(Barringtonia asiatica) Dalam Proses Anestesi Ikan

Download Report

Transcript (Barringtonia asiatica) Dalam Proses Anestesi Ikan

Slide 1

Dibawah bimbingan :
Kiki Haetami, S.Pt., MP
Yeni Mulyani, S.Si., M.Si
Dr. Ir. Danar Dono, M.Si


Slide 2

Latar Belakang

Permintaan pasar
untuk komoditas
perikanan berubah

Harga ikan hidup
mencapai tiga
hingga empat kali
harga ikan mati

(Purwaningsih, 1998)

(Suparno, et al., 1994)

Cara mengirim ikan
segar hidup

(Imanpoor, 2010)

Teknik immotilisasi

Perlu suatu
teknologi


Slide 3

• Sejauh mana potensi, keefektifan, serta pengaruh berbagai
konsentrasi ekstrak biji buah Keben (Barringtonia asiatica)
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu

• Mengetahui potensi senyawa metabolit sekunder dari ekstrak
biji Keben sebagai sumber zat anestesi serta mendapatkan
konsentrasi yang menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi
pada proses pembiusan ikan kerapu.

• Memberikan informasi mengenai potensi dan keefektifan
konsentrasi ekstrak biji buah Keben (Barringtonia asiatica)
sebagai zat anestesi serta kemungkinan pemanfaatannya
sebagai teknik dan cara baru dalam proses transportasi ikan
kerapu segar hidup.


Slide 4

Menekan aktivitas pergerakan
ikan selama pengangkutan

Bahan anestesi alami
Barringtonia asiatica

Permintaan pasar akan
kualitas ikan segar
hidup

Senyawa
metabolit
sekunder

Tersebar banyak di
pesisir Indonesia

Kearifan lokal

Perlu dilakukan penelitian
mengenai potensi
Barringtonia asiatica Kurz

Belum banyaknya riset


Slide 5

Ekstrak biji Barringtonia asiatica mengandung senyawa
yang berpotensi sebagai zat anestesi yang efektif dalam
proses pemingsanan ikan kerapu, pada kisaran konsentrasi
antara 10 mg/l – 100 mg/l pada uji pendahuluan, terdapat
nilai konsentrasi efektif yang menghasilkan kelangsungan
hidup tertinggi pada proses anestesi ikan kerapu Macan.


Slide 6

Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel buah Keben dilakukan di pantai Batukaras, Kabupaten Ciamis, Jawa
Barat.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012.

Proses ekstraksi dan identifikasi senyawa buah Keben dilakukan di laboratorium
Bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Sedangkan Penelitian Pendahuluan dan Penelitian Utama dilakukan di Hatchery Suku
Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.


Slide 7

Penelitian dilakukan dalam dua tahap.
• Tahap pertama meliputi proses ekstraksi, dan identifikasi kandungan senyawa
metabolit sekunder.
• Tahap kedua yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama.


Slide 8

Ekstraksi Sampel Biji Keben
Dicacah, dikeringkan, dihaluskan
Maserasi,+Metanol

Filtrat

Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder

Residu

Prosedur dan Hasil
Penelitian

Evaporasi
Ekstrak

Penelitian Pendahuluan

Penelitian Utama

Analisa Data

Pengamatan Kualitas Air Media Uji


Slide 9

Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
• Uji alkaloid
1 g biji B.asiatica Kurz dilarutkan dalam kloroform (kocok)
Lapisan kloroform
+ 1 mL asam sulfat 2 N (kocok) + pereaksi Meyer
Terbentuk endapan putih
• Uji steroid dan triterpenoid
1 g biji B.asiatica Kurz + 2 mL kloroform
tetes pereaksi Liebermann-Burchard

`

tetes pada plat tetes
kering + 1
Terbentuk warna Merah = Triterpenoid
warna Biru/hijau = Steroid

• Uji flavonoid
1 g biji B.asiatica Kurz+ 25 mL methanol,didihkan selama 10 menit
disaring
pelarut diuapkan sampai kering
+ 5 mL kloroform & aquadest (1:1)
kocok & biarkan hingga terbentuk 2 lapisan kloroform & air
ambil dan
pindahkan sebagian dari lapisan air dengan pipet ke tabung reaksi
+ 0,1 gr
bubuk magnesium+HCl pekat+Amil alkohol
terbentuk warna orange/merah
• Uji saponin
1 g biji B.asiatica Kurz + 20 mL akuades (panaskan 5 menit)
tuang ke tabung
reaksi
ambil 10 mL
kocok kuat secara vertikal selama 10 detik
terbentuknya busa yang stabil setinggi 1-10 cm selama 10 menit dan tidak hilang
pada saat ditambahkan dengan HCl 2 N.


Slide 10

Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
Alkaloid
(-)

Triterpenoid
(+)

Steroid (-)

Saponin (+)

Flavonoid (-)


Slide 11

Ekstraksi


Slide 12

Sampel

Berat Awal (g)

Berat Ekstrak (g)

Rendemen
(%)

Biji B.asiatica

200

27,3

13,5


Slide 13

Penelitian Pendahuluan

Meliputi penentuan konsentrasi ambang dan konsentrasi perlakuan

Pengujian bersifat “trial run”, digunakan derajat konsentrasi sebanyak 6 perlakuan, yaitu
0% (kontrol), 10 mg/l. 25 mg/l, 50 mg/l. 75 mg/l. dan 100 mg/l. Setiap konsentrasi
merupakan perlakuan yang diulang sebanyak dua kali.


Slide 14

Hasil Penelitian Pendahuluan

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji B.asiatica kondisi fisiologis ikan semakin
terganggu.

Waktu induksi
Konsentrasi (mg/l)
(Menit ke-)
10

24 – 62

25

4 – 11

50

3–7

75

1–4

100

3-10

Berdasarkan hasil pengujian konsentrasi ambang atas dan ambang bawah, didapat
dosis perlakuan yang digunakan untuk perlakuan pada penelitian utama dengan
perhitungan logaritmis , yaitu 12 mg/l, 14 mg/l, 17 mg/l, 21 mg/l, dan 25 mg/l serta 0
mg/l sebagai kontrol perlakuan.


Slide 15

Penelitian Utama

Pengamatan waktu pingsan dan waktu pulih sadar ikan saat dibius.
Percobaan penanganan kerapu tanpa media air selama 6 jam.


Slide 16

Hasil Penelitian Utama
Ekstrak biji B.asiatica konsentrasi 12 mg/l, 14 mg/l, 17 mg/l, 21 mg/l, dan 25 mg/l dapat
memingsankan 100% populasi ikan kerapu masing-masing dalam rata-rata waktu 55
menit, 18 menit, 14 menit, 8 menit dan 7 menit.

Konsentrasi

Waktu

Kisaran Waktu

Kisaran Waktu

Kelangsungan Hidup

Ekstrak

Induksi

Semua Kerapu

Semua Kerapu Pulih

Kerapu Setelah

(mg/L)

(Menit ke)

Pingsan (Menit)

Sadar (Menit)

Disadarkan (%)

12

15

50 – 60

9 – 17

100

14

10

16 – 20

11 – 21

100

17

7

12 – 16

26 – 42

100

21

5

6 – 10

46 – 60

60

25

3

5-9

-

0


Slide 17

Hasil Penelitian Utama

Konsentrasi ekstrak biji B.asiatica sebanyak 14 mg/l menyebabkan rata-rata fase pingsan
dan waktu pulih sadar tercepat dengan tingkat kelangsungan hidup kerapu 100%.

Konsentrasi ekstrak biji B.asiatica sebanyak 14 mg/l digunakan untuk percobaan
selanjutnya, yaitu percobaan pengemasan ikan kerapu tanpa media air selama 6 jam.


Slide 18

Video Pengemasan Kerapu Tanpa Media Air Selama 6 Jam


Slide 19

Hasil Penelitian Utama
Percobaan Pengemasan Tanpa Media Air Selama 6 Jam

Konsentrasi (mg/l)
14

Waktu Simpan

Kelangsungan Hidup (%)

(Jam)

Setelah Pembongkaran

Setelah Penyadaran

6

90

80


Slide 20

Kesimpulan
Ekstrak biji B,asiatica pada konsentrasi 12 mg/l, 14 mg/l, 17 mg/l, 21 mg/l, dan 25 mg/l
dapat memingsankan 100% populasi ikan kerapu masing-masing dalam rata-rata waktu
55 menit, 18 menit, 14 menit, 8 menit dan 7 menit. Pada konsentrasi 12 mg/l, 14 mg/l,
17 mg/l, dan 21 mg/l semua ikan kerapu dapat pulih sadar secara keseluruhan dalam
waktu 10 – 30 menit. Sedangkan pada konsentrasi 25 mg/l, ikan kerapu mengalami
kolaps dan tidak dapat kembali pada kondisi normal

Konsentrasi ekstrak biji B,asiatica sebayak 14 mg/l merupakan konsentrasi optimal
dalam proses anestesi ikan kerapu macan karena menghasilkan fase pingsan dan waktu
pulih sadar tercepat.

Ekstrak B.asiatica sangat berpotensi sebagai bahan anetetik, dengan senyawa
metabolit sekunder saponin yang dapat digunakan sebagai zat pembius dalam
penanganan dan transportasi kerapu hidup tanpa media air. Pembiusan pada
konsentrasi 14 mg/l selama 20 menit dapat dilakukan untuk transportasi kerapu selama
tidak lebih dari 6 jam dengan tingkat kelangsungan hidup 80%.


Slide 21


Slide 22


Slide 23

Teknik Imotilisasi
Menekan aktivitas metabolisme serta mengurangi resiko ikan
mengalami stres yang dapat berakibat pada kematian
(Sukarsa, 2005).

5

Kimia sintetik

Bahan Anestesi
(Sukarsa, 2005)

Alami


Slide 24

Barringtonia asiatica Kurz
Mudah didapat dan banyak tersebar di daerah
pesisir Indonesia (Prohati, 2008)

Mengandung kelompok senyawa saponin yang
dapat menyebabkan keracunan pada ikan (Tan,
2001)

Senyawa saponin yang bersifat sebagai racun ikan
paling aktif dari ekstrak Barringtonia asiatica Kurz
adalah ranunkosida VIII (Burton et al, 2003).


Slide 25

Penduduk lokal menggunakan biji keben yang ditaburkan ke permukaan perairan untuk
membius ikan. Setelah beberapa saat, ikan-ikan akan mengambang di permukaan
sehingga lebih mudah ditangkap. Namun, ikan-ikan tersebut tidak mati, hanya pingsan
selama sekitar 20 menit. Bila tidak diambil dan efek biusnya habis, ikan yang pingsan
akan pulih kembali dan berenang ke habitat asalnya seperti sediakala. Dugaannya,
saponin, glukosida, dan beberapa zat lain yang terdapat dalam biji keben melumpuhkan
sistem saraf ikan (Melcher, 2002).