banyak pemberontakan, sedangkan
Kontituante tidak juga berhasil membuat UUD
Anjuran kembali ke UUD 1945 belum dapat disepakati Konstituante

Pembubaran konstituante
Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS
1950
Pembentukan MPRS dan DPAS

Sebenarnya Presiden tidak berhak membubarkan Kontituante
karena merupakan hasil Pemilu, pilihan rakyat
Dekrit didukung ABRI dan Rakyat
Sisi positif: menyelamatkan negara
Sisi negative: presiden bertindak otoriter/diktator


Slide 50

DAFTAR PUSTAKA








Sukmayani, Ratna dkk . 2008. Ilmu pengetahuan sosial 3: untuk SMP/MTs
kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan-Departemen Pendidikan Nasional,
Sutarto, dkk. 2008. IPS 3: untuk SMP/MTs kelas IX. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Fattah, Sanusi dkk. 2008. Ilmu pengetahuan sosial : untuk SMP/MTs kelas
IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Wayan Legawa, I dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu
Pengetahuan Sosial: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Kelas IX Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional,
Widyaningsih, Titik Sunarti dkk. 2010. Sukses Ujian IPS SMP/MTs. Jakarta
: Yudhistira
Matroji, Drs. 2003. IPS Sejarah SLTP Jilid III. Jakarta : Erlangga