1 PEMIKIRAN KRITIS SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini) Apa yg dipersoalkan? LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS YANG CENDERUNG MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG TIDAK SEIMBANG (ANTARA PASIEN DAN DOKTER), OTORITAS YANG BERLEBIHAN SHG BERSIFAT DOMINATIF.

Download Report

Transcript 1 PEMIKIRAN KRITIS SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini) Apa yg dipersoalkan? LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS YANG CENDERUNG MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG TIDAK SEIMBANG (ANTARA PASIEN DAN DOKTER), OTORITAS YANG BERLEBIHAN SHG BERSIFAT DOMINATIF.

Slide 1

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 2

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 3

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 4

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 5

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 6

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 7

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 8

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 9

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 10

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 11

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 12

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 13

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 14

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 15

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 16

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 17

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 18

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 19

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 20

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 21

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 22

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 23

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 24

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 25

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 26

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 27

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 28

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 29

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 30

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 31

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 32

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 33

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 34

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 35

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 36

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian


Slide 37

1

1

PEMIKIRAN KRITIS
SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)

Apa yg dipersoalkan?
LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS
YANG CENDERUNG
MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG TIDAK SEIMBANG
(ANTARA PASIEN DAN
DOKTER), OTORITAS YANG
BERLEBIHAN SHG BERSIFAT
DOMINATIF DAN MUNCULNYA
KETIDAK BERDAYAAN
(DEPOWERING) PASIEN BILA
BERHADAPAN DENGAN
LEMBAGA INI

Mengapa?...................
LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) :
MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA
BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI
STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
KARENA PERAN SENTRAL YANG
DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA
PENYEMBUHAN”.
BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA
MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN
MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK
MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG
“SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN
MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP
DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN.
MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA
UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN
PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK
MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA
SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI
KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA
MEDIS.

MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL
34

Teori-teori yang dihasilkan

1.

FUNGIONASLIME
SIMBOLIK

2.

FENOMENALISME

3.

KRITIS (CRITICAL
SOCIOLOGIY)

PENDEKATAN YANG
TERAKHIR BELUM BGT
POPULER DI INDONESIA ,
NAMUN AKAN DIGUNAKAN
SEBAGAI ANALISIS
DALAM UPAYA MEMAHAMI
EKSISTENSI LEMBAGA
MEDIS

3

DALAM DUNIA MEDIS
POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI
KRITIS :

BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YANG
BERSIFAT EKSPLOITATIF THD
SEKELOMPOK ORANG TERTENTU
DG CARA MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA
MEDIS.

SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI
DIMENSI

34

DALAM PERSPEKTIF MEDIS
ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN
ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG
TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM
DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA
MEDICAL NEXUS)
SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA,
YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT
Pada tahap
PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP
Perkembangan
KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT
selanjutnya
FISIK.
LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL
DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI
MEDIKALISASI MENYEBABKAN
MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD
PENYAKIT.
KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN
MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE
LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI
KETERGANTUNGAN

LEMBAGA MEDIS TDK
HANYA MENGONTROL
ORANG SAKIT, TETAPI JUGA
ORANG SEHAT
MELALUI PELEMBAGAAN
IDEOLOGY MEDICALIZATION
OF LIFE, UNTUK SEHAT
ORANG HARUS MENGIKUTI
GARIS PERINTAH MEDIS.

IMPLIKASINYA ADALAH
KEHIDUPAN SOSIAL
DIDOMINASI OLEH LEMBAGA
MEDIS DAN MENEMPATKAN
REZIM MEDIS SEBAGAI
PENGUASA TERTINGGI
BAHKAN KEKUASAANNYA
KADANG MELEBIHI
PENGUASA POLITIK.

34

DICIPTAKANNYA OPINI

MEDICALIZATION OF LIFE :

SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN
PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT
SEHAT SECARA BIOLOGIS.
DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT
KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI
SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS.
MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG
DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG
AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN
YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM
MEDIS.
AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN
LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS,
YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR,
TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT.
34

MENUJU DEMEDIKALISASI
MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
• TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG
DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN.
• MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS,
TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS
KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL
YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA
MEDIS.
• PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM
MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN
MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN.
• KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE
CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU
KONSUMEN (PASIEN)
34

TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL
IATROGENIC : yaitu
penyakit biologis yang
harus dibuktikan scr
klinis dalam hal ini
dokter mempunyai
peran untuk
menyembuhkan

SOCIAL
IATROGENIC : yaitu
kondisi masyarakat
yang kecanduan
perlakuan medis dalam
rangka memecahkan
problema
kesehatannya.

STRUCTURAL
IATROGENIC : yaitu
meliputi destruksi
otonomi pasien thd rezim
medis, atau meningkatnya
kontrol dokter terhadap
pasien yg disertai dengan
menurunnya otonomi
pasien thd dokter.

KEBIJAKAN NEGARA
Mengutamakan
“WEALTH”
daripada
“HEALTH

Masyarakat
KAPITALIS yang cenderung
EKSPLOITATIF
Akan EKSIS

Mengutamakan
“HEALTH”
daripada
“WEALTH

Masyarakat
EGALITARIAN, dampaknya
Komunikasi antar pasien
& dokter tidak mengalami
DISTORSI

KESEPAKATAN ALMA
ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON
BIOLOGIS), yaitu dengan
mewujudkan :

1.
2.
3.
4.

Kesamaan otonomi
Adanya Pemberdayaan
Masyarakat
Menurunnya tingkat
Ketidakberdayaan Masyarakat
terhadap Lembaga Medis
Sehat dalam Pengertian
Lingkungan

4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan
Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan
1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi
orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan
pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan ,
melalui PENDIDIKAN

2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan
TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena
itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial

3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan
agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah ,
dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM.

4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak
Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah
sehingga Hubungan antara Lembaga Medis
dan Pasiennya tidak dominatif.

LATAR BELAKANG

FAKTA

Tidak semua organisasi perempuan dapat
mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian
secara optimal

KONSEP
Untuk meningkatakan peran dan kemandirian
O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada
aspek : capacity building, cultural change,
structural adjusment dan pola hubungan
gender.

Perkembangan organisasi perempuan masih :
1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada
nilai-nilai patriarkhi.
2. tidak dpt berjalan scr optimal
3. terlihat bias gender

“Longwe”

adalah Konsep Pemberdayaan
feminisme yang meliputi: akses,
kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi
dan kuasa.

?

Pemberdayaan

RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ?
2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan
dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ?
3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif
feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran
dan kemandirian ?
2

sasi perempuan
yang tergabung
dalam (GOW)

ASPEK YANG
DITELTI :

 bangunan organisasi
(capacity building),
 perubahan kultural
( cultural change),
 kesesuaian struktural
(struktural
adjustment).
 Pola hubungan gender
oragnisasi

MODEL YG
DIKEMBANGKAN
“Konsep Longwe”,
yaitu :
-Kesejahteraan
-Akses
-Penyadaran diri
-Partisipasi
-Kontrol

3

DALAM DUNIA MEDIS

POSITIVISME MRPKN BAG DARI
ILMU KEDOKTERAN BARAT ,
AKIBATNYA SCR TDK DISADARI
LEMBAGA INI BERSIFAT
TEKNOKRATIS.
TEKNOKRATIS ADALAH:
“PERCAYAKAN SAJA PADA
AHLINYA TANPA BANYAK
BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA
AKAN SEMBUH”.
PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN
LEMBAGA INI CENDERUNG
DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA
KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG
DISTORTIF.

UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP
HIDDEN SRUCTURE YG
BERSIFAT EKSPLOITATIF
THD SEKELOMPOK ORANG
TERTENTU DG CARA
MENINGKATKAN
KESADARAN KRITIS SHG
MEMILIKI POSISI TAWAR
(BARGAINING POSITION)
ANTARA PASIEN DAN
KELUARGA
SALAH SATU MANIFESTASI
KONKRIT DARI SIKAP KRITIS
ADALAH MEMPERTANYAKAN
KONSEP SEHAT DARI
BERBAGAI DIMENSI

34

LOKASI
PENELITIAN :
HASIL YANG DIHARAPKAN
1.

ORGANISASI
PEREMPUAN
YANG ADA
DIKOTA
MALANG

2.

Prinsip-prinsip
dasar
model
pemberdayaan yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan potensi agar
mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi
perempuan
dalam
mengembangkan organisasi.
Potret
tingkat
keberdayaan
organisasi yang merupakan prinsipprinsip atau dasar-dasar dalam
merancang
model
pemberdayaan
organisasi perempuan.

34

MANFAAT PENELITIAN :
TUJUAN PENELITIAN :
1. Mengkaji tingkat keberdayaan
Organisasi Perempuan ( capacity building,
cultural change, structural adjustment)
yang ada di kota Malang.
2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi
( antara organisasi perempuan dengan
organisasi induk ) pada organisasi
perempuan di kota Malang.
3. Mengembangkan model pemberdayaan
organisasi perempuan berperspektif
feminisme dalam upaya meningkatkan
peran dan kemandirian.

1. Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung
dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW),
sebagai bahan pertimbangan dalam upaya
meningkatkan peran dan kemandiriannya.
2. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder),
yang kompeten dalam menyusun program dan
mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender
3. Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap
proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam
mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan
banyaknya organisasi perempuan, yang kurang
dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi
permasalahan kehidupan.
4. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam
mengembangkan model pemberdayaan dimasa
mendatang dalam rangka meningkatkan potensi,
sehingga mampu mengatasi permasalahan yang
dihadapi perempuan dalam mengembangkan
organisasi.

5

Tingkat
Pemberdayaan

Uraian

Langkah Pemberdayaan

Permasalahan

Tingkat tertinggi dari
keadilan danpemberdayaan
Gender

Perwakilan setara, peran aktif dalam
pembangunan, diakuinya sumbangan
masing-masing, memelihara dan
mengembangkan tujuan

Bagaimana kegiatan yang
ada dapat dipertahankan
dan mengembangkannya ke
tingkat yang lebih tinggi

Partisipasi

Perempuan dan laki-laki
telah mencapai tk. dimana
mereka dapat mengambil
keputusan bersama sebagai dua pihak setara

Pengorganisasian, bekerja dalam
kelompok,
suara
dan
kepentingannya semakin didengar dan
diperhatikan

Cara apa yang
harus digunakan ?

Penyadaran

Kesadaran bahwa perma
salahan yang dihadapi
bersifat struktural & ber
asal dari adanya diskrimi
nasi yang melembaga

Kesadaran bahwa perubahan tidak
akan terjadi bukan mrk sendiri yg
mengubah & bahwa peran mereka
sangat penting agar perubahan
terjadi

Apa yang harus
dilakukan ?

Akses

Menyangkut kesetaraan dalam
akses terhadap sumber daya
dan manfaat yang dihasilkan
oleh adanya sumber daya

Kesadaran bahwa tidak adanya
akses merupakan penghalang terja
dinya peningkatan kesejahteraan

Mengapa kita
mempunyai
permasalahan ?

Kesejahteraan

Menangani hanya kebutuhan
dasar tanpa mencoba memecah
kan penyebab struktural yang
menjadi akar masalah

Pemberdayaan mencakup kehendak untuk
memahami kehendak & permasalahan

Apakah
permasalahan itu ?

Kuasa

yang dihadapi

6

KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN
KEMANDIRIAN
Pengembangan Organisasi
Perempuan cenderung bias
gender

Perempuan
optimal
disektor domestik
Organisasi Perempuan
Pilar Pembangunan

optimalisasi

Pemberdayaan Organisasi
Perempuan
Konsep
Pemberdayaan melalui
konsep “Longwe”

Mampu mengatasi
permasalahan dalam
mengembangkan Organisasi
Perempuan

Perempuan
belum optimal
disektor Publik

Capacity Building
Cultural Change
Structural Adjusment
5 dimensi konsep “Longwe” : Akses;

Partisipasi; Penyadaran; Kontrol;
Kesejahteraan

Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi

7

KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN
PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN

INPUT

KAJIAN
PEMBERDAYAAN
ORGANISASI
PEREMPUAN

PROSES
BASE LINE STUDY
(POTRET
TINGKAT
KEBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI
CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE,
STRUCTURAL ADJUSMENT)
MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN
MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI
MODEL ORGANISASI PEREMPUAN)

OUTPUT

PENINGKATAN
KUALITAS
SUMBERDAYA
ORGANISASI

EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN
PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN
PENYEBARLUASAN MODEL)

Konsep LONGWE :
Akses
Partisipasi
Penyadaran
Kontrol
Kesejahteraan

8

POPULASI & SAMPEL
ORGANISASI
PEREMPUAN (GOW)

DATA SEKUNDER.

DATA PRIMER.

VARIABEL : capacity building,
cultural change , struktual
adjusment & pola Hubungan
gender
CARA PENGUMPULAN DATA :

OBSERVASI PARTISIPATIF,
QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD

TEKNIK ANALISIS DATA :

1ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
2ANALISIS LONGWE
3ANALISIS POHON MASALAH
3ANALISIS POHON TUJUAN
9

Potret tingkat
keberdayaan
organisasi
Perempuan

Periode I
Base Line
Study
Periode II
Merumuskan model,
Uji coba Model, dan
 Monitoring

Periode III
Evaluasi Hasil
Revisi Model
Pengembangan
Model

REVISI

Monetoring
Evaluasi, dan

penyebarluasan

Rumusan dan
Aplikasi Model
Organisasi
perempuan

Operasionalisasi
dan
Penyebarluasan model

10

GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA
MALANG

GOW
GOW
institusional

profesi

-TP PKK
-Dharma Wanita Persatuan
-Persit Kartika Chandra Kirana
-Bhayangkari
-Pia Ardhya Garini
-Yalasenastri
-DWP Pengadilan Negeri
-PIVERI
-PIISEI
-Himpunan Wanita Karya
-Wanita Kosgoro
-Muslimat NU
-Al-Hidayah
-A’isyiyah
-WKRI
-PWKI

mandiri

-PERTAMA
-PWKM
-PERWARI
-Harpi Melati
-Paki Tiara Kusuma
-IBI
-GUPPI
-Wanita Taman Siswa
-KOWAVERI
-IDIM
-IWABA
-Wanita Pejuang ‘45
11

HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN
KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN

11

BENTUK
ORGANISASI

KEMANDIRIAN

PEMBERDAYAAN

Institusional

Terintegrasi dengan
sistem korps organisasi
induk

Internal sebagai bagian dari
organisatoris dan dilaksanakan
secara koordinatif

Profesi

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment dan
independensi

Dasar kewirausahaan dan
berkembang atas kemampuan
dan potensi diri perempuan

Mandiri

Progresif, mandiri
sebagai upaya self
empowerment

Organisasi diberdayakan
sebagai organizational survival
dan identity sebagai bagian
pemberdayaan perempuan

12

ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN
BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance:
Semua organisasi perempuan didirikan
dengan idealisme kesejahteraan anggota.
Perbedaan terletak pada budaya
organisasi seperti ada yang berangkat
dari institusi, profesi dan unsur
perempuan mandiri

Goal Attaintment
Kepribadian sebagai perempuan mendiri
selalu menjadi bagian dari organisasi.
Perbedaan antar organisasi adalah
kepribadian perempuan sebagai
pendukung karier suami (institusional)
dan kepribadian mandiri kemandirian
perempuan sebagai bagian anggota
masyarakat yang mandiri

Integration
Sub sistem sosial mendasari setiap
organisasi perempuan di kota Malang
sebagaiaman dikembangkan dalam setiap
program internal dan keterkaitannya
dengan kerjasama eksternal. Setiap
organisasi telah terintegrasi secara sosial

Adaption
Masing-masng organisasi telah
memberdayakan diri sebagai
pribadi (perempuan) yang
merupakan subsistem pelakupelaku organisasi

13

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)

Orientasi tujuan

Habituasi (pembiasaan)

Penerjemahan dlm program

Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan
pengawasan anggota untuk mencapai tujuan
organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal
belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk
organisasi.
Meskipun secara aktif masing-masing organisasi
telah melibatkan anggota dalam mengembangkan
organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun
di satu sisi masih ada konsep dominasi secara
organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan
menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan
anggota yang tidak berdaya
Organisasi institusional dan profesi yang
menekankan peran besar terhadap pengurus dalam
manajemen organisasi, sedangkan organisasi
mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan
manajemen.
Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi
adalah mengimplementasikan program kerja organisasi
dlm personal growth cycly secara habituasi
14

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN
DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)

Tk Keberdayaan dalam
perubahan kultural

Hubungan sosial
Struktur sosial

Organisasi perempuan

 Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini
terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi
perempuan dalam menghadapi perubahan budaya,
meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya
kesadaran dalam diri organisasi perempuan.
 Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahanperubahan budaya yang belum memihak pada perempuan.
Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih
dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya
hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa
organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi
tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik
program organisasi maupun program yang bersifat
titipan.
 Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada
pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang
terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos
kerja yang dikembangkan secara lebih profesional
disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman.
Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi
perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi
dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian
baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan.
15

ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI
KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)

Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil)

Praktek Sosial
Perulangan aturan dan Sumberdaya

Apa yang dilakukan
secara fungsionalisme
masih sebatas pada
penegakan aturan (rules)
dan sumberdaya
(resources) yang terbentuk
dari perulangan praktik
sosial.

Perkembangan organisasi perempuan baik
yang berbentuk institusional, profesi maupun
mandiri masih diwarnai konsep strukturasi
sendimentasi masa pemerintahan orde baru
yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk organisasi seperti
Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat,
dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi
keterulangan seb uah struktur

Structural adjustment dalam
pemberdayaan organisasi
perempuan masih bersifat
konvenan dan belum memihak
pada perempuan, karena masih
berciri pengulanganpengulangan secara struktur dan
belum pada tataran kemandirian
dan pemberdayaan
16

ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN
MENURUT KONSEP LONGWE

Dimensi:
1. Kesejahteraan
2. Akses terhadap SDM
3. Kesadaran kritis
4. Partisipasi

1. Semua memerlukan
pengembangan

Bentuk-bentuk
Organisasi Perempuan
(institusional, profesi &
Mandiri)

5. Kuasa

2. Semua belum optimal
3. Masih menyembunyikan
sikap kritis
4. Belum menjangkau
semua lapisan
masyarakat.
5. Kemandirian kurang
(organisasi Institusi)

Organisasi Perempuan :
1). sebagai organisasi
pendamping, 2). belum
mandiri, 3). tergantung
pada budaya organisasi
induk yang sifatnya
patriarkhis

POLA
HUBUNGAN
GENDER
BELUM
SEIMBANG/
SETARA

MODEL
PEMBERDAYAAN
ORGS PEREMP YG
SENSITIF
GENDER
17



Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang
dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan
pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan
institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi
(capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas
terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai
tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara
optimal pada semua bentuk organisasi



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural
change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan
budaya, meskipun belum terlihat secara nyata.



Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural
(structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari
kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi
perempuan.



Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya
bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang,
karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping
organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara
tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan.
18

 Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk
diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi
dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi
perempuan.
 Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya
diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan
dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance

bagi organisasi perempuan

 Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy
yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi
sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan
keputusan untuk kepentingan organisasi.
 Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke
depan diperlukan model pemberdayaan organisasi
perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan
kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara
optimal
19

Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan
Keberdayaan
Konsep”Longwe” : akses, partisipasi,
Penyadaran, kontrol, kesejahteraan

G
O
W
institusional
Profesinal
Mandiri

Model OP
instistusional

Panduan “ Pembinaan
Organisasi Perempuan”
Capacity Building
Cultural Change
Structural adjusment

Model OP
Profesi

Model OP
Mandiri

Model Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Kemandirian dan
Keberdayaan

Organisasi
Perempuan yang
memiliki
Keberdayaan &
Kemandirian