9.a. Ayam ras - Fapet C 2010

Download Report

Transcript 9.a. Ayam ras - Fapet C 2010

KEBIJAKAN STRATEGIS
1.
2.
3.
Menciptakan iklim persaingan di pasar input yang sehat dalam
rangka mendorong kinerja sektor agribisnis hulu dan sektor on farm
yang efisien
Pengembangan sektor agribisnis primer melalui sistem
kelembagaan usaha
Integrasi dan pengembangan subsistem pasca panen ( pemotongan
dan pengolahan) di wilayah produksi/budidaya
1.
Peningkatan dan pengendalian kualitas input utama, terutama
bibit dan pakan
2.
Berkoordinasi untuk mengembalikan fungsi-fungsi kemitraan
sekaligus memberdayakan peternak individu maupun
peternakan mandiri
3.
Mensosialisasikan standar mutu penanganan pascapanen dan
produk olahan ayam ras



Ternak komoditas  padat capital dan teknologi
Ternak sumberdaya diusahakan sebagian besar
rumahtangga di pedesaan (backyard farming)
Menjadi salah satu ternak unggulan Jabar

Faktor pendukung:
a) iklim kondusif (enabling environment),
b) factor teknis, ekonomi dan social relative mapan
(established) dibandingkan yang lainnya.

Ayam lokal dan itik  alternative di masa depan
Penyerapan tenaga kerja 2 juta orang pada 80 ribu
peternakan

POHON INDUSTRI
 Berkembang menjadi industri lengkap (industri primer,
cabang industri)
 Penghasil pangan (daging dan telur)
 Diversifikasi industri (fillet, sosis, nugget)
 Produk non pangan (feses, darah, bulu)
SDM
 25.000 tenaga kerja diserap industri ayam ras
 85% usaha ayam ras pedaging
 15% usaha ayam ras petelur
 Laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja 4-5% (Jabar
2-3%)
 Pendidikan SD 77%, SLTP 17%, PT 6%
SUBSISTEM AGRIBISNIS HULU

Produsen bibit, pakan, obat-obatan, sarana produksi
Pada umumnya produsen bibit dan pakan terintegrasi
 Sarana/peralatan, obat-obatan  unit usaha berdiri sendiri
dengan lisensi perusahaan multinasional.
 Subsistem hulu banyak dikuasi perusahaan multinasional:
a. Skala usaha ekonomis sangat besar
b. Ketergantungan bahan baku impor karena tidak ada
kerjasama dengan usahatani jagung dan kedelai
 c. Lisensi penggunaan grand parent stock  pembangunan
unit hatchery sangat tinggi
 Produsen input: Charoen Pokphan, Samsung, Comfeed.
 Bibit ayam: Grup Cibadak, Cobbindo, Cipendawa, Manggis,
Multibreeder
 Pakan: Gold Coin, Poultry Shop
Masalah:






Jangka panjang  ketergantungan bahan baku impor
(pakan jagung, bungkil kedelai, tepung hewani)
Biokonversi jagung, gandum  energi alternatif
Rendahnya penawaran jagung dan kedelai di pasar
internasional (kenaikan harga > 46%)
Harga doc fluktuatif (tidak jelas)  ada gejala leader-follower
 kecenderungan terbentuk kartel
Terbentuk (strategic business unit /SBU) yang bersaing tidak
sehat dengan PS
Ada indikasi tidak mencantumkan strain ayam dalam box
doc
 get big, really big, or get out
No
Jenis Unggas
Jumlah
(juta ekor)
Persentase
(%)
Populasi
1
Ayam Ras
52
65,00
2
Ayam Lokal
24
30,00
3
Itik
4
5,00
80
100,00
Jumlah
Pertumbuhan
1
Rata-rata Jabar
2
Rata-rata Nasional
12,5
2,5
No
Komponen Biaya
Rata-rata (%)
1
DOC
2
Pakan
3
Obat dan Vitamin
1,14
4
Energi
0,63
5
Sekam/litter
0,29
6
Tenaga kerja
1,14
7
Penyusutan
0,19
TOTAL
28,53
68,08
100,00


Peternak mandiri; adalah peternak yang memiliki seluruh
sumberdaya yang ia kelola, dan keputusan usaha dikontrol oleh
peternak mandiri
Peternak individu (kemitraan); kepanjangan mata rantai system
produksi yang dikontrol PS dan SBU (mitra inti)
Pola Kemitraan:
 Makloon; peternak individu bermitra dengan PS, menerima
“upah” per ekor di tambah bonus atas jasa membesarkan doc
sampai umur jual (= sewa kandang)
 Kontrak harga; (SBU-peternak individu) seluruh pembelian
input dan penjualan output ditetapkan oleh SBU berdasarkan
prediksi pasar jangka pendek.
 Posisi peternak aman , namun keberlanjutan produksi antar
waktu tidak dijamin oleh perusahaan inti.


Populasi 9 jt ekor (r = 14%)
Pangsa populasi 8% dari populasi nasional

Faktor penghambat industri ayam ras petelur:
a. Investasi > ayam ras pedaging
b. Ketidakmampuan peternak untuk bersaing dengan telur
pasokan Jatim (sentra produksi jagung)
c. Produk telur dapat disimpan, penjual leluasa mengatur
distribusi ke luar propinsi

Perusahaan skala menengah-besar, rata-rata pop 15.000 ekor
Rasio B/C 1,1 – 1,3
Karakteristik usaha multi-produk
Tingkat produksi 73-75% umur 55-60 minggu
Sentra produksi ayam ras petelur Bogor, Sukabumi, Cianjur,
Bandung, Kuningan dsk




No
Komponen Biaya
Rata-rata (%)
4,46
1
DOC
2
Pakan
3
Obat dan Vitamin
0,21
4
Energi
0,18
5
Sekam/litter
0,04
6
Tenaga kerja
4,28
7
Penyusutan
1,79
TOTAL
89,03
100,00
Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
 Semakin beragamnya produk derivatif daging dan telur
 Ada pergeseran pola konsumsi (red meat-white meat; ready to
cook; ready to eat)
Pemasaran
 Sebagian besar di Jabar  DKI (60%)
 Persaingan di tingkat produsen  kemudahan akses ke sentra
konsumen (ada disparitas farm gate price Rp 400-Rp500/kg
 Pelaku pasar; PS, Bandar regional, Bandar pasar regional,
Bandar pasar lokal
Hambatan:
 Tingkat penyusutan 7-10% (pasar Jakarta) dan 4-6% (pasar
Bandung dsk)
 Larangan masuknya ternak hidup ke wilayah Jakarta dsk
PROSPEK:
 Pergeseran supply – demand
 Pertumbuhan penduduk – urbanisasi (3%)
 Pertumbuhan industri (4,2%)
 Jumlah uang beredar (M2) 11%
 GNP – pendapatan masyarakat
POTENSI:
 Konsumen ayam ras  kelas menengah (di atas rata-rata
agregat)
 Spillover effect  berada pada kluster industry lain yang
tergantung impor sehingga biaya transaksi terhadap pasar
impor menjadi lebih rendah
 Karakteristik tekno-sosio-ekonomi berbasis pertanian sangat
mendukung (wellestablished sejak 1970)
 Infrastruktur semakin baik

Hambatan dan kelemahan: ……… ?