SELAMAT DATANG PESERTA BINTEK ADAFTASI PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK TUNANETRA PADA KELAS INKLUSIF oleh UUS HERDIANTO DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JATENG BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS.

Download Report

Transcript SELAMAT DATANG PESERTA BINTEK ADAFTASI PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK TUNANETRA PADA KELAS INKLUSIF oleh UUS HERDIANTO DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JATENG BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS.

SELAMAT DATANG
PESERTA BINTEK
ADAFTASI PEMBELAJARAN
PESERTA DIDIK TUNANETRA PADA
KELAS INKLUSIF
oleh
UUS HERDIANTO
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JATENG
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS
2011
ANAK TUNANETRA
PENGERTIAN
Tuna > luka, tidak memiliki
Netra > mata
Tunanetra adalah suatu kondisi dari indra penglihatan yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya walau sudah dikoreksi dengan alat
bantu apapun.
Secara medis > Ketajaman visualnya kurang atau sama dengan 6/60
Lapang pandangnya kurang dari 200.
Pendidikan > Seseorang dikatakan tunanetra bila penglihatannya
tidak dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
...lanjutan
Pengertian
Dipandang dari dunia pendidikan, seseorang dikatakan tunanetra
bila penglihtannya tidak dapat dimanfaatkan dalam proses
pendidikan, sehingga mereka memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus. Anak yang memiliki kerusakan fungsi
penglihatan tetapi setelah dikoreksi dengan kacamata tidak
memerlukan pelayanan pendidikan khusus, maka anak tersebut
tidak dapat disebut sebagai tunanetra
Klasifikasi Anak Tunanetra
 Buta dan kurang lihat (low vision).
 Bila diukur dengan kartu Snellen anak diklasifikasikan tunanetra
bila :
 a) ketajaman penglihatannya kurang dari 20/200;
 b) ketajaman penglihatannya lebih dari 20/200 tetapi luas
lapangan penglihatannya membentuk sudut kurang dari 20o ;
 c) anak kurang lihat terdiri dari yang memiliki persepsi bendabenda dengan ukuran besar (1 dm3 atau lebih), anak yang
memiliki persepsi benda-benda dengan ukuran sedang (antara 2
cm3 dan 1 dm3), anak yang memiliki persepsi benda-benda
ukuran kecil (2 cm3 atau lebih kecil).
6 November 2015
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
CIRI-CIRI
TUNANETRA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tidak mampu melihat
Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
Kerusakan nyata pada kedua bola mata
Sering meraba-raba/tersandung saat berjalan
Kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya
Bola mata yang hitam berwarna keruh
Mata bergoyang terus
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENYEBAB
KETUNANETRAAN
 Kelainan genetik > Retina degeneration (kemerositan
fungsi retina), tumor pada retina, hilangnya fungsi syaraf
mata, katarak, myopi.
 Terjadinya infeksi pada saat embrional: penggunaan
obat-obatan.
 Penggunakan radioaktif atau radiasi eksternal
 Kekurangan gizi > pada saat embrional berpengaruh
pada susunan syaraf mata.
 Pada masa setelah kelahiran: kesalahan perawatan,
kecelakaan, tumor, infeksi, radang, kekurangan gizi
sehingga menyebabkan ketunanetraan.
 Ketunanetraan pada masa remaja dan menjelang
dewasa lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan dan
penyakit, sedangkan pada usia lanjut banyak disebabkan
oleh katarak ketuaan.
 Selain penyebab di atas terdapat faktor penyebab
ketunanetraan yang belum diketahui sebab musababnya
6 November 2015
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
INTELIGENSI
TUNANETRA
 Menurut Kirley (1975) berdasarkan tes inteligensi dengan
menggunakan Hayes-Binet bahwa IQ anak tunanetra
berkisar 45-160 dengan distribusi:
12,5% memiliki IQ kurang 80.
37,5% memiliki IQ di atas 120.
50% memiliki IQ antara 80-120.
 Levingston sependapat dengan Kirtley, bahwa
perkembangan inteligensi tidak langsung dipengaruhi oleh
hilangnya fungsi penglihatan, dan IQ sendiri tidak cukup
untuk mengukur kemampuan belajar
 IQ Tunanentra tidak berbeda dengan anak awas
 Ketunanetraan yang ada pada anak bukan kewajiban guru/
guru untuk merubah, tetapi mengidentifikasi kemampuannya
untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PERSEPSI
TUNANETRA
 Proses deteksi, diskriminasi, pengenalan,
identifikasi, dan pertimbangan melalui indra
non visual.
 80% persepsi diperoleh melalui indra visual.
 Terdapat kesan yang dapat dipersepsi
hanya melalui visual, indra lain tidak dapat
menggantikannya, misal: warna,
pemandangan, gerakan yang
berkesinambungan, fakta yang jauh
jaraknya, pembiasan, bayangan, dll.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENDENGARAN
TUNANETRA
 memberi berbagai informasi
 merupakan indra jarak jauh yang mampu
menempuh ruang
 kepekaan pendengaran dianggapnya sebagai suatu
yang otomatis sebagai kompensasi atas hilangnya
fungsi visual – semua itu hasil dari latihan bukan
pembawaan
 Anak tunanetra dengan pendengarannya mampu
mengetahui suasana yang silih berganti. Berbagai
jenis dan warna suara (timbre) dapat
menggambarkan atau memberi petunjuk terhadap
suatu keadaan atau peristiwa dan objek.
 aktivitas yang mengkombinasikan tekstur atau
bentuk dengan bunyi dapat membuka peluang bagi
tunanetra terhadap terbentuknya asosiasi bendabenda
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PERABAAN
TUNANETRA
 Anak tunanetra usia sekolah atau prasekolah menggunakan
tubuhnya untuk memahami masalah ruang
 Anak tunet sejak lahir mulai mengetahui bahwa ada ruangan di
luar dirinya ketika mereka diajar menjangkau dengan tangannya
untuk mendapatkan barang atau benda, kemudian barulah
mereka berani mengangkat tubuhnya
 Kekakuan, kestabilan, berat, bentuk, dan tekstur dapat diketahui
dengan indra perabaan
 Kepekaan indra perabaan pada anak tunanetra tidak berlangsung
secara otomatis, tetapi melalui latihan yang berlangsung terusmenerus sebagai kompensasi hilangnya fungsi visual
 Sensitivitas kulit ditentukan oleh adanya kemampuan untuk
membedakan dua titik yang disebut diskriminasi taktual
 Guyton (1981) menyatakan bahwa perabaan yang paling peka
adalah ujung lidah (1 mm), ujung jari (2 mm), dan hidung (3 mm).
Pinel (1993) menyatakan bahwa bagian tubuh yang mampu
mendiskriminasikan taktual yang terhalus adalah tangan, bibir,
dan lidah.
 Kepekaan diskriminasi taktual sesuai dengan kepadatan
reseptornya dan luasnya korteks sensorik, maka tunanetra
mampu membedakan berbagai variasi bentuk titik timbul dalam
huruf Braille.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
INDRA LAIN
TUNANETRA
 Indra pencecap dan pencium secara fisiologis dekat sekali letaknya,
maka kedua indra tersebut akan bekerja secara kooperatif
 Indra pembau mampu menganalisis dan menduga terhadap jenis
benda, asal benda serta rasa dari benda tersebut
 Bau yang khas akan merupakan petunjuk terhadap suatu objek yang
dituju. Bau menginformasikan posisi badan dan sebagai petunjuk
berjalan.
 Indra kinestesi menyadarkan anak tunanetra akan posisi dan gerak
tubuh
 Indra keseimbangan mampu memberikan informasi tentang posisi
dari tubuhnya dan juga gerakan lurus serta memutar dari bagian–
bagian tubuh tersebut
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
HAMBATAN
TUNANETRA
TUNANETRA
KETERBATASAN
Menurut Lowenfeld



Gerak/Mobilitas
Perkembangan
Konsepsi/Pengalaman
Interaksi dengan
Lingkungan/Sosialisasi
BERPENGARUH






Aktifitas Belajar
Bekerja
Kegiatan Sehari-hari
Kognitif (akibat kurangnya
informasi/ pengalaman visual)
Emosi (perasaan takut, cemas,
mudah tersinggung, curiga, marah,
sedih)
Sosial (sikap masyarakat yang
kurang menguntungkan sprt
penolakan, acuh, isolasi,
penghinan)
Orientasi Mobilitas
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
STRATEGI
PEMBELAJARAN
Apa Kurikulum yang digunakan untuk Sekolah Inklusif?
Alternatif pilihan Model Kurikulum Sekolah Inklusif,
dilihat dari kebutuhan peserta didik berkelainan :
(1) Model Kurik sekolah reguler penuh (Duplikasi) >
Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada
proses bimbingan belajar, motivasi dan ketekunan
belajarnya.
(2) Model Kurik sekolah reguler yang dimodifikasi
>modifikasi pada bahan, strategi pembelajaran, jenis
penilaian dll.
(3) Model Kurikulum Substitusi > beberapa bagian dari kur
umum ditiadakan tetapi diganti dengan materi yang kurang lebih
setara.
(4) Model Kurikulum Omisi > beberapa bagian dari kurikulum
umum ditiadakan sama sekali karena tidak memungkinkan bagi
ABK.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
...lanjutan
Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Inklusif
1. Duplikasi > sama dengan umum
2. Modifikasi > disesuaikan dengan ABK
3. Substitusi > beberapa diganti dg yg setara
4. Omisi > bbrp ditiadakan krn tdk sesuai dg ABK
KONSEP PPI
• Rencana pembelajaran bagi seorang anak
(individual)
• PPI dinamis: sensitif terhadap
perubahan & kemajuan anak
• Disusun oleh tim berbagai profesi
• Memuat deskripsi tingkat kemampuan
yang telah dimiliki
• Mencakup semua aspek kurikulum
(akademik dan non akademik ), spt
kondisi emosi, kemamp, fisik,
kesehatan
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
KOMPONEN PPI
 Format PPI tidak ada yang baku
 Format disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
sekolah
 Ada komponen yang harus ada dalam PPI: informasi
data siswa dan tingkat kemampuan siswa.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
STRATEGI PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kelas reguler (Inklusif Penuh)
Kelas reguler dengan Cluster
Kelas reguler dengan Pull out
Kelas reguler dengan cluster
dan pull out
Kelas khusus dengan
berbagai pengintegrasian
Kelas khusus penuh
24
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
 PRINSIP PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN
GANGGUAN
VISUAL/TUNANETRA
1. Prinsip Kekongkritan > diraba > benda asli atau
tiruan.
2. Prinsip Pengalaman Menyatu > anak awas sekali
pandang dapat mengetahui segalanya, tunet perlu
dijelaskan hubungan2nya.
3. Prinsip Belajar Sambil Melakukan > tidak hanya
bersifat informatif tapi diajak untuk melakukannya.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
KONDISI
PEMBELAJARAN
1. Tujuan/indikator pembelajaran  disesuaikan dengan
kemampuan
2. Karakteritik mata pelajaran
 Materi pelajaran yang banyak membutuhkan fungsi visual
diAdaptasi dengan pemanfaatan indra pendengaran, taktual,
penciuman serta indra lain non visual. Kebanyakan tunanetra
kesulitan dalam pembentukan konsep global, mereka memulai
pengertian dengan diawali pembentukan konsep detail per
detail baru kemudian global.
 Kedalaman materi pelajaran yang memerlukan fungsi visual
dan tidak dapat diganti dengan fungsi indra lain diturunkan
target pencapaiannya, dan diberikan pengayaan di topik-topik
yang mudah diterima dengan indra non visual.
3. Kendala berkaitan dengan waktu, sarana/alat, ruang
a. Waktu
 Membaca-menulis Braille lebih memerlukan waktu lama
 Memahami gambar timbul  waktunya bisa 10 (lebih) x waktu
orang awas
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
SARANA/MEDIA
b. Media/alat
peta/ globe timbul
miniatur binatang
penggaris timbul
Power rider
meteran timbul
meteran bunyi
Reglet dan stylus
Block kis, papan paku, kalkulator bicara,
sempoa
Laser can
Papan catur, bola bunyi, tenis meja dll
Braille kit, tongkat putih, blind ford
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
...lanjutan











Termoform
Kertas braillon
Kertas braille
Plastik timbul
Braille display
Mesin tik braille
Mowat sensor
Tongkat putih
Sonic fathpender
Komputer braille
Printer braille dll.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENGELOLAAN
KELAS
Pengelolaan kelas
O O
O O
O O
O O
O O
O O
X O
O X
X O
V
O = siswa reguler
Penataan ruang kelas
Pengorganisasian siswa
(individual, berpasangan,
kelompok kecil, klasikal).
Situasi kooperatif
Penempatan tempat duduk
pertimbangkan, ketajaman
penglihatan, pendengaran,
pencahayaan
(Inklusi) dekatkan dengan
siswa yang peduli
Hindarkan kelas yang bising
Aksesibel
X = peserta didik
V = pendidik
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
KARAKTERISTIK
MATA PELAJARAN
 Mata pelajaran dengan materi pelajaran yang banyak
membutuhkan fungsi visual diAdaptasi dengan
pemanfaatan indra pendengaran, taktual, penciuman
serta indra lain non visual
 Formula/rumus atau penyajian fakta secara vertikal
diubah dalam format horizontal (braille tidak mengenal
format vertikal)
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PAPAN PAKU
Contoh tabel, Pengerjaan matematika
800
Dinarasikan:
2001 50
2002150
2003250
2004320
2005400
2006450
dst
700
600
500
400
300
200
100
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
KARAKTERISTIK
MATA PELAJARAN
 Materi pelajaran yang memerlukan fungsi visual dan
tidak dapat diganti dengan fungsi indra lain (con.
Cermin, cahaya, warna dll.) diturunkan target
pencapaiannya, dan diberikan pengayaan di topik-topik
yang mudah diterima dengan indra non visual
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENGELOLAAN
KBM
Strategi pengorganisasian: pemilihan isi, penataan isi, pembuatan
diagram, format, dan lainnya
 Pemilihan dan penataan isi materi tidak memerlukan Adaptasi
 Penyajian diagram (objek dua dimensi) memerlukan Adaptasi
dengan mengemboss (menimbulkan) agar dapat diraba
tunanetra), sedangkan objek tiga dimensi harus disajikan dalam
bentuk benda asli atau model.
 Penyajian format/ formula vertikal dapat diAdaptasi dalam
format horinsontal, karena penulisan huruf Braille susah
disajikan dalam format vertikal
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENGELOLAAN
KBM


Peraga pembelajaran
1. Upayakan setiap anak mendapat kesempatan untuk mengamati
(meraba) media yang tersedia.
2. Peraga visual diAdaptasi ke dalam peraga auditif, perabaan, namun
tidak semua kesan visual dapat diubah ke dalam kesan non visual.
Misal persepsi cahaya, bayangan, benda yang hanya dapat dijangkau
dengan penglihatan. Hal ini anak tunanetra cukup diberi kesempatan
untuk merasakan gejala yang muncul atau bahkan cukup diberikan
cerita tentang itu.
3. Objek tiga dimensi harus disajikan dalam bentuk benda asli atau
model.
Interaksi peserta didik dengan peraga
1. Peraga hendaknya jangan terlalu besar atau terlalu kecil, yang ideal
adalah sejauh kedua tangan dapat mendeteksi objek secara
keseluruhan.
2. Penyajian tabel/ diagram perlu penjelasan cara membaca dan
maksud tabel/ diagram tersebut.
3. Ada jaminan bahwa peraga itu tidak berbahaya, tidak mudah rusak.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENGELOLAAN
METODOLOGI
 Metode pembelajaraan umum  anak tunanetra
Adaptasi aktivitas visual ke non visual (menceritakan
gambar, peta)
 Ceramah  ucapan jelas
 Demonstrasi  tidak dengan visualisasi
 Praktikum IPA  informasi proses
 Setiap anak upayakan mendapat alat peraga
 Hindarkan kata ini, itu, di sana, di situ, ke sini dll
 Raut wajah  indikator aktivitas anak
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PRINSIP
PENILAIAN





Peserta didik dengan kebutuhan khusus yang dalam pembelajarannya
menggunakan kurikulum standar, maka penilaian pembelajarannya sama
dengan anak lain pada umumnya. Peserta didik ini berhak mengikuti ujian
nasional dan memperoleh ijasah seperti anak lain.
Peserta didik dengan kebutuhan khusus yang dalam pembelajarannya
menggunakan kurikulum di bawah standar, maka penilaian pembelajarannya
dibedakan dengan anak lain pada umumnya. Peserta didik ini berhak tidak
perlu ujian nasional dan cukup mengikuti ujian sekolah memperoleh STTB dari
sekolah yang bersangkutan.
Terhadap anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu memenuhi target
kurkulum reguler sekalipun telah dimodifikasi sehingga menggunakan
kurikulum PPI, maka kreteria penilaiannya berdasarkan yaitu berapa persen
daya serap atau pencapaian tujuan yang telah disusun dalam PPI, itulah nilai
yang diperoleh.
Jika setiap anak berkebutuhan khusus di kelas itu memerlukan PPI yang
berbeda, maka penilaianya atas dasar pencapaian tujuan masing-masing PPI
untuk masing-masing anak. Hal ini dimungkinkan setiap anak mendapatkan
nilai yang baik, sekalipun kemampuannya
Jika penilaian dilakukan secara kuantitatif, maka untuk membedakan hasil
penilaian antara peserta didik dengan kreteria reguler dengan peserta didik
yang kenai PPI, maka khusus peserta didik dengan PPI hasil penilaian
kuantitatif hendaknya dilampiri penilaian narasi
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PRINSIP
PENILAIAN
Pasal 9 Permendiknas nomor 70/ 2009 sebagai berikut:
1. Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif
mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan.
2. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum
yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan
atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian
nasional.
3. Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar
nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang bersangkutan.
4. Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang
blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah.
5. Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan
pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan
pendidikan di bawah standar nasional pendidikan mendapatkan
surat tanda tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan.
6. Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat
melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi
pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif
atau satuan pendidikan khusus.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENILAIAN
Tunanetra total
 Menghindari/ minimalkan penggunaan kata-kata visual (abstrak)
yang kurang dipahami anak.
 Gambar dua dimensi disajikan dalam bentuk gambar timbul/
taktual.
 Benda-benda tiga dimensi disajikan dalam bentuk asli atau
model.
 Tambahan waktu sedikitnya 20% dari waktu yang ditentukan.
 Semua indra non visual dimanfaatkan untuk keperluan penilaian.
 Posisi tempat duduk anak memperhatikan kemampuan indra
pendengaran
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENILAIAN
Low Vison
Memperhatikan kemampuan visual (ketajaman
penglihatan) yang dimiliki anak .
Posisi tempat duduk anak memperhatikan hal-hal
berikut ini: jarak, ukuran, pencahayaan,
kekontrasan
Menggunakan alat bantu optik atau non optik yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
ADAPTASI
PENILAIAN
BENTUK TES
DIADAFTASI
Portofolio
Kumpulan karya dalam bentuk Braille, CD,
Disket, Huruf Cetak
Penilaian
produk
Tidak perlu Adaptasi
Lisan
Tetap dilakukan dengan lisan
Tertulis
Ditulis dalam huruf Braille, diubah dalam bentuk
lisan, CD, disket, huruf cetak
Kinerja
Tidak perlu Adaptasi
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
MENGENAL HURUF BRAILLE
A
b
c
d
e
f
g
h
I
j
a
b
c
d
e
f
g
h
I
j
K
l
m
n
o
p
q
r
s
t
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
U
v
x
y
z
W
# = tanda angka
u
v
x
y
z
W
ALAT-ALAT TULIS BRAILLE
1. RIGLET
2. MESIN TIK BRAILLE
3. MESIN CETAK BRAILLO
Braillo 200
Braillo 400
Braillo 400
SELAMAT BERJUANG
dok-budi-sdm-inklusi