ANALISIS KESEHATAN DAN PREDIKSI KEBANGKRUTAN BUMS DAN BUMN Pert.25-26

Download Report

Transcript ANALISIS KESEHATAN DAN PREDIKSI KEBANGKRUTAN BUMS DAN BUMN Pert.25-26

Matakuliah
Tahun
: F0274 – Manajemen Keuangan Perusahaan
: 2006/2007
ANALISIS KESEHATAN DAN PREDIKSI
KEBANGKRUTAN
BUMS DAN BUMN
Pert.25-26
1
Kesulitan keuangan dan prediksi kebangktutan
Kebangkrutan adalah kondisi keuangan perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan dalam jangka pendek (likuiditas
atau technical solvency) dan mengalami insolvency (debt >
asset). Pengertian lainnya dapat dikatakan bila total kewajiban
melebihi total aktiva. Sebagai contoh di Indonesia tahun 1997-an,
puluhan bank mengalami kebangkrutan. Tetapi pemerintah tidak
ingin bank-bank tsb bangkrut maka diberikan bantuan (BLBI) yang
sangat merugikan Negara dalam jumlah yang sangat besar
sehingga berdampak kepada perekonomian Indonesia sampai
saat ini. Pemerintah memberikan kredit BLBI karena menjaga
kredibilitas pemerintah di mata maryarakat dan dunia.
Kondisi incolvency ada dua pilihan yaitu likuidasi(kebangkrutan)
dan reorganisasi (retrukturisasi).Hal-hal perusahaan dalam
mengalami kebangkrutan al: kegagalan dibidang manajemen,
operasional, penyelewengan, bencana, persaingan yang sangat
tajam dan lainnya.
2
Sebab-sebab kegagalan usaha dan perusahaan
mengalami kesulitan keuangan :
a. Kekurangan pengalaman manajemen secara
operasional dan tidak kompeten
b. Kurangnya pengalaman secara manajerial.
c. Keseimbangan antara keuangan, produksi,
pemasaran dan fungsi lainnya tidak baik.
d. Penyelewengan dan korupsi atau KKN.
e. Bencana alam, tuntutan serikat buruh yang
berlebihan, pungli, dan lainnya
f. Peraturan pemerintah yang memberatkan antara
lain kenaikan BBM,perpajakan dan lainnya.
g. Karena persaingan yang sangat tajam antar
perusahaan sejenis.
h. Mengalami kerugian terus menerus.
i.
Faktor-faktor lainnya.
3
Metode Memprediksi
Kebangkrutan
•
•
•
•
1. Analisis Rasio Keuangan
2. Z Score – Metode Altman
3. Shut Down Point – Shut Down Cost
4. Analisis Surat Keputusan MenNeg
BUMN
• Note: BUMS tidak menggunakan metode
ke-4
4
Analisis kebangkrutan
1. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
Analisisnya dapat dibagi dalam 2 hal yaitu:
1) Analisis Univariate
Rasio-rasio diuji secara terpisah untuk mengetahui
penympangan
Memperhatikan dengan teliti atas variabelitas al: pengaruh biaya
tetap berbanding pendapatan operasi (operation income) atau
rasio FC/OI tidak baik dan pengaruh Time Interest Earned (TIE)
yang dibandingkan dengan laba (bunga lebih tinggi dari
laba).Penilaian prediksi kebangkrutan dapat juga dilakukan
dengan menilai rasio-rasio keuangan lainnya.
2) Analisis Multivariate.
Analisis ini menggunakan 2 atau lebih varabelitas kedalam satu
persamaan. Contohnya model regresi:
Y = a+a1X1+a2X2+……+anXn
Karena data analisis regresi adalah masa lampau, maka
diadakan analisis diskriminan dengan menggunakan tehnik
5
statistic.
Analisis kebangkrutan
Analisis kebangkrutan ini dipopulerkan oleh Edward I. Altman
di New York University pertengahan tahun 1960
menggunakan “analisis diskriminan” untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan. Altman adalah pioner memprediksi
tentang kebangkrutan.Altman menganalisis perusahaan besar
di USA dengan 22 rasio keuangan, tetapi hanya 5 rasio
dominan dalam memprediksi perusahaan mengalami
kebangkrutan atau tidak.
Analisis diskriminan/ kebangjrutan terdiri 3 tahap:
a. Menyusun klasifikasi kelompok bersifat mutually exclusive.
Setiap kelompok dibedakan dengan satu distribusi peluang
(probability distribution) sesuai cirri-cirinya.
b. Mengumpulkan data untuk pengamatan dalam kelompok.
c. Menurunkan kombinasi linier dari ciri-ciri tsb “paling baik”
mendiskrimi nasikannya (membedakannya) diantara kelompok
“paling baik”, artinya kombinasi yg meminumkan peluang ada
kesalahan klasifikasi.
6
Analisis kebangkrutan
Altman Model”s., fungsi Z (Zeta)
Z= ,012X1+0,14X2+0,033X3+0,006X4+0,999X5
Dimana:
X1 = Modal Kerja/Total Aset ( %)
X2= Laba ditahan/Total Aset (%)
X3= Laba sebelum bunga dan pajak/Total Aset (%).
X4= (Nilai pasar Saham Biasa dan Saham
Preferen) / Nilai Buku Total Utang. (%)
X5 = Penjualan /Total Aset.(kali)
Analisis kebangkrutan
Penggunaan model Altman ini untuk perusahaan yang “Go
Public”, karena kalau perusahaan tidak “Go Public”, nilai
pasar saham tidak dapat dihitung dengan teliti.Agar ini juga
dapat digunakan untuk perusahaan “Non Go Public” Altman
menggantinya, menggunakan nilai buku (book value)
Common Stock dan Preferred Stock, kemudian model
“Diskriminan Altman”, menjadi :
Z= 0,717X1+0,847X2++3,107X3+ 0,42 X4 + 0,998 X5.
Yang berbeda adalah kompenen X4 dari Market Value
menjadi Book Value.
Score Z untuk memnentukan suatu perusahaan bangkrut atau
tidak,yaitu;
Z score:
1) Secara Umum digunakan.
a. 1.80 or less
= Very high Probability of bankruptcy
b. 1.81 – 2,70
= High Probability of Bankruptcy.
c. 2,71 – 2,99
= Possible Bankruptcy.
8
d. 3 or above
= Far from being bankruptcy
Analisis kebangkrutan
2) Menurut Book Value dan Market Value, Z score:
Market Value
Book Value
1. Very High Probability
of Bankruptcy
1,80 or less
1,20 or less
2. High Probalbility Bankruptcy Z 1,81 -2,99
1,20 –2,90
3 Possible Bankrkuptcy Z>
2,99
2,90
4. Far from being bankruptcy
3,00 above
3,00 above
Kemudian Altman, mengembangkan 4 versi variabel yang
berlaku perusahaan public mapun pribadi, atau perusahaan
manufaktur dan jasa.
Z = 6,56X1+ 3,26X2 +6,72X3 + 1,05X4.
Dalam 4 versi ini, tidak tercatat total penjualan dibagi total
asset, sehingga analisisnya sempit bila dibanding dengan
kedua model Altman diatas.
Dalam kuliah MKP, yang kita pakai adalah kedua model tsb
diatas ( 5 versi atau dari X1 s/d X5) dengan
9
mengklasifiasikan perusahaan “Go public dan bukan Go
public”.
Contoh :
Laporan keuangan Chrysler Company dalam $ jutaan
a. Ikhtisar rugi-laba yang berakhir tgl.31-12-200x
Penjualan
Biaya-biaya (kecuali depresiasi dan bunga)
Penyusutan
Bunga
Pajak penghasilan (kredit)
Rugi/laba bersih
b. Neraca per 31 Desember 200X ( dlm juta)
Harta lancar 3.121
Hutang lancar
Harta tetap
3.500
Hutang jk.panjang
Harta lannya
14
Total hutang
Saham preferen
Saham biasa
(66.7 jt lbr @ $8,50)
Modal disetor penuh
Laba ditahan
Total modal sendiri
Jumlah Harta $6.635
Jumlah kewajiban dan modal
$12.005
$12.710
$181
$215
$5
($1.097)
.
$ 3.232
.
1.597
$ 4.829
$ 51
$567
$692
$496
$1.755
$6.635
10
X1.
X2
X3
X4
=
=
=
=
(CA-CL)/TA = ( 3.121 - 3.232)/6.635= - 1,67%
RE/TA = 496/6.635 = 7,47%
EBIT/TA = -880 / 6.635 = - 13,35%
Nilai Pasar Modal Sendiri/T.Debt =
(66,7 x8,50)/4.829
= 567/4.829 = 11,74%
X5
= Sales/T.Asset = 12.005/6.635 = 1,8 kali.
Z
= 0,012(- 1,67) + 0,014(7,47) + 0,033 (-13.35)+
0,006(11,74)+0,999(1,8)
= 1,512
Dibandingkan Z (Zeta) Scorenya,
Posisi Perusahaan
berada antara 1,81 or less, berarti
perusahaan dalam konsisi Very High Probability Bankruptcy.
11
Analisis Kebangkrutan
2. Badan Usaha Milik Negara ( BUMN).
Untuk menilai kesehatan atau kebangkrutan BUMN,
sampai saat ini berlaku Keputusan Menteri Negara
BUMN No: 100/MBU/2002/ tanggal 4 Juni 2002.
Setiap BUMN harus membuat analisis kesehatan suatu
BUMN, yang dilaporkan ke Menteri BUMN.
Dalam SK tersebut dikategorikan hal-hal sebagai berikut:
12
Analisis Kebangkrutan
A. Tingkat kesehatan:BUMN
1. Sehat, terdiri dari :
a. AAA apabila total (TS) > 95
b. AA apabila 80 <=”95
c. A
apabila 65 <TS<=”80.
2. Kurang Sehat, yang terdiri dari :
a. BBB apabila 50<TS<=”65
b. BB apabila 40<.TS<=”50
c. B
apabila 30<TS< =”40.
3. Tidak sehat, yang terdiri dari:
a. CCC apabila 20<TS<”30
b. CC apabila 10<TS<=”20
c. C
apabila TS<=”20
Tingkat kesehatan BUMN berdasarkan penilaian terhadap Kinerja
perusahaan meliputi:
A. Aspek Keuangan.
B. Aspek Operasional.
13
C. Aspek Administrasi.
A.
Aspek Keuangan.
Indikator dan Bobot Keuangan BUMN Non Infra Struktur
RASIO
1. ROE
skor
2. ROI
skor
3. KAS
Skor
15<ROE
20
18<ROI
15
X>35
5
11<ROE<=15
18
15<ROI>=18 13,5
25<=x<35
4
9<ROE<=13
16
13<ROI>=15 12
15<=x<25
3
7,9<ROE<=9
14
12<ROI>=13 10,5
10<=x<15
2
6,6<ROE<=7,
9
12
10,5<ROI<=
12
9
5<=x<10
1
5,3<ROE<=6,
10
9<ROI
<=10,5
7,
0<=x<5
0
4 <ROE<=5,3
8,5
7<ROE<=9
6
2,5<ROE<=4
5,5
3<ROI<=7
5
1<ROE<=2,5
4
1<ROI<=3
3
0<ROE<=1
2
0<ROI<=1
2
ROE <0
0
ROI <0
1
14
RASIO
4. Rasio
Lancar
SKor
5. DSO
Skor
6. TATO(%)
Skor
125<=x
5
x=60
5
120<=x
5
110<x<=125
4
60<x<=90
4,5
105<x<=120
4,5
100<x<=110
3
90<x<=120
3,5
90<x<=105
4
95<x<=100
2
120<x<=150
3
60<x<= 90
3,5
90<x<=95
1
150<x<=180
2,4
40<x<= 75
3
X<90
0
180<x<=210
1,8
20<x<= 40
2,5
240<x<=270
1,2
0<x<20
0
270<x<=300
0,6
300<x
0
0,6
0
15
RASIO
7. Inventory turn over (
perputaran persediaan
dalam hari)
skor
8. Rasio total modal
terhadap total aktiva (%)
Skor
X<= 60
5
x<=0
0
60<x<=90
4,5
0<=x< 10
4
90<x<=120
4
10<x< 20
6
120<x<=150
3,5
20<x< 30
7,25
150<x<=180
3
30<x< 40
10
180<x<=210
2,4
40<x< 50
9
210<x<=240
1,8
50<x< 60
8,5
240<x<=270
,12
60<x< 70
8
270<x<=300
0,6
70<x< 80
7,5
300<x
0
80<x< 90
7
90<x< 100
6,5
16
B. Aspek Operasional.
Baik Sekali (BS),Skor =100%x Bobot indikator ybs.
Baik(B), Skor =80%x indikator yang bersangkutan
Cukup(C), Skor=50%x indikator yg bersangkutan
Kurang(K), skor=20%x indicator yg bersangkutan
Baik Sekali, dsb artinya sekurang-kurangnya mencapai standar
normal atau di antara normal baik diukur dari segi
kualitas(waktu, mutu dsb) dan kuantitas
(produktivitas,rendemen).
Baik, artinya menedekati standar normal atau sedikit di bawah standar
normal namun telah menunjukkan perbaikan baik dari segi kualitas
maupun kuantitas.
Cukup, artinya masih jauh dari standar normal baik diukur dari segi
kualitas maupun segi kuantitas dan mengalami perbaikan dari segi
kualitas dan kuantitas.
Kurang, artinya tidak tumbuh dan cukup jauh dari standar normal.
Indikator yang dinilai adalah unsure-unsur kegiatan yang dianggap paling
dominant dalam menunjang keberhasilan operasi sesuai dengan visi dan
17
misi perusahaan.
Contoh perhitungan indikatornya:
Indikator
Bobot
digunakan
1. Pelayanan kpd
pelanggan dan
masyarakat
15
2. Peningkatan kualitas
SDM
10
3. Research&Devmt.
10
Nilai
B
Skor
Unsur pertim
bangan
Turn Around time
waiting time dsb
12
C
5
B
8
Peningkatan
kesejahteraan
Kaderisasi
Kepedulian
manajemen
Total
35
25
Data mengenai aspek operasional ini umumnya diberikan oleh
Persero BUMN.
18
C. Aspek Administrasi(BUMN non infrastruktur)
Laporan perhitungan tahunan Skor
s/d akhir bulan ke 4
3
s/d akhir bulan ke 5
2
lebih dari akhir bulan ke 5
0
Indikator yang dinilai adalah:
1) Laporan Perhitungan Tahunan (LPT), kalau LPT
diterima s/d akhir bulan ke 4, maka nilai BUMN =3.
2) Rancangan Rencana Anggaran dan Anggaran
Perusahaan (RKAP), kalau diterima 2 bulan atau lebih
cepat maka nilai BUMN= 3.
19
3) Laporan Periodik, kalau diterima Dekom/Pengawas dan
Pemegang saham atau Menteri BUMN paling lambar 2
bulan setelah berakhirnya periode. Jumlah keterlambatan :
Lebih cepat sama dengan nol hari skor= 3, dan
0<x< 30 hari skor = 2, 30<x<60 hari skor =1, dan <60
skornya =0
4) Laporan Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK)
merupakan hal yang harus dilakkan oleh BUMN.
Indikatornya dengan menilai efketivitas penyaluran bantuan
nilai skor = 3, dan Tingkat kolektibilitas pengembalian
pinjaman dengan skor =3, Jumlah skor untuk PUKK ini = 6.
Pada umumnya Persero, milik BUMN memberikan data
maupun laporannya ke Menteri, Dekom, Pemegang Saham
disampaikan tepat waktu begitu juga masalah PUKK
dsbnya, karena para Direksi dapat melakukan koordinasi
masalah ini dengan divisi-divisinya.
20
Contoh:
BUMN , Persero “KFM”, TBK, Non Infrastruktur,thn 2004.
NERACA Persero “KFM”
Audited ( Direvisi).Dalam Jutaan Rpa.
Aktiva Lancar.
Kas dan setara kas
316.592
Piutang usaha(net) +lainnya
160.458
Persediaan (net)
307.510
Aktiva lancar lainnya
86.419
Jumlah Aktiva lancar
Aktiva Tidak Lancar
Piutang hubungan istimewa/dsb 71.643
Penyertaan saham
12.160
Aktiva tetap (net)
411.984.
Jumlah Aktiva Tidak Lancar
Total Aktiva
870.979
495.787
1.366.766
21
Kewajiban dan Ekuitas.
Kewajiban Lancar.
Hutang bank
Hutang usaha
Uang muka pelanggan/pajak
Pinjaman jatuh tempo/pemerintah
Hutang lainnya
Jumlah Kewajiban Lancar
Kewajiban tidak lancar
Pinjaman j.pjg.dari Pemerintah
Kewajiban masa depan karyawan
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar
Jumlah Kewajiban
Ekuitas.
Modal saham @Rp.100.sebesar
20.000.000.000, ditempatkan dan
disetor penuh 555.400.000
Tambahan modal disetor/opsi
Selisih penilaian kembali aktiva tetap
Saldo laba ditahan
Jumlah Modal Sham
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
41.368
216.325
284.656
15.542
15.157
573.048
21.715
17.547
39.262
612.310
555.400
43.796
44.852
110.408
754.456
1.366.766 22
Persero “KFM”
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI
Untuk Tahun Yg berakhir tanggal 31 Desember 2004
Penjualan bersih
Bebab pokok penjualan
Laba kotor
Beban usaha
Beban umum dan administrasi
Laba usaha
Penghasilan(beban) dan
hasil investasi
Laba sebelum pajak
Beban (penghasilan pajak)
Laba bersih
Laba Per Saham Dasar (EPS)
1.816.384
1.273.699
542.685
454.028
88.657
(12.121)
76.536
33.607
42.929
7,729
23
Dihitung rasio-rasio keuangannya secara umum, maka hasilnya sbb:
Rasio keuangan
Tahun 2003
1. Rasio likuiditas
a. Rasio lancar
1,52 x
b. Rasio cepat
0,98x
2. Rasio Leverage
a. Rasio hutang
44,79%
b. TIER
7,21x
3. Rasio Aktivitas.
a. Perputaran Persediaan
4,75x
b. Collection Periode(CP)/DSO
31 hari
c.Perputaran Aktiva Tetap
4,76x
d.TATO(Perputaran Total Aktiva)
1,51x
4. Rasio Profitabilitas.
a. Profit margin/laba kotor
2,4%
b. Kemampuan dasar menghasilkan laba
6,5%
c. ROA
3,14%
d. ROE
5,7%
e. ROI
10,90%
Perhitungan ROI
= ( EBIT+Depresiasi)/Capital Employed.Capital
Employed adalah total aktiva dikurangi aktiva tetap.
Dari neraca dan laba rugi dapat dihitung
ROI = (76.536 + 18.440)/870.979 =10,90%
24
5. Rasio Pasar.
a Rasio harga per saham/EPS
b. Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku
28,5x
1,55x
Dari data diatas dapat menilai kesehatan BUMN,Tahun 2004 dari
Persero ” KFM” , Audited,
dengan SK Menteri Negara BUMN
No:100/MBU/2002 tgl. 4 Juni 2002 sbb:
Dengan menggunakan bobot dan skor diatas.
Uraian
1.Aspek Keuangan
1.1. ROE
1.2.ROI
1.3. Cash ratio
1.4. Current Ration
1.5. Collection Priode(CP)
1.6 Perputaran persediaan
1.7 TATO
1.8 TotaL Modal sendiri
terhadap aktiva
Sub total
Nilai
Skor
6,15%
10,90%
55,25
151,99
32 hari
62 hari
134,58%
8,5
9
5
5
5
4,5
5
50,81%
8,5
50,5
25
2.Aspek Operasional.
2.1. Produktivitas SDM(rp.juta)
2.2. Kontribusi penjualan Produk baru
2.3 Reseach & Development (R&D)
Sub total
3.Aspek Adminisrasi.
3.1. Laporan Perhitungan tahunan
3.2. Rancangan RKAP
3.3. Laporan periodic
3.4 Kinerja PUKK
a. Efektivitas penyaluran
b. Tkt kolektibiltas Penggunaan Pinjaman
Sub Total
TOTAL SKOR
5
5
5
15
3
3
3
3
3
15 .
80,50 .
Sesuai dengan skor yang ditetapkan oleh pemerintah maka Persero”
KFM” dalam keadaan SEHAT. Dengan kategori “AA”, karena berada
80>TS>=”95. Angka Total Skor(TS) 80,50 berada di kategori tersebut
26
diatas.
Analisis Shut Down Point
Memprediksi Kebangkrutan – Penutupan Usaha
• Alat yang dipakai adalah Cash BEP
• (Shut Down Point)
• Pada titik impas tidak ada laba dan tidak selalu perusahaan ditutup pada
kondisi BEP karena perusahaan masih mendapatkan sisa uang. Biaya
yang timbul pada suatu periode adalah biaya tunai (memerlukan
pengeluaran uang = out of pocket cost) dan biaya yang tidak
memerlukan pengeluaran uang (sunk cost atau penyusutan).
• Shut Down Cost (SDC) adalah beban tetap yang harus dibayar oleh
perusahaan walaupun perusahaan tidak melakukan aktivitas.
Perusahaan yang tidak ada kegiatannya seperti pabarik harus membayar
gaji saptam, asuransi gedung,abonemen listrik, air dan lainnya. Shut
Down Point (SDP) adalah jumlah satuan barang yang harus dijual agar
dapat menutup biaya tunai. SDP grafiknya hamper sama dengan cash
break event point.
• SDP = F / contirbution margin per unit.
• Dapat dikatakan bahwa penutupan usaha dapat dilakukan pada saat titik
impas kas terus menerus yaitu pada saat jumlah penjualan dengan biaya
tunai atau pada saat titik impas kas. Grafik titik impas kas dapat dipakai
27
sebagai gambaran SDP dalam Q dan rupiah/dolar.
Cash BEP dan Penutupan Usaha
Pendapatan
dan Biaya
Pendapatan
BEP
Biaya Total
Penyusutan
Biaya Tetap
BEP Cash - SDP
0
Penyusutan
Pengeluaran
kas tetap
28
Q
Alternatif-Alternatif
Mengatasi
Kebangkrutan Perusahaan.
Kesehatan
dan
Prediksi
1. Pemecahan Secara Informal, dilakukan dengan :
a.
Dilakukan dengan segera bila keadaan belum
begitu parah(early warning system).
b.Melakukan “Extension (perpanjangan) “yaitu melakukan
negosiasi dengan kreditor dan pemasok
untuk
memperpanjang jatuh tempoh utang
c. Composition (Komposisi) yaitu melakukan negosiasi
dengan
kreditor/pemasok
untuk
dapat
mengurangi
besarnya tagihan, atau klaim hutang dari 100% menjadi
60%.
d. Melakukan likuidasi, jika nilai likuidasi lebih besar
dibandingkan dengan
“going concern atau terus
menerurs”, bila perusahaan dilikuidasi secara formal.
e. Melakukan
merger/concolidation
dengan
perusahaan
29
lainnya.
2. Pemecahan Secara Formal. dilakukan dengan
a. Kesulitan keuangan sudah parah, kreditor dan pemasok
ingin ada jaminan keamanan dananya dan keadilan
secara hukum.
b. Bila nilai perusahaan > Nilai perusahaan
dilikuidasi,
maka dilakukan reorganisasi,mengubah struktur modal
dengan perubahan komposisi (composition) .
c. Jika Nilai Perusahaan < Nilai Perusahaan dilikuidasi,
maka dilakukan likuidasi lebih baik dengan menjual asetaset kemudian dibayarkan kepada kreditur dan pemasok
dibawah pengawasan pihak ketiga.
d. Retrukturisasi untuk dapat “bernafas lega”, suatu cara
untuk mengurangi beban-beban
yang menghimpit
perusahaan atau “collapse” untuk meringankan beban
keuangan yang tetap (beban bunga). Retrukturisasi dapat
dilakukan dengan “Extension dan Composition”
30
 Kebaikan perbaikan dengan alternative Formal ada 2 hal penting
yaitu:
a.
COMMON POOL,
Asumsikan perusahaan dengan nilai utang kepada 14
kreditor/pemasok masing-masing $ 2 juta atau $ 28 juta. Nilai
pasar perusahaan hanya $ 23 juta, dan kalau dilikuidasi asetnya
hanya dapat dijual sebesar $ 18 juta. Kondisi perusahaan sudah
“collapse” tidak dapat membayar utang-utangnya, dan kreditor
meminta agar perusahaan dibangkrutkan.
”Kebangkrutan pada salah seorang kreditor/pemasok dapat
mengakibatkan kebangkrutan krediotor lainnya, atau kebangkrutan
perusahaan secara keseluruhan, hal inilah disebut “Common
Pool”..Kalau dilikuidasi nilanya $ 18 juta Hanya
untuk 9 kreditor, sedangkan 5 kreditor tidak dapat apa- apa
Kalau perusahaan tidak dilikuidasi, perusahaan masih dapat
beroperasi dan utang masih dapat dibayarkan kepada 14
kreditur ( keseluruhan), hal ini diikuiti dengan masuknya kreditor
sebgai manajemen perusahaan... Masalahnya apakah kreditor
31
bersedia atau tidak ?
b. HOLD OUT.
Contoh
diatas,
perusahaan
dapat
menyakinkan
kreditor/pemasoknya maka dilakukan “retrukturisasi”.Utang
lama ( $ 2 juta setiap kreditor) diganti dengan “ utang baru”,
asumsikan dari $ 2 juta turun menjadi $ 1,7 juta, sehingga
jumlah utang 14 kriditur = 14 x $ 1,5juta = $ 21 juta,
bandingkan dengan nilai pasar perusahaan $ 23 juta. Jika
seorang atau lebih tidak setuju dengan kondisi tsb diatas dan
dia tetap menuntut haknya 100% ditambah jasa bunganya
10%, maka haknya menjadi $2,2 juta.. Kalau ini terjadi, maka
kreditor yang lainnya juga ingin mendapatkan hal yang sama.
Kreditor-kreditor ingin menjadi kelompok terakhir ( HOLD –
OUT) untuk mendapatkan haknya plus bunga, maka
restrukturisasi gagal. Jadi semakin kecil kreditor semakin
mudah “hold out”
32
* Nilai Perusahaan.
Untuk menilai perusahaan dilakukan dengan reorgnisasi.
a. Misalkan kurator/pihak penilai memprediksi/
memperkirakan setelah reorganisasi mampu
menghasilkan pendapatan bersih per tahun $ 20
juta.Tingkat kapitalisasi sebesar $ 20%.
Nilai perusahaan = $ 20 juta/0,2= $100 jt.
b. Menentukan struktur modal yang baru.
Kompenen
Jumlah
Utang
$ 10 juta
Utang disubordinasikan
5
Saham preferen
5
Saham biasa
20 .
Total
$ 40 juta.
33
Diadakan negosiasi dengan kreditor/pemasok dengan
kurator dan hasilnya:
1). Sebesar 50% “ utang diturunkan statusnya
menjadi utang disubordinasikan”
2). Sebesar 50% yang disubordinasikan statusnya
diturunkan menjadi saham preferen.
3). Sebsar 50% saham preferen statusnya
diturunkan menjadi saham biasa.
Struktur Modal Baru.
Kompenen
Utang
Utang disubordinasikan
Saham Preferen
Saham Biasa
Total
Jumlah
$ 5 juta
7,5
5
2,5
$ 20 juta.
34
Dalam kondisi diatas, Pemegang Saham yang lama tidak dapat apa-apa.
Mungkin saja, Pemegang Saham Lama (PSL) dapat bagian, andaikata
setiap kreditor/pemasok bersedia memberikan $ 1 juta kepada PSL. Maka
PSL akan menerima sebesar $ 3 juta. Kalau ini terjadi maka struktur modal
baru ke dua adalah:
1) Sebesar $ 4 juta utang lama diturunkan statusnya menjadi utang yang
disubordinasikan.
2) Sebesar 50% utang disubordinasikan (setelah dikurangi bagian
pemegang saham lama) statusnya diturunkan menjadi saham preferen.
3) Sebesar 50% saham pereferen (setelah dikurangi bagian pemegang
saham lama) statusnya diturunkan menjadi saham biasa.
Struktur Modal yang Baru ke II
Kompenen
Jumlah
Utang
$ 5 juta
Utang disubordinasikan
6
Saham preferen
4
Saham biasa
5
.
Total
$ 20 juta
Saham biasa $ 5 juta ini terdiri dari $ 3 juta pemegang saham lama dan $352
juta pemegang saham preferen lama.
> Alternatif menyehatkan "Persero BUMN”
1.
Campur tangan Pemerintah, dengan memberikan dana untuk modal kerja dan
investasi, subsidi dengan persetujuan DPR. Contohnya: Merpati Nusantara,
Garuda Indonesia, PLN dan lainnya.
2. Melakukan reorganisasi, struktur organisasi, mengganti manajemen, melakukan
Pensiun Muda, pengurangan karyawan dan lainnya.
3. Melakukan “Concolidation” seperti Bank Mandiri terdiri dari bank-bank pemerintah
lainnya.
4. Melakukan “Cost Reduction” disegala bidang dengan konsekuen
5. Restrukturisasi, rescheduling utang-utang (Compososition
dan Extension)
kepada kreditor dengan bunga relatif rendah dengan jaminan pemeritnah.Penilaian
kembali struktur modal baru.
6. Pemerintah tidak banyak campur tangan dalam BUMN
7. Membentuk Strategic Business Unit untuk “profit center”, RS Pertamina, RS Pelni,
Garuda Maintenance Facility dan lainnya..
8. Melakukan evaluasi kontrak-kontrak yang merugikan Persero dan menjual asset
yang tidak langsung berhubungan dengan operasi perusahaan, contoh menjual
rumah-rumah dinas dllnya.
9. Mengundang “Investor asing dan dalam negeri” untuk membeli saham Persero,
kecuali Persero sangat strategis, PLN, Garuda Indonesia dan lainnya.
10. Melakukan aliansi strategi dengan perusahaan asing.
11. Dan lainnya.
36
Contoh : Likuidasi dan Reorganisasi.
37