ppt pertemuan ke-3

Download Report

Transcript ppt pertemuan ke-3

HUKUM ADAT
SEBAGAI ASPEK KEBUDAYAAN
Pertemuan ke-3
Created by : Ratih Dheviana Puru Hitaningtyas
CIRI/CORAK DAN SIFAT
HUKUM ADAT
KEBUDAYAAN
• Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis
Wujud Kebudayaan
• Menurut Prof. Koentjoroningrat, jika ditinjau dari
segi wujudnya, maka pada hakekatnya kebudayaan
itu adalah sebagai berikut:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia
Hukum adat sebagai aspek
kebudayaan
• Jika kita memperhatikan kebudayaan dari segi wujud maka jelas bahwa hukum
atau hukum adat adalah termasuk dalam kebudayaan berwujud ide/idiil.
• Kebudayaan dalam wujud idiil ini mempunyai fungsi sebagai mengarahkan dan
mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakt. Sehingga
dengan demikian maka hukum adat adalah merupakan suatu aspek dalam
kehidupan masyarakat dalam kebudayaan bangsa Indonesia.
• Hukum adat merupakan hukum tradisional masyarakat atau bangsa Indonesia
adalah merupakan perwujudan dari suatu kebutuhan hidup yang nyata, serta
merupakan cara dan pandangan hidup yang secara keseluruhannya merupakan
kebudayaan masyarakat tempat hukum adat tadi berlaku.
• Sehingga dengan demikian hukum adat yang bersumber dari kebudayaan asli
Indonesia pada hakekatnya tidak terlepas dari struktur kejiwaan dan cara
berpikir masyarakat asli Indonesia yang mencerminkan suatu perbedaan dengan
kebudayaan masyarakat lain.
CIRI DAN SIFAT HUKUM ADAT
MENURUT HILMAN HADIKUSUMA
▪ Tradisional
 Bersifat turun-temurun, dari jaman nenek moyang sampai ke anak cucu
sekarang keadaannya masih tetap berlaku dan dipertahankan oleh masyarakat
bersangkutan ex. Sistem pewarisan dalam hukum adat lampung : sistem
mayorat laki-laki.
▪ Keagamaan (magis religius)
 Perilaku hukum atau kaedah-kaedah hukumnya berkaitan dengan kepercayaan
terhadap yang ghaib dan atau didasarkan pada ajaran Ketuhanan yang Maha
Esa,ex . Barang pelangkah
▪ Kebersamaan (komunal)
 Lebih mengutamakan kepentingan bersama, dimana kepentingan pribadi itu
diliputi oleh kepentingan bersama, ex. Jawa ; dudu sanak dudu kadang ning yen
mati melu kelangan.
▪ Konkret dan visual
 Konkret yaitu jelas, nyata, berwujud dan visual artinya dapat dilihat, tampak,
terbuka, tidak tersembunyi. Terang dan tunai, tidak samar-samar, terang
disaksikan, diketahui, dilihat dan didengar orang lain, dan nampak terjadi ijab
kabul (serah terima). Ex. Samenval van mommentum, panjer, paningset
*) Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, hal. 33 – 41







▪ Terbuka dan sederhana
Terbuka artinya dapat menerima masuknya unsur-unsur yang datang dari
luar asal saja tidak bertentangan dengan jiwa hukum adat itu sendiri.
Ex. Pengaruh agama Hindu : kawin anggau  jika suami wafat maka si
istri kawin lagi dengan saudara si suami, pengaruh agama Islam :
pembagian sagendong sapikul dalam hukum waris
Sederhana artinya bersahaja, tidak rumit, tidak banyak administrasinya,
bahkan kebanyakan tidak tertulis, mudah dimengerti dan dilaksanakan
berdasar saling mempercayai.
ex. Tidak adanya bukti tertulis
▪ Dapat berubah dan menyesuaikan
Dapat berubah menurut keadaan, waktu dan tempat.
▪ Tidak dikodifikasi
Kebanyakan tidak tertulis, walaupun ada juga yang dicatat dalam aksara
daerah, bahkan ada yang dibukukan dengan cara yang tidak sistematis,
namun hanya sekadar sebagai pedoman bukan mutlak harus
dilaksanakan, kecuali yang bersifat perintah Tuhan.
▪ Musyawarah dan mufakat
Mengutamakan adanya musyawarah dan mufakat.
Prof. Koesno
• Membedakan pengertian ciri dan sifat
• Dalam hal ini “ciri” diartikan sebagai tandatanda yang terdapat di bagian lahir dari
sesuatu yang dapat memberikan petunjuk
yang berlainan dari sesuatu yang lain.
Sedangkan “sifat” diartikan sebagi suatu hal
yang bersifat batin yaitu kegiatan-kegiatan
yang menentukan kepribadian daripada
sesuatu.
Ciri-ciri Hukum Adat menurut Prof. Koesno :
– hukum adat umumnya hukum yang tidak tertulis
– peraturan-peraturan hukum adat tertuang dalam petuah-petuah yang
memuat asas-asas perikehidupan dalam masyarakat
– asas-asas itu dirumuskan dalam bentuk pepatah-pepatah, petitihpetitih, seloka-seloka, cerita-cerita perumpamaan
– kepala adat selalu dimungkinkan ikut campur tangan dalam segala
urusan
– faktor-faktor dari segala kepercayaan atau agama sering tidak dapat
dipisahkan karena erat terjalin dengan segi hukum dalam arti sempit
– faktor pamrih sukar dilepaskan dari faktor bukan pamrih
– ketaatan dalam melaksanakan lebih disadarkan pada rasa harga diri
setiap anggota masyarakat
Sifat-sifat Hukum Adat menurut Prof . Koesno :
» bersifat tradisional
 setiap ketentuan-ketentuan dalam hukum adat ini selalu ada hubungannya dengan
kejadian di masa yang lampau secara berurutan dapat diketahui
» bersifat suka pamor yang keramat
 ketentuan hukum adat mempunyai sifat pamor yang keramat, karena unsur-unsur yang
berasal dari bidang kepercayaan memegang peranan penting di dalam ketentuan-ketentuan
hukum adat tersebut. Pamor keramat itu lebih menitikberatkan kepada wibawa yang dalam
ekspresi lahiriah berupa kekuatan kekeramatan
» bersifat luwes
 ketentuan-ketentuan hukum adat sebagai hukum yang bersumber dalam kehidupan
masyarakat yang selalu mengalami perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Hal ini
dimungkinkan karena hukum adat itu hanya memuat asas-asasnya saja tidak memberikan
perincian yang mendetail
» bersifat dinamis
 hukum adat itu dalam perkembangannya adalah sejalan dan seirama dengan
perkembangan yang terjadi dalam perkembangan kehidupan rakyat di dalam masyarakat
Soepomo
--- Soerjono Soekanto “Hukum Adat Indonesia”, hal. 125 – 127
•
•
•
•
– mempunyai sifat kebersamaan yang kuat
manusia menurut hukum adat, merupakan makhluk dalam ikatan
kemasyarakatan yang erat, rasa kebersamaan mana meliputi seluruh
lapangan hukum adat.
– mempunyai corak magis – religius
yang berhubungan dengan pandangan hidup alam Indonesia.
– sistem hukum itu diliputi oleh pikiran serba konkret
hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya
hubungan-hubungan hidup yang konkret. Sistem hukum adat
mempergunakan hubungan-hubungan yang konkret tadi dalam mengatur
pergaulan hidup.
– Hukum adat mempunyai sifat visual
Hubungan-hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena
ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat (atau tanda yang
tampak).
Holleman*)
4 sifat umum hukum adat Indonesia
1. religio-magis
2. komun (komunal)
3. Contant
4. Konkret
*) bushar muhammad, azas2 hkm adat, hal. 45-46
Add. Religio-magis (koentjoroningrat)
Unsur-unsur :
•
•
•
•
kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus, roh-roh dan hantu-hantu yang
menempati seluruh alam semesta dan khusus gejala-gejala alam, tumbuhtumbuhan, binatang, tubuh manusia dan benda-benda. (animisme  E.B. Taylor)
kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam
semesta dan khusus terdapat dalam peristiwa-peristiwa yang luar biasa, binatang
yang luar biasa, tumbuh-tumbuhan yang luar biasa, tubuh manusia yang luar
biasa, benda-benda yang luar biasa dan suara yang luar biasa. (preanimisme 
R.R. Marett)
menganggap bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai magische
kracht dalam berbagai perbuatan ilmu gaib untuk mencapai kemauan manusia
atau untuk menolak bahaya gaib. (dasar-dasar magie/ilmu ghaib  A. Vierkandt)
anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan timbulnya
berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat dihindari dengan berbagai macam
pantangan. (dasar-dasar tahu/pantangan  A. Vierkandt & K.T.Preusz)
Bushar Muhammad
• Religio-magis  participerend kosmisch
• Orang Indonesia pada dasarnya berpikir serta merasa dan
bertindak didorong oleh kepercayaan (religi) pada tenagatenaga yang gaib (magis) yang mengisi, menghuni seluruh
alam semesta (dunia kosmos) dan yang terdapat pada orang,
binatang, tumbuh-tumbuhan besar dan kecil, benda – lebihlebih benda yang berupa dan berbentuk luar biasa ---, dan
semua tenaga-tenaga itu membawa seluruh alam semesta
dalam suatu keadaan keseimbangan.
Add. Komunal
• Bahwa kepentingan individu dalam hukum
adat selalu diimbangi oleh kepentingan
umum, bahwa hak-hak individu dalam hukum
adat diimbangi oleh hak-hak umum.
• --- mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi ---
Add. Contant
• Dalam bahasa Indonesia diartikan tunai,yaitu bahwa
dengan suatu perbuatan nyata, suatu perbuatan
simbolis atau pengucapan, tindakan hukum yang
dimaksud telah selesai seketika itu juga, dengan
serentak bersamaan waktunya tatkala berbuat atau
mengucapkan yang diharuskan oleh adat.
• Ex. Jual-lepas, perkawinan jujur, adopsi dll.
Add. Konkret
• Bahwa dalam alam berpikir yang tertentu senantiasa
dicoba atau diusahakan supaya hal-hal yang
dimaksud, diingini, dikehendaki atau akan dikerjakan,
ditransformasikan atau diberi wujud sesuatu benda,
diberi tanda yang kelihatan, baik berupa langsung
maupun hanya menyerupai objek yang dikehendaki.
• Ex.
- Panjar bermaksud akan melakukan jual-beli
- Paningset dalam pertunangan akan melakukan
perkawinan
M.M. Djojodiguno
•
•
•
•
•
•
Hukum adat mempunyai beberapa sifat yang khas sebagai sebuah peraturan yang
tidak tertulis
Hukum adat mempunyai sifat yang hidup dan berkembang, dynamisch, bilamana
ia dapat mengikuti perkembangan masyarakat yang membutuhkan perubahanperubahan dalam dasar-dasar hukum sepanjang jalan sejarahnya.
Implikasi sifat dinamis  pola pengambilan keputusan
Hukum adat bersifat plastisch yang berarti bahwa hukum adat dilaksanakan
dengan memperhatikan hal-hal bersifat tersendiri (khusus)
Karena hukum adat berpangkal pada asas-asas yang menentukan hukum dalam
garis besarnya saja, dengan sendirinya ia dapat memperlihatkan hal-hal khusus
dalam peristiwa yang menjadi dasar dari suatu masalah hukum
Jadi hukum adat memiliki 2 sisi yang berdampingan. Pada satu sisi, hukum adat
besifat tradisional, melanjutkan tradisi leluhur, cenderung mempertahankan polapola yang telah terbentuk. Sedangkan sisi lain hukum yang hidup dan berkembang,
hukum adat akan selalu mampu mengikuti perkembangan masyarakat. Jadi pada
satu saat hukum adat terasa sangat tebal melingkupi kehidupan masyarakat
sedangkan pada saat lain, jika dikehendaki masyarakat, terasa sangat tipis atau
bahkan hilang dalam arti tinggal kristalisasi asas-asasnya saja