2.AKM2-ASET TETAP-Depresiasi

Download Report

Transcript 2.AKM2-ASET TETAP-Depresiasi

Aset Tetap
Depresiasi dan Deplesi
1
Depresiasi
Pengertian Depresiasi
• Depresiasi adalah bagian dari harga perolehan AT
yang secara sistematis dialokasikan menjaadi
biaya setiap periode akuntansi
• Menurut PSAK No. 17:
“Depresiasi (penyusutan) adalah alokasi jumlah
suatu AT yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan
ke pendapatan baik secara langsung maupun
tidak langsung”.
2
• Dari definisi di atas jelas bahwa akuntansi
depresiasi bukan suatu proses penilaian AT
atau prosedur pengumpulan dana untuk
mengganti AT, tetapi suatu metode untuk
mengalokasikan harga perolehan AT ke
periode-periode akuntansi
• Alokasi harga perolehan AT yang tidak dapat
diganti seperti sumber alam (wasting assets)
disebut DEPLESI.
• Sedangkan alokasi harga perolehan AT tidak
berwujud disebut AMORTISASI.
3
Sebab-sebab Depresiasi
• Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi dapat
dikelompokkan menjadi dua:
1. Faktor Fisik
Faktor yang mengurangi fungsi AT, misalnya aus karena
dipakai (wear and tear), aus karena umur
(deterioration and decay) dan kerusakan-kerusakan.
2. Faktor Fungsional
Faktor yang membatasi umur AT, misalnya AT untuk
memenuhi kebutuhan produksi karena ada
perubahan permintaan atas produk, atau AT yang
sudah tidak ekonomis karena kemajuan teknologi.
4
Faktor-faktor yang Menentukan Biaya
Depresiasi
Ada tiga faktor:
1. Harga perolehan (cost)
2. Nilai residu
Nilai sisa suatu AT yang didepresiasi adalah
jumlah yang diterima bila AT tersebut dijual,
ditukarkan atau cara-cara lain ketika AT
tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi,
dikurangi dengan biaya yang terjadi saat
menjual/menukarkan.
5
3. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat/umur
ekonomis)
Dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan
kebijakan yang dianut dalam reparasi.
Dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan
hasil produksi, atau satuan jam kerja. Dalam
menaksir masa manfaat AT, harus juga
dipertimbangkan keausan fisik dan fungsional.
Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang
ketelitiannya sangat tergantung pada ketiga faktor
di atas.
Ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi
besarnya laba rugi perusahaan.
6
Metode Perhitungan Depresiasi
• Untuk dapat menggunakan metode depresiasi,
hendaknya dipertimbangkan keadaan yang
mempengaruhi AT tersebut:
1. Metode garis lurus (straight-line method)
2. Metode jam jasa (service-hours method)
3. Metode hasil produksi (productive-output method)
4. Metode beban berkurang (reducing-charge method):




Jumlah angka tahun (sum of year’s-digits method)
Saldo menurun (declining balance method)
Double declining balance method
Tarif menurun (declining rate on cost method)
7
1. Metode garis lurus (straight-line
method)
• Paling sederhana dan banyak digunakan.
Beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama
(kecuali kalau ada penyesuaian)
• Contoh:
mesin dengan harga perolehan Rp600.000,00,
taksiran nilai sisa (residu) Rp40.000,00 dan
umur ekonomis ditaksir selama 4 tahun.
• Depresiasi tiap tahun diitung sebagai berikut:
8
HP
–
NS
Depresiasi =
N
Rp600.000,00 – Rp40.000,00
=
4
= Rp140.000,00
Ket:
HP = Harga perolehan
NS = Nilai residu (sisa)
N = Umur ekonomis
9
Jika disusun dalam bentuk tabel, maka akan tampak
seperti berikut:
Tabel Depresiasi – Metode Garis Lurus
Akhir
tahun ke
Debet
Depresiasi
Kredit
Akumulasi
Depresiasi
Total
Akumulasi
Depresiasi
Nilai Buku
0
Rp600.000,00
1
Rp.140.000,00 Rp.140.000,00 Rp.140.000,00 Rp460.000,00
2
140.000,00
140.000,00
280.000,00
320.000,00
3
140.000,00
140.000,00
420.000,00
180.000,00
4
140.000,00
140.000,00
560.000,00
40.000,00
Rp560.000,00
Rp560.000,00
10
• Perhitungan depresiasi menggunakan garis
lurus ini didasarkan pada asumsi sebagai
berikut:
1. Umur ekonomis AT akan menurun secara
proporsional
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap periode
jumlahnya relatif tetap
3. Umur ekonomis berkurang karena lewatnya
waktu
4. Penggunaan (kapasitas) AT tiap periode
realtif sama
11
2. Metode jam jasa (service-hourse
method)
• Didasarkan pada anggapa bahwa AT (terutama
mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan
sepenuhnya (full time) dibanding dg penggunaan
yang tidak sepenuhnya (part time). Dengan cara
ini beban depresiasi dihitung dengan dasar
satuan jam jasa.
• Contoh: mesin dengan harga perolehan
Rp600.000,00 nilai sisa Rp40.000,00 ditaksir
dapat digunakan selama 8.000 jam. Depresiasi
per jam dihitung sebagai berikut:
12
HP
–
NS
Depresiasi =
N
Rp600.000,00 – Rp40.000,00
=
8.000
= Rp70,00
Ket:
HP = Harga perolehan
NS = Nilai residu (sisa)
N = Taksiran jam jasa
13
• Apabila dalam tahun pertama mesin ersebut
digunakan selama 3.000 jam, maka beban
depresiasinya = 3.000 x Rp70,00 =
Rp210.000,00.
• Apabila disusun dalam bentuk tabel, maka
akan tampak sebagai berikut:
14
Tabel Depresiasi – Metode Jam Service
tahun
Jam
Kerja
Mesin
Debet
Depresiasi
Kredit
Akumulasi
Depresiasi
Total Akumulasi
Depresiasi
0
Nilai Buku
Rp600.000,00
1
3.000
Rp.210.000,00 Rp.210.000,00
Rp.210.000,00
390.000,00
2
2.500
175.000,00
175.000,00
385.000,00
215.000,00
3
1.500
105.000,00
105.000,00
490.000,00
110.000,00
4
1.000
70.000,00
70.000,00
560.000,00
40.000,00
8.000
Rp560.000,00
Rp560.000,00
15
• Karena beban depresiasi dasarnya adalah
jumlah jam yang digunakan, maka metode ini
paling tepat digunakan untuk AT jenis
kendaraan, dengan asumsi bahwa keausan
kendaraan lebih karena dipakai daripada
dengan tua karena waktu
16
3. Metode Hasil Produksi (productiveoutput method)
• Umur AT ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil
produksi.
• Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan
hasil produksi sehingga depresiasi tiap periode
akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam
hasil produksi.
• Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu AT
itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga
depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk
yang dapat dihasilkan.
17
• Untuk dapat menghitung beban depresiasi
periodik, pertama kali dihitung tarif depresiasi
untuk tiap unit produk. Kemudian tarif ini
akan dikalikan dengan jumlah produk yang
dihasilkan dalam periode tersebut.
• Contoh : mesin dengan harga perolehan
Rp600.000,00 taksiran nilai sisa Rp40.000,00.
Mesin ditaksir selama umur penggunaan akan
menghasilkan 56.000 unit produk.
• Depresiasi per unit produk dihitung sebagai
berikut:
18
HP
–
NS
Depresiasi =
N
Rp600.000,00 – Rp40.000,00
=
56.000
= Rp10,00
Ket:
HP = Harga perolehan
NS = Nilai residu (sisa)
N = Taksiran hasil produksi (unit)
19
• Apabila dalam tahun penggunaan pertama
mesin menghasilkan 18.000 unit produk, maka
beban depresiasi untuk tahun itu sebesar
18.000 x Rp10,00 =Rp180.000,00
• Apabila disusun dalam bentuk tabel, maka
perhitungan depresiasi dan akumulasi
depresiasi selama umur mesin adalah sebagai
berikut:
20
Tabel Depresiasi – Metode Hasil Produksi
Hasil
tahun Produksi
(unit)
Debet
Depresiasi
Kredit
Akumulasi
Depresiasi
Total Akumulasi
Depresiasi
Nilai Buku
mesin
Rp600.000,00
1
18.000
Rp.180.000,00 Rp.180.000,00
Rp.180.000,00
420.000,00
2
16.000
160.000,00
160.000,00
340.000,00
260.000,00
3
12.000
120.000,00
120.000,00
460.000,00
140.000,00
4
10.000
100.000,00
100.000,00
560.000,00
40.000,00
56.000
Rp560.000,00
Rp560.000,00
21
• Metode ini, seperti juga halnya metode jam
jasa, sebaiknya digunakan untuk AT yang
dapat diukur hasil produksinya seperti mesin.
• Beban depresiasi yang dihitung dengan
metode hasil produksi dan jam jasa jumlahnya
tiap periodenya tergantung pada jumlah
produksi dan jam kerja AT.
• Oleh karena itu biaya depresiasi yang dihitung
dengan kedua cara ini mempunyai sifat
variabel.
22
4. Metode Beban Berkurang
(reducing-charge method)
• Dalam metode ini, beban depresiasi tahun-tahun
pertama akan lebih besar daripada beban
depresiasi tahun-tahun berikutnya.
• Metode ini didasarkan pada teori bahwa AT yang
baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien
dibandingkan dengan AT yang lebih lama (tua).
• Jika dipakai metode ini, maka diharapkan jumlah
beban depresiasi dan biaya reparasi &
pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif
stabil.
23
• Jika beban depresiasi besar, maka beban
reparasi dan pemeliharaan kecil (dalam tahun
pertama), dan sebaliknya dalam tahun
terakhir, beban depresiasi kecil sedangkan
beban reparasi & pemeliharaannya besar.
• Ada 4 cara untuk menghitung beban
depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun:
24
a. Metode jumlah angka tahun (sum of the
year’s digits method)
• Depresiasi dihitung dengan mengalikan bagian
pengurang (reducing fractions) ang setiap
tahunnya selalu menurun dengan harga
perolehan dikurangi nilai residu. Bagian
pengurang ini dihitung sebagai berikut:
– Pembilang = bobot (weight) untuk tahun yang
bersangkutan
– Penyebut = jumlah angka tahun selama umur
ekonomis AT atau jumlah angka bobot (weight)
25
Contoh:
• Mesin dengan harga prolehan Rp100.000,00, residu
Rp10.000,00 ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun.
Tahun
Bobot (weight)
Bagian pengurang
1
3
3/6
2
2
2/6
3
1
1/6
6
6/6
• Ket:
• Penyebut dlm bagian pengurang dihitung dengan cara =
3+2+1=6
• Pembilang dalam bagian pengurang adalah angka bobot
tahun yang bersangkutan. Untuk tahun pertama = 3,
tahun kedua = 2 dst.
26
• Apabila disusun dalam bentuk tabel, akan
tampak sebagai berikut:
Tabel Depresiasi – Metode Jumlah Angka Tahun
tahun
Debet
Depresiasi
Kredit
Akumulasi
Depresiasi
Total Akumulasi
Depresiasi
0
Nilai Buku mesin
Rp100.000,00
1
3/6x90.000=45.000 Rp.45.000,00
Rp.45.000,00
Rp55.000,00
2
2/6x90.000=30.000
30.000,00
75.000,00
25.000,00
3
1/6x90.000=15.000
15.000,00
90.000,00
10.000,00
27
• Jika AT tersebut umur ekonomisnya panjang,
maka penyebut (jumlah angka tahun) bisa
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(n+1)
Depresiasi = n (
2
)
(3+1)
untuk contoh di atas = 3 (
2
)=6
28
b. Saldo menurun (declining balance
method)
• Dalam cara ini, beban depresiasi dihitung
dengan cara mengalikan tarif yang tetap
dengan nilai buku AT.
• Karena nilai buku AT setiap tahun menurun,
maka beban depresiasi tiap tahunnya juga
selalu menurun.
• Tarif ini dihitung dengan menggunakan rumus
sbb:
29
• T=1-
n
NS
HP
• Ket:
– T = tarif
– n = umur ekonomis
– NS = nilai sisa
– HP = harga perolehan
30
• Depresiasi mesin dalam contoh 1 di muka
dihitung sebagai berikut:
T=1-
n
=1-
3
NS
HP
10.000
100.000
= 0,536 atau 53,6%
31
• Untuk menghitung depresiasi tiap tahun, tarif
ini (53,6%) dikalikan nilai buku mesin, seperti
tampak pada tabel berikut:
Tabel Depresiasi – Metode Saldo Menurun
tahun
Debet
Depresiasi
Kredit
Akumulasi
Depresiasi
Total Akumulasi
Depresiasi
0
1
Nilai Buku mesin
Rp100.000,00
53,6%x100.000 Rp.53.600,00
= Rp.53.600,00
Rp.53.600,00
Rp46.400,00
2
53,6%x46.400,00
= Rp24.870,00
24.870,00
78.470,00
21.530,00
3
53,6%x21.530,00
= Rp11.530,00
11.530,00
90.000,00
10.000,00
32
• Nilai buku AT pada akhir tahun ketiga
menunjukkan jumlah Rp10.000,00 yaitu
taksiran nilai residu.
• Apabila AT yang dihitung tidak mempunyai
nilai residu, maka metode ini tidak dapat
digunakan.
• Untuk mengatasi kelemahan ini biasanya
untuk AT yang tidak mempunyai nilai residu,
akan dipakai jumlah residu = Rp1,00
33
c. Double declining balance method
• Beban depresiasi tiap tahunnya menurun.
• Untuk dapat menghitung beban depesiasi
yang selalu menurun, dasar yang digunakan
adalah persentase depresiasi dengan metode
garis lurus.
• Persentase ini dikalikan 2 (dua) dan setiap
tahunnya dikalikan nilai buku AT
34
• Misalnya dari contoh sebelumnya, depresiasi
dengan garis lurus adalah sebesar
Rp.140.000,00. Jumlah ini jika dihitung dari
harga perolehan sebesar 23,33%
(140.000/600.000). Jika dihitung dari jumlah
yang didepresiasi adalah sebesar 25%
(140.000/560.000).
• Tarif 25% ini dikalikan 2 menjadi 50%, shg
depresiasi dg menggunakan metode ini
sebagai berikut:
35
Tabel Depresiasi – Metode Double Declining Balance
tahun
Debet
Depresiasi
Kredit
Akumulasi
Depresiasi
Total Akumulasi
Depresiasi
0
Nilai Buku mesin
Rp600.000,00
1
50%x600.000
= Rp300.000,00
Rp300.000,00
Rp300.000,00
Rp300.000,00
2
50%x300.000,00
= Rp150.000,00
150.000,00
450.000,00
150.000,00
3
50%x150.000,00
= Rp75.000,00
75.000,000
525.000,00
75.000,00
4
50%x75.000,00
= Rp37.500,00
37.500,00
562.500,00
37.500,00
36
• Dengan menggunakan 2 kali persentase yang
didapat dari metode garis lurus, dapat dibuat
perhitungan depresiasi di atas.
• Nilai residu dengan cara ini sebesar
Rp37.500,00, jika dibandingkan dengan cara
garis lurus terdapat perbedaan sebesar
Rp2.500
37
d. Metode Tarif Menurun (declining rate on
cost method)
• Disamping metode-metode yang telah
diuraikan di muka, kadang-kadang dijumpai
cara menghitung depresiasi dengan
menggunakan tarif (%) yang selalu menurun.
• Tarif ini setiap periode dikalikan dengan harga
perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode
dilakukan tanpa menggunakan dasar yang
pasti, tetapi ditentukan berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan perusahaan.
38
Metode Tarif Kelompok/Gabungan
• Metode ini merupakan cara perhitungan
depresiasi untuk kelompok AT sekaligus.
• Metode ini adalah metode garis lurus yang
diperhitungkan terhadap sekelompok AT.
• Apabila AT yang dimiliki mempunyai umur dan
fungsi yang berbeda, maka AT ini dibagi
menjadi beberapa kelompok untuk masingmasing fungsi, seperti tampak pada contoh
sebagai berikut:
39
Tabel Depresiasi – Metode Tarif Kelompok
AT
Harga
Perolehan
Nilai Sisa
HP yang
didepresiasi
Taksira
n
Umur
Depresiasi
Tahunan
A
Rp1.000.000
Rp250.000
Rp750.000
20 th
Rp37.5000
B
600.000
100.000
180.000
10 th
50.000
C
400.000
100.000
160.000
8 th
35.500
D
110.000
10.000
120.000
4 th
25.000
Rp2.110.000
Rp1.650.000
Rp150.000
40
• Tarif depresiasi gabungan:
150.000 : 2.110.000 = 7,11%
• Umur AT gabungan:
1.
650.000 : 150.000 = 11 tahun
• Tarif yang sudah dihitung ini akan dipakai terus,
kecuali kalau ada perubahan umur atau ada
penggantian AT yang mempengaruhi tarif tersebut.
• Metode ini tidak begitu teliti jika dibandingkan
dengan dengan menghitung depresiasi untuk tiaptiap AT
41
Metode-metode Khusus
• Metode ini dapat diterima jika terdapat
kesulitan untuk menghitung depresiasi dengan
cara biasa.
• Biasanya metode khusus ini dipakai untuk
membebankan depresiasi alat-alat kerja (small
tools) yang dimiliki dlaam jumlah besar dan
digunakan dalam perusahaan jasa umum
(public utilities).
• Metode-metodenya adalah sebagai berikut:
42
 Sistem Penilaian Persediaan:
Dengan cara ini rekening AT didebet dengan harga
perolehan (cost) AT.
Setiap periode AT tersebut dinilai dan rekening AT
dikurangi sampai pada jumlah penilaian tersebut.
Pengurangnya dibebankan sebagai depresiasi.
 Sistem Pemberhentian:
Rekening AT didebet dangan harga perolehan (cost)
AT.
Pada akhir periode rekening AT dikredit dengan
jumlah HP AT yang diberhientikan penggunaannya
selama periode tersebut dan dibebankan sebagai
biaya depresiasi
43
 Sistem Penggantian:
Dengan cara ini rekening AT didebet dengan
harga perolehan (cost) AT.
Pembebanan sebagai biaya dilakukan jika AT
tersebut diganti.
Jadi harga perolehan AT baru dikurangi nilai
sisa AT lama dibebankans sebagai depresiasi
44
Depresiasi untuk Sebagian Periode
• Yang dimaksud adalah perhitungan beban
depresiasi bila periodenya tidak selama satu
periode akuntansi (tahun buku).
• Contoh: mesin dibeli tanggal 19 Pebruari
2005. Berapakah depresiasi yang akan
dibebankan dalam tahun 2005? Begitu juga
misalnya sebuah mesin dihentikan
pemakaiannya pada tanggal 10 Agustus 2005,
berapakah depresiasi yang akan dibebankan
pada tahun 2005?
45
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dibuat
ketentuan sebagai berikut:
1. Bila AT tersebut dibeli sebelum tanggal 15 bulan
tertentu, maka bulan itu dihitung sepenuhnya
untuk penentuan besarnya depresiasi.
2. Bila AT tersebut dibeli sesudah tanggal 15 bulan
tertentu, maka bulan itu tidak diperhitungkan.
3. Depresiasi akan dihitung penuh bulanan,
sehingga bila tidak untuk seluruh tahun buku,
perhitungan depresiasinya dihitung sejumlah
bulannya dan dibagi dua belas.
46