Prinsip AB 1

Download Report

Transcript Prinsip AB 1

ANTIBIOTIKA
Definisi Antibiotika
• * Vuillemin (1889): Antibiotik sebagai senyawa
aktif yang dihasilkan MO hidup untuk
memusnahkan MO lain untuk memperjuangkan
kelangsungan hidupnya.
• * Turpin dan Velu (1957): Antibiotik adalah
semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh
organisme hidup atau yang diperoleh melalui
sintesis yang memiliki indeks khemoterapi tinggi
yang manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis
yang sangat rendah secara spesifik melalui
inhibisi proses penting pada virus, MO atau
bernagai organisme bersel majemuk.
• Pada awalnya antibiotik diperoleh secara
alamiah, kemajuan ilmu dan teknologi
memungkinkan semisintesis dan sintesis.
Misal: Struktur dasar penisilin adalah
6-aminopenisilinat (6-APA)
• Definisi tersebut menempatkan antibiotik
sebagai obat khemoterapi.
• Senyawa antibiotik jg dapat berkhasiat sbg
- antivirus (Rifampisin),
- antiparasit (Paromomisin)
- anti jamur (Griseofulvin, amfoterisin B)
• Antiseptik adalah senyawa yang mampu
memusnahkan MO atau menghambat
pertumbuhannya secara spesifik atau tidak
spesifik namun toksisitasnya tidak
memungkinkan untuk pemberian sistemik.
• Antibiotika harus bisa diabsorpsi, distribusi,
metabolisma dan ekskresi, sanggup
menghambat atau memusnahkan MO di
berbagai tempat dalam tubuh serta mempunyai
toksisitas selektif.
Pengelompokan Antibiotik:
• * Pendekatan kimia
• * Pendekatan berdasarkan mekanisme
kerja
• * Pendekatan berdasarkan manfaat dan
sasaran kerja
• * Pendekatan berdasarkan daya kerja
Kelompok A.B berdasarkan Mekanisme
Kerja:
1. A.B yang menginhibisi sintesis atau mengaktivasi enzim
yg merusak dinding sel bakteri sehingga menghilangkan
kemampuan berkembang biak dan sering lisis;
( Penisilin, sefalosporin, sikloserin )
2. A.B yang bekerja langsung thdp membransel,
mempengaruhi permeabilitas shg menimbulkan
kebocoran dan kehilangan senyawa intraseluler;
(Nistatin, amfoterisin B)
3. A.B yang mengganggu fungsi ribosom bakteri,
menyebabkan inhibisi sintesis protein secara reversible;
(Kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin)
4. A.B yang difiksasi pada subunit Ribosom
30 S menyebabkan timbunan kompleks
pemula sintesis protein, salah tafsir kode
mRNA, shg produksi polipeptida
abnormal;
( Aminoglikosida berdaya bakterisid)
5. A.B yang mengganggu metabolisme
asam nukleat; (Rifampisin)
Kelompok A.B berdasarkan manfaat dan
sasaran kerja:
1. A.B yang terutama bermanfaat thdp kokus
Gram + dan basil. Cenderung memiliki spektrum yang
sempit.
(Penisilin G, makriloda, basitrasin)
2. A.B yang terutama efektif terhadap Basil Aerob Gram –
( Aminoglikosida, Polimiksin )
3. A.B yang secara relatif memiliki spektrum luas ,
bermanfaat terhadap Kokus Gram + dan Basil Gram ( Amoksisilin, Sefalosporin, Tetrasiklin, Kloramfenikol )
Kelompok A.B berdasarkan Daya
Kerjanya
1. A.Bbakteriostatik,menghambat
pertumbuhan bakteri
(tetrasiklin,kloramfenikol)
2. A.B bakterisidik, mematikan bakteri
( Penisilin, aminoglikosida, rifampisin )
Kelompok A.B berdasarkan kimia:
• 1. ß-Laktam
- Kelompok Penisilin: Penisilin G
- Kelompok Sefalosporin: Sefalotin
• 2. Aminoglikosida: Streptomisin
• 3. Kloramfenikol: Tiamfenikol
• 4. Kelompok Tetrasiklin: Oksi tetrasiklin
• 5. Makrolida dan antibiotik yang berdekatan:
•
Eritromisin
• 6. Rifamisin: Rifampisin
• 7. Polipeptida Siklik: Polimiksin
• 8. Antibiotik Polien: Amfoterisin B
• 9. Antibiotik Lain: Griseofulvin
PRINSIP TERAPI ANTIBIOTIKA
Penyalahgunaan A.B secara luas mengandung
resiko sbb:
• Kebanyakan AB menimbulkan efek samping dan
reaksi toksik.
• Hipersensitivitas dapat diinduksi, shg
memungkinkan terjadi berbagai reaksi ringan
atau gawat pada pemakaian berulang AB
tersebut.
• Flora normal usus sering dimodifikasi sehingga
meningkatkan kemungkinan untuk terjadi
superinfeksi.
• Mutan mikroba yang resisten sering terseleksi
dari populasi bakteri dan merupakan ancaman
bahaya individual atau epidemiologik
• Status fisiopatologi pasien seringkali menuntut
perhatian khusus pada disain terapi dengan
antibiotik.
• Faktor lingkungan seperti diet, terapi lain yang
dilaksanakan sejajar ataupun bersama-sama
dengan terapi antibiotik merupakan hal-hal yang
perlu diperhitungkan pengaruhnya terhadap
terapi antibiotik.
Faktor yang perlu diperhatikan untuk
menunjang tercapainya sasaran penggunaan
antibiotik
:
• Aktivitas antimikroba
• Efektivitas dan efisiensi proses
farmakokinetik.
• Toksisitas antibiotik.
• Reaksi karena modifikasi flora alamiah
tuan rumah.
• Penggunaan kombinasi antibiotik.
• Pola penanganan infeksi.
Efektifitas dan efisiensi proses
farmakokinetik AB
Pemilihan rute pemberian AB harus
memperhatikan faktor-faktor:
• Konsentrasi obat dalam darah
• Lokasi infeksi
• Kegawatan infeksi
• Jika infeksi yang mengancam nyawa ;
Lebih baik AB diberikan secara parenteral dari
pada peroral.
• Bila absorpsi melalui intra muscular (i.m)
meragukan lebih baik pemberian intravena (i.v).
Toksisitas Antibiotik
Reaksi toksik sebagai akibat penggunaan
AB berlangsung melalui 2 mekanisme:
• Reaksi toksik berkaitan dengan dosis
yang diberikan
• Reaksi toksik yang tidak berkaitan
dengan dosis yang digunakan, a.l:
- Alergi,
- idiosinkrasi dan degenerasi sistem organ
manusia.
Toksisitas karena perubahan pada
manusia:
• Ekskresi yang dimodifikasi karena faktor genetik
• Defisiensi metabolisme obat
• Penggunaan obat lain bersama AB.
Misalnya:
- Antasida dari garam-garam Ca, Mg, Fe bersama
tetrasiklin akan menghambat absorpsi tetrasilin
- Pada insufisiensi ginjal atau hati perlu diadakan
perubahan dosis untuk mencegah reaksi toksik karena
dosis berlebihan
- Kloramfenikol bersama barbital, tolbutamid terjadi
kompetisi untuk konjugasi di hati
Reaksi krn modifikasi flora alamiah
manusia
• Bila suatu flora ditekan karena penggunaan AB, maka
organisme lain akan berkembang.
• Perkembangan flora yang resisten akan lebih berbahaya
dari infeksi semula disebut Superinfeksi
Misalnya :
• Infeksi fungi yang fatal karena
penggunaan AB
spektrum luas
• Kolitis yang fatal karena penggunaan klindamisin,
sefaleksin dan ampisilin.
• Modifikasi flora pada tuan rumah dapat menyebabkan
gangguan absorpsi vitamin K shg dapat timbul
pendarahan pada pasien yang menggunakan
antikoagulan oral.
Kombinasi Antibiotik
Kombinasi AB bisa bersifat Sinergis,
antagonis atau tanpa efek:
• Kombinasi AB bakteriostatik dan bakterisid
sering antagonis.
• Kombinasi AB bakterisid dan bakterisid
mungkin sinergis atau aditif
Kombinasi Obat dapat dibenarkan bila:
• * Kombinasi sinergis terhadap
mikroorganisme penyebab infeksi
• * Kombinasi dapat mencegah resistensi pada
mikroorganisme
• * Kombinasi perlu pada awal penanganan
infeksi yang sangat mengancam nyawa
pasien dan penyebab infeksi belum diketahui
• * Infeksinya majemuk
AB berdasarkan daya kerjanya
AB Bakterisida
• Penisilin –penisilin
• Sefalosporin
• Aminoglikosida
• Polimiksin B
• Kolistin
• Vankomisin
• Basitrasin
• Sikloserin
• Heksamin
• Rifamisin
AB Bakteriostatik
• Tetrasiklin-tetrasiklin
• Kloramfenikol
• Eritromisin
• Linkomisin
• Spektinomisin
• Sulfonamida
• Trimetoprim
• Nitrofurantoin
Kegagalan Terapi Antibiotik
• Terapi AB dinilai gagal bila tidak berhasil
menghilangkan gejala klinik atau infeksi
kambuh lagi setelah obat dihentikan.
• Sebab-sebab kegagalan terapi AB:
* Salah pilih antibiotik:
* Salah pemberian /penggunaan:
Salah pilih terapi AB:
• AB yang salah sasaran
• AB diberikan untuk demam tanpa
dokumentasi mikroorganisme
• Menggunakan AB yang tidak aktif in vitro
atau tidak mampu mencapai sarang infeksi
in vitro
• Menggunakan AB yang toksik walaupun ada
yang kurang toksik
• Menggunakan AB yang mahal walaupun
tersedia yang murah dan efektif.
Salah pemberian /penggunaan:
•
•
•
•
•
•
•
Dosis keliru
Rute pemberian tidak memadai
Jangka waktu pemberian tdk cukup
Gagal mengenal kejadian toksik
Tdk memodifikasi dosis
Mengganti AB
Kepatuhan pasien pada dosis tdk
tercapai
Resistensi Bakteri Untuk Antibiotik
Resistensi adalah: ketahanan mikroba
terhadap antibiotika tertentu.
• * Resistensi Alamiah
• * Resistensi kromosomal
• * Resistensi ekstrakromosomal
* Resistensi Alamiah
•
Mikroba tdk peka terhadap AB tertentu karena mikroba
secara alamiah tidak dpt diganggu oleh AB tersebut
karena tdk ada reseptor yang cocok atau dinding sel
mikroba tdk dpt ditembus oleh AB
Contoh:
• Antijamur nistatin dan amfoterisin tdk bekerja pada
bakteri karena bakteri tidak mempunyai sterol di
membrannya.
• Dinding sel pseudomonas tdk dpt ditembus penisilin G
dan nitrofuran
• Rifampisin tidak dapat menembus membran sel jamur.
Resistensi kromosomal
• Resistensi kromosomal karena mutasi spontan
pada gen kromosom. Kromosom yg termutasi
dpt berpindah shg terjadi populasi yg resisten
dan dpt terjadi resistensi silang.
- Resistensi kromosomal primer.
Mutasi terjadi sebelum pengobatan
- Resistensi kromosomal sekunder.
Mutasi terjadi selama kontak dengan AB
* Resistensi ekstrakromosomal
• Yang berperan adalah faktor R yang
terdapat di sitoplasma.
• Faktor R dapat berpindah dari bakteri satu
ke yang lain shg dpt terjadi resistensi
silang.
Contoh:
Resistensi bakteri thdp kanamisin,
streptomisin, gentamisin, sefalosporin,
tetrasiklin,kloramfenikol, ampisilin.
Dasar biokimia penyebab resitensi:
1. Modifikasi enzim pada sasaran
2. Reduksi pada aktivitas fisiologi yg penting
pd sasaran
3. Duplikasi enzim yang merupakan sasaran
4. Pencegahan serangan pada sasaran
5. Sintesis enzim oleh bakteri yang mampu
menginhibisi AB
Resistensi karena inaktivasi enzim
1. Inaktivasi dengan penguraian
Contoh:
Penisilinase memecahkan cincin 
laktam shg bakteri resisten thdp penisilin.
2. Inaktivasi enzim dg substitusi
Contoh:
Kloramfenikol dg enzim transaselilase dari
asetilkoenzim-A menjadi inaktif