Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME)

Download Report

Transcript Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME)

Topik XIII: PENALARAN TIDAK
LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF
(SILOGISME)
1. Pengertian
Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak
pada pengetahuan yang lebih umum untuk
menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah
silogisme, yaitu proses penalaran dimana dari dua
proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi
baru (berupa konklusi)
2. Bentuk silogisme
*
Silogisme kategoris: terdiri dari proposisi-proposisi
kategoris.
*
Silogisme hipotesis: salah satu proposisinya berupa
proposisi hipotesis.
Misalnya:
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut:
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
3. Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari
tiga proposisi kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis
Proposisi 3 adalah konklusi
Ump.: “Semua pahlawan adalah orang berjasa
Kartini adalah pahlawan
Jadi: Kartini adalah orang berjasa”.
Kesimpulan hanya dicapai dengan bantuan proposisi dua
Jumlah term-nya ada tiga, yakni: pahlawan, orang berjasa
dan Kartini.
Masing-masing term digunakan dua kali.
Sebagai S, “Kartini” digunakan 2 kali (sekali di premis dan
sekali di konklusi)
Sebagai P, “orang berjasa” digunakan 2 kali (sekali di premis
dan sekali di konklusi)
Term “pahlawan”, terdapat 2 kali di premis, tapi tidak
terdapat di konklusi.
Term ini disebut term tengah (M, singkatan dari terminus
medius). Dengan bantuan term tengah inilah konklusi
ditemukan (sedangkan term tengah sendiri hilang dalam
konklusi).
Term predikat dalam kesimpulan disebut term mayor, maka
premis yang mengandung term mayor disebut premis mayor
(proposisi universal), yang diletakkan sebagai premis
pertama.
Term subyek dalam kesimpulan disebut term minor, maka
premis yang mengandung term minor disebut premis minor
(proposisi partikular), yang diletakkan sebagai premis kedua.
Term mayor akan menjadi term predikat dalam kesimpulan;
sedangkan term minor akan menjadi term subyek dalam
kesimpulan
Dengan demikian, kesimpulan dalam sebuah silogisme
adalah atau “S = P” atau “S  P”. Kesimpulan itu merupakan
hasil perbandingan premis mayor (yang mengandung P)
dengan premis minor (yang mengandung S) dengan
perantaraan term menengah (M).
Karena M = P; sedang S = M; maka S = P
Premis mayor
Premis minor
Kesimpulan
M=P
S = M
S = P
M = term antara
P = term mayor
S = term minor
4. Hukum-hukum Silogisme
a. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
1) Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
2) Term menengah tidak boleh terdapat dalam
kesimpulan
3) Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan
tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
4) Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali
universal.
b. Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai
proposisi.
1) Jika kedua premis afirmatif, maka
kesimpulan harus afirmatif juga.
2) Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
3) Jika salah satu premis negatif, kesimpulan
harus negatif juga (mengikuti proposisi
yang paling lemah)
4) Salah satu premis harus universal, tidak boleh
keduanya pertikular.
5. Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme
menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak
menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk
penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika,
bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam
bentuk standar.
Contoh: “Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang
yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh
disiplin. Tak usah takut akan dipecat”.
Bentuk standar:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang
yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.