Pendahuluan Al

Download Report

Transcript Pendahuluan Al

PENDAHULUAN

•
TUJUAN SYARI’AT ISLAM
Tujuan ditetapkan hukum dalam Islam adalah untuk
memelihara kemashlahatan manusia sekaligus untuk
menghindari mafsadat, yakni memelihara:
a. agama,
b. jiwa,
c. akal,
d. keturunan, dan
e. harta.
Tujuan tersebut dicapai melalui penetapan hukum yang
pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber
hukum (al-Qur'an dan al-Sunnah)
DASAR HUKUM ISLAM
A.
AL-QUR’AN
 Al-Qur’an adalah sumber hukum pertama
dan utama dalam Islam. Sehingga jika ada
masalah-masalah baru yang muncul dalam
kehidupan masyarakat kita harus
menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan yang
pertama.
 Al-Qur’an secara global terdiri dari ayat ayat
Muhkamat (jelas) dan Mutasyabihat (umum
dan belum jelas)
DASAR HUKUM ISLAM
 Secara garis besar ayat ayat al-Qur’an terdiri dari :
1.
2.
Ayat-ayat muhkamat (hukum), kelompok ayatayat ini adalah ayat-ayat yang sudah jelas dan
tegas sehingga tidak membutuhkan penjelasan
lebih lanjut, seperti ayat ayat yang berhubungan
dengan masalah aqidah (al-ikhlas )dll.
Ayat-ayat Mutasyabihat, ayat-ayat yang
termasuk kelompok ini sifatnya masih umum dan
belim jelas, sehingga perlu penjelasan lebih
lanjut. Seperti ayat-ayat tentang perintah shalat,
penjelasan lebih detail tentang ayat tersebut ada
didalam al-Hadits.
DASAR HUKUM ISLAM
 B. AL-HADITS
 Pengertian Al-Hadits
Menurut bahasa
: Khabar / berita
yang disampaikan seseorag kepada
orang lain.
 Menurut Istilah : Segala ucapan,
perbuatan dan hal ihwal dan taqrir

DASAR HUKUM ISLAM
AS-SUNNAH
 Menurut bahasa :Jalan, artinya jalan
hidup yang ditempuh dan dijadikan
kebiasaan, apakah perbuatan itu baik
atau buruk.
 Menurut istilah : Segala yang
dinukil/diambil dari nabi baik perkataan,
perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat,
kelakuan, jalan hidup baik sebelum dan
sesudah diangkat menjadi nabi.

HADITS QUDSI

Adalah perintah (wahyu) Tuhan yang
disampaikan kepada nabi (melalui
mimpi atau ilham) tetapi redaksinya
bukan ditentukan oleh Allah melainkan
dibuat oleh nabi sendiri. Dan biasanya
hadits qudsi selalu dimulai dengan kata :
Allah berfirman.
JENIS HADITS BERDASARKAN MATAN (ISI)
1.
2.
3.
Hadits Perkataan : yakni hadits tentang ucapan atau
perkataan nabi. Hadits jenis ini biasanya diawali
dengan perkataan “Nabi bersabda”
Hadits perbuatan : yaknik hadits tentang perbuatan
nabi seperti hadits mengenai cara mendirikan
shalat, jumlah rakaatnya, haji dll. Semua cara ini
diterima melalui perbuatan nabi yang kemudian
diceritakan oleh sahabat maka jadilah hadits.
Hadits taqrir : yakni hadits yang berkenaan dengan
ketetapan nabi. Contoh hadits taqrir : biasanya
terjadi karena perbedaan pendapat/penafsiran
terhadap perkataan nabi.
FUNGSI HADITS TERHADAP ALQUR’AN
1.
2.
Menafsirkan,
artinya menerangkan ayat-ayat yang tidak jelas dan
tidak mudah diketahui maksudnya/maknanya. Seperti
ayat-ayat mujmal (yang masih umum) seperti ayat
tentang shalat, zakat dll.
Menguatkan
artinya keterangan yang diberikan oleh alHadits adalah untuk menambah kokoh/kuat
apa yang telah diterangkan oleh al-Qur’an,
seperti ayat tentang puasa :
3. menetapkan suatu hukum yang belum ada
ketetapannya di dalm al-qur’an
TINGKATAN HADITS
1. Mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh
orang banyak dan tidak diragukan lagi
kebenarannya.
2. Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh
sahabat dan tabi’in seorang atau beberapa orang
yang dipercaya dan jujur.
3. Ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh
seseorang atau beberapa orang tapi bukan dari
kalangan sahabat. Hadits ahad terbagi kepada : 3
(Tiga) tingkatan
Hadist Ahad
1.
2.
3.
Shaheh adalah hadits yang
meriwayatkannya sampai kepada nabi
Hasan adalah hadits yang
meriwayatkannya bersambung sampai
kepada nabi tapi yang
meriwayatkannya kurang adil.
Do’if adalah hadits yang
meriwayatkannya tidak bersambung
dan juga kurang adil.
C. IJTIHAD
 Pengertian
Menurut bahasa : yang berarti :
Berusaha keras, Sungguh-sungguh,
mencurahkan tenaga, memeras fikiran.
 Menurut istilah : Suatu pekerjaan yang
mempergunakan segala kemampuan
daya ruhaniah untuk mengeluarkan
hukum syara/menggali hukum berdasar
al-Qur’an dan al-Hadits.

OBJEK IJTIHAD

Obyek dari ijtihad adalah : Masalah-masalah
baru yang muncul dalam kehidupan
masyarakat yang belum ada keputusan
hukumnya baik di al-Qur’an maupun di Alhadits, dan umumnya menyangkut masalahmasalah yang berhubungan dengan
kehidupan social seperti :
○ maslah ekonomi : Saham, Bunga Bank,
Asuransi dll.
○ Masalah politik : bentuk negara, dll
○ Teknologi : cloning, bayi tabung, dll
SYARAT IJTIHAD
Menguasai bahasa arab.
 Hal ini disyaratkan karena al-Qur’an dal al-Hadits yang
menjadi sumber utama hokum Islam adalah berbahasa arab.
 Akan tetapi ada beberapa ulama yang tidak mensyaratkan
penguasaan bahasa arab, dengan pertimbangan bahwa alQur’an sekaran telah banyak diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa.
2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang seluk beluk
al-Qur’an (Ulumul Qur’an ).
 Dengan bekal paham dengan ilmu ini, maka seorang mujtahid
dapat memahami isi kandungan dan maksud al-qur’an ,
terutama yang berhubungan dengan hukum syari’at.
 Imam syafi’i malah mengharuskan seorang mujtahid mahus
hafal al-Qur’an, sehingga dia bisa dengan mudah
menyebutkan ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum
syara.
1.
SYARAT IJTIHAD
3.

4.


5.

Memiliki pengetahuan yang cukum tentang Sunnah
Seperti diketahui bahwa fungsi al-Hadits adalah sebagai penafsir dan penjelas dari
al-Qur’an. Sehingga seorang mujtahid perlu memahami ini terutama yang
berhubungan dengan kualitas dari hadits-hadits yang ada, sehingga tidak terjebak
dengan penggunaan hadits yang do’if/palsu dalam memberikan penjelasan terhadap
al-Qurlan dan menetapkan keputusan hukum .
Memiliki pengetahuan yang luas tentang ilmu ilmu yang berhubungan dengan
disiplin ilmu
Seorang mujtahid yang ingin melakukan ijtihad tentang hal-hal yang baru muncul
dalam kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu harus
memiliki pengetahuan yang luas tentang hal tersebut. Jika tidak memilikinya maka
dia tidak bisa melakukan ijtihad untuk memutuskan masalah tersebut.
Sebagai contoh jika seorang mujtahid ingin memutuskan apakah bayi tabung itu
boleh atau tidak menurut Islam maka dia harus faham terlebih dahulu tentang seluk
beluk bayi tabung, seperti proses bayi tabung dst.
Bermoral/Berakhlak
Agar seorang mujtahid melaksanakan ijtihadnya secara benar dan tidak
diselewengkan maka orang tersebut harus dasar moral yang tinggi atau berahlak
mulia.