AS 2201 - Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung.
Download ReportTranscript AS 2201 - Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung.
Slide 1
AS 2201 - Astronomi Bola
Suhardja D. Wiramihardja
Endang Soegiartini
Yayan Sugianto
Program Studi Astronomi FMIPA
Institut Teknologi Bandung
Slide 2
PENDAHULUAN
Menjelaskan posisi benda langit pada bola
langit.
Memilih sistem koordinat yang tepat untuk
menjelaskan sebuah situasi.
Melakukan transformasi antar sistem
koordinat yang berbeda.
Melakukan koreksi terhadap posisi
pengamatan.
Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak
planet, serta fenomena gerhana dan okultasi.
Slide 3
Buku acuan
SMART, W. M., 1980, Textbook on
Spherical Astronomy, Cambridge Univ.
Press
ROY, A.E dan Clarke, D., 1988, Astronomy:
Principle and Practise, part 2, Adam Hilger
GREEN, Robin M., 1985, Spherical
Astronomy, Cambridge Univ. Press
Astronomical Almanac
Norton's Star Atlas or Norton's Star Atlas
2000
Slide 4
Objek langit tampak bergerak pada
bola langit, jarak tak terbatas.
Bola merupakan objek tiga dimensi,
tetapi permukaannya digambarkan
pada dua dimensi.
Geometri bola diperlukan untuk
menggambarkan permukaan sebuah
bola: baik cara memahami maupun
hubungan antar mereka.
Slide 5
Apa yang disebut dengan Astronomi
Bola?
Dalam pandangan mata, benda langit yang
bertaburan di langit seolah melekat pada
suatu setengah bola raksasa Bola Langit
Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan
arah, bukan jarak perlu suatu tata
koordinat , koordinat 2 dimensi pada
permukaan bola
diperlukan ilmu yang mempelajari posisi
benda langit
Slide 6
Bab I Gerak Langit
1.1 Bola langit
Bayangkan bintang-bintang menempel pada permukaan bagian
dalam suatu bola raksasa yg berpusat di Bumi. Bola ini, yg
radiusnya tak terhingga, disebut bola langit.
Dlm sistem koordinat langit, hanya arah saja yg dipertimbangkan,
sedang jarak tidak. Jadi letak bintang-bintang hanya ditentukan
oleh arah mereka antara satu dengan lainnya.
Umpamanya, dua bintang terpisah atau berjarak sudut 10 derajat.
Slide 7
Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2 , dalam gambar.1.1
didefinisikan sebagai sudut S1OS2 = sudut S'1OS'2 atau S2OG1 =
S'2OG'1. Tampak bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak
diperhitungkan, seakan-akan mereka diproyeksikan pada bola
langit di S'1 , S'2 dan G'1.
Z
S'1
S1
*
O
S'2
*S2
G1
G'1
N
Gambar 1.1 Bola langit yg memperlihatkan jarak sudut
Slide 8
Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pd bola langit kita akan
memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan
Kutub Langit Selatan (KLS).
Polaris
KLU
*
Bola langit yang berputar
Bumi
Ekuator langit
Kutub Langit Selatan (KLS)
Gambar 1.2 Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Ekuator langit.
Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Slide 9
1.2 Gerak langit
Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit
(sebenarnya Bumi) ada di Zenit. Bintang-bintang akan tampak berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan tdk terbenam.
Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut lingkaran harian.
KLU
*
Lingkaran harian bintang
Bumi
Ekuator langit
dan horizon
Bola langit yang berputar
KLS
Gambar 1.3 Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)
Slide 10
Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, maka ekuator langit membentang
melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari
Utara ke Selatan. Oleh karena itu, dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus
di horizon Timur dan terbenam di horizon Barat.
Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang.
lintasan harian bintang
KLU
*
KLS
Bumi
Bola langit
Ekuator langit
Gambar 1.4 Bola langit dilihat dari Ekuator
Slide 11
1.3 Ekliptika
Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.
September
Desember
Juni
23½
U
Ekliptika
Maret
S
Gambar 1.6 Revolusi Bumi mengitari Matahari
Slide 12
Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada
bola langit.
Matahari pada 22 Juni
Matahari pada
23 September
Ekliptika
Ekuator langit
Matahari pada
22 Desember
Matahari pada
21 Maret
Gerak Matahari
Gambar 1.7 Gerak Matahari pada bola langit
Slide 13
1.3 Sistem Koordinat
Kutub Utara
Suatu tempat
pada Bumi
Meridian suatu
tempat
Greenwich, England
Meridian Greenwich
lintang
Ekuator
bujur
Bumi
Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur
Slide 14
KLU
Lintasan jam bintang
*
Ekliptika
Ekuator langit
Bola langit
Vernal equinox
Gambar 1.9 Asensiorekta dan Deklinasi
Slide 15
Meridian lokal
pengamat
Zenith
Lintasan vertikal bintang
KLU
*
T
tinggi
U
S
Azimuth
Horizon
pengamat
B
Nadir
Gambar 1.10 Sistem Horizon
Slide 16
ke bintang
Bab II Waktu
2.1 Standar Waktu
1
Bumi pada t1
Bumi pada t2
Gambar 2.1 Perbedaan antara hari Matahari dan hari Sideris
Slide 17
2.2 Sudut Jam
KLU
Z
Meridian pengamat
*
Ekuator langit
T
U
Pengamat
♀
S
B
Horizon
Gambar 2.2 Definisi sudut jam
Slide 18
2.3 Waktu Sideris
LST =
HA ()
Ekuator langit
KLU
Gambar 2.3 Definisi Waktu Sideris Lokal
Vernal Equinox
()
Slide 19
HA ()
()
LST
*
Ekuator langit
KLU
Gambar 2.4 Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal
Vernal quinox
Slide 20
Z
Meridian
KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Matahari pada
Autumnal Equinox
☼
Ekuator langit
Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September
Slide 21
Z
KLU
Pengamat
Matahari pada
Vernal Equinox
☼
Ekuator langit
Horizon pengamat
Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret
Slide 22
4.1 Gerak Semu
+10o
April 21
Mar 9
+5o
Jan 1
Jan 30
0o
Juni 30
12h 00m
11h 40m
11h 20m
11h 00m
Gambar 4.1 Loop gerak semu Mars, 1965
10h 40m
Slide 23
Gambar 4.2 Bagaimana gerak
Retrograde terjadi
Slide 24
Gambar 4.3 Konjungsi dan Oposisi beberapa planet
Slide 25
Hukum II Keppler
Gambar 4.5 Orbit Bumi mengelilingi Matahari
Slide 26
Orbit Matahrai dan Beberapa Planet
Slide 27
Arah Rotasi Bumi
Pagi
Sore
Orbit Bumi
Ke Matahari
Penampakkan meteor sebelum dan sesudah tengah malam
Slide 28
Arah Rotasi Bumi
Pagi
Sore
Orbit Bumi
Ke Matahari
Slide 29
Geometri Bola dan
Geometri Bidang Datar
Bidang Datar
Bidang Bola
Bila 2 garis tegak lurus
Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis
garis ke 3, maka ke 2 garis
tersebut sejajar
tersebut belum tentu
sejajar
Bila 2 garis tak sejajar,
Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu belum
maka ke-2 garis itu akan
tentu memotong di satu
memotong di satu titik
titik
Slide 30
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar,
lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola
Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola
yang pusatnya berimpit dengan pusat bola
membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola,
tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang
lingkaran besar dengan bola disebut kutub
Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut
perpotongannya disebut sudut bola
Slide 31
Geometri Bola
Slide 32
Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan 2 lingkaran besar.
Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu
bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga
bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut
ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari
180
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180
Slide 33
Sifat-sifat segitiga
bola
Sudut A, B, dan C adalah sudut
bola; dan a, b, dan c adalah sisisisi
segitiga bola ABC.
0 < (a + b + c) < 360
180 < (A + B + C) < 540
a + b > c, a + c > b, b + c > a
a>bA>B; a=bA=
B
Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A, B,
dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180°) adalah: E
= A + B + C (rad)
Slide 34
Formula Segitiga
Bola
Empat buah formula yang
biasa digunakan adalah:
• Formula cosinus
cos a cos b cos c sin b sin c cos A
demikian pula
cos b cos c cos a sin c sin a cos B
• Formula sinus
sin A
sin a
sin B
sin b
sin C
sin c
• Formula analog untuk cosinus
sin a cos B cos b sin c sin b cos c cos A
• Formula empat bagian
cos a cos C sin a cot b sin C cot B
Slide 35
Tata Koordinat Astronomi
Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:
Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2
belahan, belahan utara dan belahan selatan
Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran
dasar utama
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutubkutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar
utama
Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
Koordinat I: dihitung dari titik asal sepanjang lingkaran dasar
utama
Koordinat II: dihitung dari lingkaran dasar utama ke arah
kutub
Slide 36
Tata Koordinat Bumi
Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian
pengamat
Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich
Koordinat I: bujur, atau , dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0° < < 180° atau 0h < < 12h ke timur dan ke barat
Koordinat II: lintang , dihitung:
0° < < 90° ke arah KU, dan
-90° < < 0° ke arah KS
Slide 37
Tata Koordinat Bumi
Slide 38
Tata Koordinat Horison
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan
Timur adalah titik kardinal
Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,
0° < A < 360°
Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran
horison:
0° < h < 90° ke arah Z, dan
-90° < h < 0° ke arah N
Slide 39
Tata Koordinat Horison
Slide 40
Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan meridian
pengamat dengan lingkaran ekuator langit
Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:
0h < HA < 24h
Koordinat II: deklinasi, , diukur:
0° < < 90° ke arah KUL, dan
-90° < < 0° ke arah KSL
Slide 41
Tata Koordinat Ekuatorial I
Slide 42
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan ekuator
dan ekliptika
Koordinat I: asensiorekta, , diukur dari titik ke arah
timur:
0h < < 24h
Koordinat II: deklinasi, , diukur
0° < < 90° ke arah KUL, dan
-90° < < 0° ke arah KSL
Slide 43
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Slide 44
Tata Koordinat Ekliptika
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
Titik asal: Titik
Koordinat I: bujur ekliptika, , diukur dari titik ke arah
timur:
0h < < 24h
Koordinat II: lintang ekliptika, , diukur dari bidang
ekliptika ke bintang :
0° < < 90° ke arah KUE, dan
-90° < < 0° ke arah KSE
Slide 45
Tata Koordinat Ekliptika
Slide 46
Lintasan Harian Benda Langit
Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar
ekuator dan berjarak . Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90 dan h = 0.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0h = 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2 HA adalah lama benda langit di atas horison.
Slide 47
Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah) 90 ; jika:
90 - , untuk belahan bumi utara
- 90, untuk belahan bumi selatan
Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas) 90 ; jika:
- 90 , untuk belahan bumi utara
90 -, untuk belahan bumi selatan
Slide 48
Senja dan Fajar
Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara
matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108
disebut sebagai fajar atau senja.
* z = 90, h = 0 terbit/terbenam
* z = 96, h = - 6 fajar/senja sipil
* z = 102, h = -12 fajar/senja nautika
* z = 108, h = -18 fajar/senja astronomis
Slide 49
Pergerakan Tahunan Matahari
Matahari mengitari Bumi pada bidang
ekliptika posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu posisi
pada koordinat ekuator juga berubah
Dalam 1 tahun, berubah dari 0h sampai 24h
dan berubah dari -23.27 sampai + 23.27
Posisi titik tetap
Slide 50
Posisi Matahari dalam koordinat ekuator
II dan ekliptika
T an g g al
( )
lo k asi
0
h
( )
0
0
T itik m u sim sem i
6
0
6
+ 23.27
T itik m u sim
p an a s
23 Sept.
12
0
12
0
T itik m u sim
gu gu r
22 D es.
18
0
18
-2 3.27
T itik m u sim
din gin
( )
21 M ar et
h
( )
0
22 Ju n i
Slide 51
Posisi titik terhadap Matahari dalam
peredaran harian dan tahunan Matahari
h
h
T an ggal
( )
H A ( )
21 M ar et
0
0
22 Ju ni
6
-6
23 Sept.
12
-1 2
22 D es.
18
-1 8
Slide 52
Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.
Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya
akan mengubah bayangan benda yang melewati
suatu medium.
Slide 53
Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.
Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada
temperatur dan tekanannya, sehingga indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan
atmosfer yang berbeda.
Slide 54
Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar
bintang akibat atmosfer bumi.
N
Z
A
X
i
800 km
z
Lapisan atmosfer terendah
n
o
Permukaan Bumi
150 km
Slide 55
Refraksi di dalam atmosfer :
Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n1 sin i = n2 sin r,
dengan :
n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.
Slide 56
D i b atas p erm uk aan p ertam a:
D i lapisan b erik utny a:
sin i 2
sin r 2
sin i 1
sin r1
v1
v2
v0
v1
, dan seteru sny a.
T etapi d en gan geom etri sederh an a: r 1 = i 2 , r 2 = i 3 , dan seteru sny a
Seh in gga k ita p eroleh :
v0
sin r1
sin i 1
v1
v
0
v1
sin i 2
v0
v1
v 1
v sin r 2
2
v0
v2
sin r 2
= ..........
v0
sin r n
vn
Slide 57
Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga
yang berperan hanyalah perbandingan antara v 0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya
dalam ruang hampa) dan vn (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah).
Bila rn adalah jarak zenit semu bintang z', dan i 1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak
memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi
ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang
ada di horison.
Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'.
Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z').
Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan :
sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1.
Sehingga,
sin(z) = sin(z') + R cos(z').
Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan
sin z
1
R
sin z
tan z
v0
R
1
vn
tan z
, atau
Sehingga,
R=
v0
vn 1
tan z
= k tan(z')
Slide 58
N ilai v 0 ad alah c, y aitu k ecep atan cah ay a dalam ru an g h am pa, y an g h ar gany a k on stan.
T etapi v n b ergan tun g k epada tem peratur dan tek an an u dar a p ada lapisan terbaw ah.
P ad a tem p er atur (0°C = 273 K ) d an tek an an stan dar d (1000 m illibar s), k = 59.6 d etik bu su r .
D i dalam T h e A stron om ical A lm an ac, h ar ga k ad alah:
k = 16.27" P (m illibar s)/(2 73+ T °C )
P ad a jar ak zenit b esar, m o del ini tidak berlak u. B esar r efr ak si di dek at h orison diten tuk an
d ari p en gam atan di atas p erm uk aan bum i. P ada tem per atur dan tek an an stan d ard, r efr ak si di
h orison (r efr ak si h orison tal) seb esar 34 m enit bu sur.
Slide 59
Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan
terbit/terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35. Jika jarak zenit = 90, maka jarak zenit benar
adalah 9035.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari 90, maka H+H adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z = 90 , dan z = 9035.
Slide 60
Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi
atasnya berada di horison, dan semi diameter
51
Matahari adalah 16, maka: H sec . sec . cos ecH
15
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi
Lintang tampak
Sudut refraksi
0
3521
1
2445
2
1824
3
1424
4
1143
10
518
30
141
60
034
90
000
Slide 61
Efek Refraksi pada asensiorekta dan
deklinasi.
= R sec sin
= R cos
dengan adalah sudut
paralaktik.
Slide 62
Koreksi Semi diameter
Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h = 0, maka:
jarak zenit piringan Matahari adalah: z 90 R(z=90)
tinggi pusat Matahari adalah : h 0 R(z=90)
Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh
semidiameter piringan Matahari , S , sehingga:
z 90 R(z=90) S
h 0 R(z=90) S
Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h = 050
h = +008
Slide 63
Koreksi ketinggian di atas muka laut
Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), ,
adalah : = 1.93l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
= 1.78l (dalam satuan menit busur).
Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:
d = 3.57l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d = 3.87l (dalam km).
AS 2201 - Astronomi Bola
Suhardja D. Wiramihardja
Endang Soegiartini
Yayan Sugianto
Program Studi Astronomi FMIPA
Institut Teknologi Bandung
Slide 2
PENDAHULUAN
Menjelaskan posisi benda langit pada bola
langit.
Memilih sistem koordinat yang tepat untuk
menjelaskan sebuah situasi.
Melakukan transformasi antar sistem
koordinat yang berbeda.
Melakukan koreksi terhadap posisi
pengamatan.
Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak
planet, serta fenomena gerhana dan okultasi.
Slide 3
Buku acuan
SMART, W. M., 1980, Textbook on
Spherical Astronomy, Cambridge Univ.
Press
ROY, A.E dan Clarke, D., 1988, Astronomy:
Principle and Practise, part 2, Adam Hilger
GREEN, Robin M., 1985, Spherical
Astronomy, Cambridge Univ. Press
Astronomical Almanac
Norton's Star Atlas or Norton's Star Atlas
2000
Slide 4
Objek langit tampak bergerak pada
bola langit, jarak tak terbatas.
Bola merupakan objek tiga dimensi,
tetapi permukaannya digambarkan
pada dua dimensi.
Geometri bola diperlukan untuk
menggambarkan permukaan sebuah
bola: baik cara memahami maupun
hubungan antar mereka.
Slide 5
Apa yang disebut dengan Astronomi
Bola?
Dalam pandangan mata, benda langit yang
bertaburan di langit seolah melekat pada
suatu setengah bola raksasa Bola Langit
Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan
arah, bukan jarak perlu suatu tata
koordinat , koordinat 2 dimensi pada
permukaan bola
diperlukan ilmu yang mempelajari posisi
benda langit
Slide 6
Bab I Gerak Langit
1.1 Bola langit
Bayangkan bintang-bintang menempel pada permukaan bagian
dalam suatu bola raksasa yg berpusat di Bumi. Bola ini, yg
radiusnya tak terhingga, disebut bola langit.
Dlm sistem koordinat langit, hanya arah saja yg dipertimbangkan,
sedang jarak tidak. Jadi letak bintang-bintang hanya ditentukan
oleh arah mereka antara satu dengan lainnya.
Umpamanya, dua bintang terpisah atau berjarak sudut 10 derajat.
Slide 7
Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2 , dalam gambar.1.1
didefinisikan sebagai sudut S1OS2 = sudut S'1OS'2 atau S2OG1 =
S'2OG'1. Tampak bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak
diperhitungkan, seakan-akan mereka diproyeksikan pada bola
langit di S'1 , S'2 dan G'1.
Z
S'1
S1
*
O
S'2
*S2
G1
G'1
N
Gambar 1.1 Bola langit yg memperlihatkan jarak sudut
Slide 8
Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pd bola langit kita akan
memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan
Kutub Langit Selatan (KLS).
Polaris
KLU
*
Bola langit yang berputar
Bumi
Ekuator langit
Kutub Langit Selatan (KLS)
Gambar 1.2 Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Ekuator langit.
Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Slide 9
1.2 Gerak langit
Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit
(sebenarnya Bumi) ada di Zenit. Bintang-bintang akan tampak berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan tdk terbenam.
Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut lingkaran harian.
KLU
*
Lingkaran harian bintang
Bumi
Ekuator langit
dan horizon
Bola langit yang berputar
KLS
Gambar 1.3 Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)
Slide 10
Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, maka ekuator langit membentang
melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari
Utara ke Selatan. Oleh karena itu, dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus
di horizon Timur dan terbenam di horizon Barat.
Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang.
lintasan harian bintang
KLU
*
KLS
Bumi
Bola langit
Ekuator langit
Gambar 1.4 Bola langit dilihat dari Ekuator
Slide 11
1.3 Ekliptika
Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.
September
Desember
Juni
23½
U
Ekliptika
Maret
S
Gambar 1.6 Revolusi Bumi mengitari Matahari
Slide 12
Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada
bola langit.
Matahari pada 22 Juni
Matahari pada
23 September
Ekliptika
Ekuator langit
Matahari pada
22 Desember
Matahari pada
21 Maret
Gerak Matahari
Gambar 1.7 Gerak Matahari pada bola langit
Slide 13
1.3 Sistem Koordinat
Kutub Utara
Suatu tempat
pada Bumi
Meridian suatu
tempat
Greenwich, England
Meridian Greenwich
lintang
Ekuator
bujur
Bumi
Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur
Slide 14
KLU
Lintasan jam bintang
*
Ekliptika
Ekuator langit
Bola langit
Vernal equinox
Gambar 1.9 Asensiorekta dan Deklinasi
Slide 15
Meridian lokal
pengamat
Zenith
Lintasan vertikal bintang
KLU
*
T
tinggi
U
S
Azimuth
Horizon
pengamat
B
Nadir
Gambar 1.10 Sistem Horizon
Slide 16
ke bintang
Bab II Waktu
2.1 Standar Waktu
1
Bumi pada t1
Bumi pada t2
Gambar 2.1 Perbedaan antara hari Matahari dan hari Sideris
Slide 17
2.2 Sudut Jam
KLU
Z
Meridian pengamat
*
Ekuator langit
T
U
Pengamat
♀
S
B
Horizon
Gambar 2.2 Definisi sudut jam
Slide 18
2.3 Waktu Sideris
LST =
HA ()
Ekuator langit
KLU
Gambar 2.3 Definisi Waktu Sideris Lokal
Vernal Equinox
()
Slide 19
HA ()
()
LST
*
Ekuator langit
KLU
Gambar 2.4 Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal
Vernal quinox
Slide 20
Z
Meridian
KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Matahari pada
Autumnal Equinox
☼
Ekuator langit
Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September
Slide 21
Z
KLU
Pengamat
Matahari pada
Vernal Equinox
☼
Ekuator langit
Horizon pengamat
Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret
Slide 22
4.1 Gerak Semu
+10o
April 21
Mar 9
+5o
Jan 1
Jan 30
0o
Juni 30
12h 00m
11h 40m
11h 20m
11h 00m
Gambar 4.1 Loop gerak semu Mars, 1965
10h 40m
Slide 23
Gambar 4.2 Bagaimana gerak
Retrograde terjadi
Slide 24
Gambar 4.3 Konjungsi dan Oposisi beberapa planet
Slide 25
Hukum II Keppler
Gambar 4.5 Orbit Bumi mengelilingi Matahari
Slide 26
Orbit Matahrai dan Beberapa Planet
Slide 27
Arah Rotasi Bumi
Pagi
Sore
Orbit Bumi
Ke Matahari
Penampakkan meteor sebelum dan sesudah tengah malam
Slide 28
Arah Rotasi Bumi
Pagi
Sore
Orbit Bumi
Ke Matahari
Slide 29
Geometri Bola dan
Geometri Bidang Datar
Bidang Datar
Bidang Bola
Bila 2 garis tegak lurus
Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis
garis ke 3, maka ke 2 garis
tersebut sejajar
tersebut belum tentu
sejajar
Bila 2 garis tak sejajar,
Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu belum
maka ke-2 garis itu akan
tentu memotong di satu
memotong di satu titik
titik
Slide 30
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar,
lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola
Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola
yang pusatnya berimpit dengan pusat bola
membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola,
tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang
lingkaran besar dengan bola disebut kutub
Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut
perpotongannya disebut sudut bola
Slide 31
Geometri Bola
Slide 32
Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan 2 lingkaran besar.
Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu
bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga
bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut
ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari
180
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180
Slide 33
Sifat-sifat segitiga
bola
Sudut A, B, dan C adalah sudut
bola; dan a, b, dan c adalah sisisisi
segitiga bola ABC.
0 < (a + b + c) < 360
180 < (A + B + C) < 540
a + b > c, a + c > b, b + c > a
a>bA>B; a=bA=
B
Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A, B,
dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180°) adalah: E
= A + B + C (rad)
Slide 34
Formula Segitiga
Bola
Empat buah formula yang
biasa digunakan adalah:
• Formula cosinus
cos a cos b cos c sin b sin c cos A
demikian pula
cos b cos c cos a sin c sin a cos B
• Formula sinus
sin A
sin a
sin B
sin b
sin C
sin c
• Formula analog untuk cosinus
sin a cos B cos b sin c sin b cos c cos A
• Formula empat bagian
cos a cos C sin a cot b sin C cot B
Slide 35
Tata Koordinat Astronomi
Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:
Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2
belahan, belahan utara dan belahan selatan
Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran
dasar utama
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutubkutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar
utama
Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
Koordinat I: dihitung dari titik asal sepanjang lingkaran dasar
utama
Koordinat II: dihitung dari lingkaran dasar utama ke arah
kutub
Slide 36
Tata Koordinat Bumi
Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian
pengamat
Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich
Koordinat I: bujur, atau , dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0° < < 180° atau 0h < < 12h ke timur dan ke barat
Koordinat II: lintang , dihitung:
0° < < 90° ke arah KU, dan
-90° < < 0° ke arah KS
Slide 37
Tata Koordinat Bumi
Slide 38
Tata Koordinat Horison
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan
Timur adalah titik kardinal
Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,
0° < A < 360°
Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran
horison:
0° < h < 90° ke arah Z, dan
-90° < h < 0° ke arah N
Slide 39
Tata Koordinat Horison
Slide 40
Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan meridian
pengamat dengan lingkaran ekuator langit
Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:
0h < HA < 24h
Koordinat II: deklinasi, , diukur:
0° < < 90° ke arah KUL, dan
-90° < < 0° ke arah KSL
Slide 41
Tata Koordinat Ekuatorial I
Slide 42
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan ekuator
dan ekliptika
Koordinat I: asensiorekta, , diukur dari titik ke arah
timur:
0h < < 24h
Koordinat II: deklinasi, , diukur
0° < < 90° ke arah KUL, dan
-90° < < 0° ke arah KSL
Slide 43
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Slide 44
Tata Koordinat Ekliptika
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
Titik asal: Titik
Koordinat I: bujur ekliptika, , diukur dari titik ke arah
timur:
0h < < 24h
Koordinat II: lintang ekliptika, , diukur dari bidang
ekliptika ke bintang :
0° < < 90° ke arah KUE, dan
-90° < < 0° ke arah KSE
Slide 45
Tata Koordinat Ekliptika
Slide 46
Lintasan Harian Benda Langit
Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar
ekuator dan berjarak . Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90 dan h = 0.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0h = 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2 HA adalah lama benda langit di atas horison.
Slide 47
Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah) 90 ; jika:
90 - , untuk belahan bumi utara
- 90, untuk belahan bumi selatan
Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas) 90 ; jika:
- 90 , untuk belahan bumi utara
90 -, untuk belahan bumi selatan
Slide 48
Senja dan Fajar
Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara
matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108
disebut sebagai fajar atau senja.
* z = 90, h = 0 terbit/terbenam
* z = 96, h = - 6 fajar/senja sipil
* z = 102, h = -12 fajar/senja nautika
* z = 108, h = -18 fajar/senja astronomis
Slide 49
Pergerakan Tahunan Matahari
Matahari mengitari Bumi pada bidang
ekliptika posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu posisi
pada koordinat ekuator juga berubah
Dalam 1 tahun, berubah dari 0h sampai 24h
dan berubah dari -23.27 sampai + 23.27
Posisi titik tetap
Slide 50
Posisi Matahari dalam koordinat ekuator
II dan ekliptika
T an g g al
( )
lo k asi
0
h
( )
0
0
T itik m u sim sem i
6
0
6
+ 23.27
T itik m u sim
p an a s
23 Sept.
12
0
12
0
T itik m u sim
gu gu r
22 D es.
18
0
18
-2 3.27
T itik m u sim
din gin
( )
21 M ar et
h
( )
0
22 Ju n i
Slide 51
Posisi titik terhadap Matahari dalam
peredaran harian dan tahunan Matahari
h
h
T an ggal
( )
H A ( )
21 M ar et
0
0
22 Ju ni
6
-6
23 Sept.
12
-1 2
22 D es.
18
-1 8
Slide 52
Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.
Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya
akan mengubah bayangan benda yang melewati
suatu medium.
Slide 53
Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.
Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada
temperatur dan tekanannya, sehingga indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan
atmosfer yang berbeda.
Slide 54
Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar
bintang akibat atmosfer bumi.
N
Z
A
X
i
800 km
z
Lapisan atmosfer terendah
n
o
Permukaan Bumi
150 km
Slide 55
Refraksi di dalam atmosfer :
Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n1 sin i = n2 sin r,
dengan :
n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.
Slide 56
D i b atas p erm uk aan p ertam a:
D i lapisan b erik utny a:
sin i 2
sin r 2
sin i 1
sin r1
v1
v2
v0
v1
, dan seteru sny a.
T etapi d en gan geom etri sederh an a: r 1 = i 2 , r 2 = i 3 , dan seteru sny a
Seh in gga k ita p eroleh :
v0
sin r1
sin i 1
v1
v
0
v1
sin i 2
v0
v1
v 1
v sin r 2
2
v0
v2
sin r 2
= ..........
v0
sin r n
vn
Slide 57
Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga
yang berperan hanyalah perbandingan antara v 0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya
dalam ruang hampa) dan vn (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah).
Bila rn adalah jarak zenit semu bintang z', dan i 1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak
memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi
ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang
ada di horison.
Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'.
Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z').
Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan :
sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1.
Sehingga,
sin(z) = sin(z') + R cos(z').
Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan
sin z
1
R
sin z
tan z
v0
R
1
vn
tan z
, atau
Sehingga,
R=
v0
vn 1
tan z
= k tan(z')
Slide 58
N ilai v 0 ad alah c, y aitu k ecep atan cah ay a dalam ru an g h am pa, y an g h ar gany a k on stan.
T etapi v n b ergan tun g k epada tem peratur dan tek an an u dar a p ada lapisan terbaw ah.
P ad a tem p er atur (0°C = 273 K ) d an tek an an stan dar d (1000 m illibar s), k = 59.6 d etik bu su r .
D i dalam T h e A stron om ical A lm an ac, h ar ga k ad alah:
k = 16.27" P (m illibar s)/(2 73+ T °C )
P ad a jar ak zenit b esar, m o del ini tidak berlak u. B esar r efr ak si di dek at h orison diten tuk an
d ari p en gam atan di atas p erm uk aan bum i. P ada tem per atur dan tek an an stan d ard, r efr ak si di
h orison (r efr ak si h orison tal) seb esar 34 m enit bu sur.
Slide 59
Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan
terbit/terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35. Jika jarak zenit = 90, maka jarak zenit benar
adalah 9035.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari 90, maka H+H adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z = 90 , dan z = 9035.
Slide 60
Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi
atasnya berada di horison, dan semi diameter
51
Matahari adalah 16, maka: H sec . sec . cos ecH
15
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi
Lintang tampak
Sudut refraksi
0
3521
1
2445
2
1824
3
1424
4
1143
10
518
30
141
60
034
90
000
Slide 61
Efek Refraksi pada asensiorekta dan
deklinasi.
= R sec sin
= R cos
dengan adalah sudut
paralaktik.
Slide 62
Koreksi Semi diameter
Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h = 0, maka:
jarak zenit piringan Matahari adalah: z 90 R(z=90)
tinggi pusat Matahari adalah : h 0 R(z=90)
Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh
semidiameter piringan Matahari , S , sehingga:
z 90 R(z=90) S
h 0 R(z=90) S
Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h = 050
h = +008
Slide 63
Koreksi ketinggian di atas muka laut
Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), ,
adalah : = 1.93l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
= 1.78l (dalam satuan menit busur).
Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:
d = 3.57l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d = 3.87l (dalam km).