Med Students, Patient Safety and Student Safety
Download
Report
Transcript Med Students, Patient Safety and Student Safety
MEDICAL STUDENTS,
PATIENT SAFETY, AND
STUDENT SAFETY
KELOMPOK B5 GUS
Indro Firdaus
Hilda Fasina
Susany Fitri Handayani
Aditya Pratama Putra
Brama Fimanggara
Adhi Mulyono
Thomas Adhi Nugroho
Nabil Ihsan Ahmad
Nurani Nasuha Arief
Ghabrina Saraswati Elgianda
1. Risk of harm done by medical
students during internships
Apa sih internship itu?
Internship -> edukasi dalam bentuk pengalaman yang
mengaplikasikan semua hal yang sudah dipelajari dan
membangun skills
Medical student yang terlibat
dalam perawatan pasien harus:
Memperhatikan hal-hal apa yang membahayakan pasien
Medical student harus menginformasikan kepada pasien
jika ingin terlibat dalam perawatan pasien. Jika
menolak, hargai pendapat itu
Mengerti sepenuhnya peran yang berkaitan dengan
perawatan pasien
Jika terlibat dalam keadaan kondisi kritis tanpa
pelatihan = membahayakan praktisi dan pasien
Medical student yang terlibat dalam
perawatan pasien harus: (cont’d)
Dapat menyeimbangkan benefit dan resiko dalam
menolong pasien tanpa menenpatkan diri dalam bahaya
Tidak membeberkan informasi tentang masalah
kesehatan pasien sesuai dengan kode etik kedokteran
Meminimalisasi situasi yang dapat membahayakan
pasien
Memperhatikan dosis obat
Konsekuensi Negatif
Banyak medical students mendapatkan pengalaman
yang menguntungkan melalui keterlibatan perawatan
pasien, dari pelayanan yang diberikan, harm dan abuse
pada situasi ini tidak dapat terelakkan. Partisipan yang
tidak teredukasi dengan baik dan tidak terlatih pada
situasi ini dapat memberikan konsekuensi negatif,
termasuk:
Harm done to patient
Physical harm to student’s self
2. Risk of harm to medical student
during contact with patient
Bidang kedokteran memiliki resiko tinggi untuk
terjadinya kontaminasi silang antar pasien-dokter,
pasien-pasien, dan pasien-perawat
Untuk mengurangi resiko ini maka dilakukan:
Universal precaution (contoh: cuci tangan, menutup bersin
dengan tangan, dsb.)
Mengurangi eksposur dengan menggunakan alat pelindung
pribadi (contoh: masker, sarung tangan, gaun, dsb.)
Penyakit yang dapat menginfeksi dokter
ketika berkontak langsung dengan pasien:
Bloodborne pathogens (including HIV/AIDS, Hepatitis B & C)
MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus)
Pneumonia
Influenza
Norovirus
Varicella (chickenpox)
Mumps
Clostridium difficile (C. diff)
Tuberculosis
3. Can someone learn to become a doctor
without direct contact with patients ? Why ?
Give examples !
Tidak bisa. Alasannya?
Pasien memberikan peranan yang sangat penting dalam
perjalanan seseorang untuk menjadi seorang dokter.
Kerjasama yang baik antara calon dokter dan dokter dengan
pasien akan sangat membantu dalam membentuk tenaga
kesehatan yang baik.
Di dalam the Oath of Hippocrates Terdapat kalimat “I will
exercise my art solely for the cure of my patients”. Sepintar
apapun seseorang dalam teori ilmu-ilmu kedokteran, apabila
dia tidak melatih kemampuannya, maka dia tidak akan dapat
menjadi seorang dokter yang baik.
Contoh:
Pendidikan di Program Studi Profesi Dokter di FK Unpad
dilaksanakan dengan menggunakan metode pelatihan
berdasarkan kompetensi (Competency-based Training),
yang meliputi kompetensi klinik dan manajemen
kesehatan masyarakat. Program Studi Profesi Dokter
(PSPD) terdiri dari rotasi pada 16 departemen yang
dilalui dalam waktu 3 semester. Setelah tahap ini
diselesaikan diharapkan dokter muda telah memiliki
kompetensi sebagai dokter umum.
4. What would be the best way
to learn from a patient safely?
Mahasiswa kedokteran akan melalui dua tahap
pendidikan -> preklinik dan klinik.
Dalam praktek klinik -> keselamatan dan kenyamanan
pasien adalah yang utama.
Kewajiban mahasiswa kedokteran selama menjalankan
praktek klinik terdapat dalam pasal 10 RUU Pendidikan
Kedokteran.
Pasal 10 RUU Pendidikan
Kedokteran
1. Aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai metode
pembelajaran
2. Mengikuti serangkaian pendidikan kedokteran
3. Menjaga etika profesi dan etika rumah sakit serta
disiplin praktek kedokteran
4. Mengikuti tata tertib yang berlaku di lingkungan
penyelenggara pendidikan kedokteran dan wahana
pendidikan
5. Serta menghormati dan menjaga keselamatan pasien
Mahasiswa kedokteran harus memiliki 3 poin penting ini:
knowledge, skill, attitude.
Tingkat kemampuan berbagai tindakan yang dikerjakan
oleh seorang dokter diklasifikasikan dalam 4 tingkatan:
1. Mengetahui dan menjelaskan (KNOWS)
2. Pernah melihat atau pernah didemonstrasikan (KNOWS
HOW)
3. Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
supervisi (SHOWS)
4. Mampu melakukan secara mandiri (DOES)
Tahap preklinik diharapkan mampu mencapai tingkat 1 dan 2
dan ketika tahap klinik mencapai tingkat 3 dan 4.
Referensi
http://www.who.int/patientsafety/education/curriculum/who_
mc_topic-6.pdf
http://professionalism.jefferson.edu/video6/1.cfm
http://www.patientsafetyfirst.nhs.uk/ashx/Asset.ashx?path=/Ho
w-to-guides-2008-09-19/Medicines%201.1_17Sept08.pdf
http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/id.html.
http://studentaffairs.stanford.edu/haas/principles/document
The Road to Becoming a Doctor, Project Medical Education;
Association of American Medical Colleges (AAMC).
http://www.fk.unpad.ac.id/akademik/pendidikan-dokter