Masjid Al Haram & Ka`bah

Download Report

Transcript Masjid Al Haram & Ka`bah

[email protected]
KA’BAH
RUMAH ALLAH
[5. Al Maidah: 97]
Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan
urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid.
(Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
PELAKSANAAN TAWWAF
Kaa'bah: kisahnya.
Bangunan kecil berbentuk kubus yang diberi nama Ka’bah tidaklah sebanding dengan gedung
pencakar langit atau rumah besar, tetapi ia mempunyai pengaruh besar yang tidak ada
bandingannya dalam sejarah manusia. Ka’bah adalah bangunan tempat seluruh umat Muslim
dunia menghadapkan wajahnya sebanyak 5 (kali) sehari dalam sembahyangnya. Ritual ini
berlangsung sejak datangnya perintah Allah melalui Rasul pilihan yaitu Nabi Muhammad SAW
lebih dari 1400 tahun yang lalu.
UKURAN KA’BAH:
Tinggi Ka‘bah saat ini adalah 39 feet, 6 inches = 627 square feet.
Ruangan dalam Kabah berukuran = 13X9 meters.
Tebal dinding Kaa'bah = 1 meter.
Lantai Ka’bah tingginya 2.2 meters di atas lantai dasar dimana orang-oeang melaksanakan
Tawaaf.
Plafon dan atapnya dua tingkat dan terbuat dari kayu jati dan dibalut dengan besi anti karat
(stainless steel).
Dindingnya terbuat dari batu, dinding batu bagian luar sudah diperhalus permukaannya,
sedangkan dinding sebelah dalam dibiarkan seaslinya tanpa polesan.
Bangunan kecil yang disucikan ini pertama kalinya dibangun oleh Nabi Ibrahim as, kemudian
Allah memerintahkannya untuk diperbesar. Kemudian diperbesarlah bangunan ini oleh Nabi
Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail. Setelah beberapa abad akhirnya bangunan suci ini diperbaiki
oleh Nabi Muhammad SAW.
Rekonstruksi dijaman Quraisy
Para ahli sejarah Arab mengatakan bahwa Kaa'bah telah direkontsruksi sebanyak 12 kali.
Pembangunan yang paling pertama sekali dilakukan oleh Nabi Adam as setelah beliau
diturunkan dari surga. Allah telah berfirman dalam Al Quran bahwa inilah bangunan yang
paling pertama kali dibangun untuk menyembah Allah dimuka bumi. Setelah itu Nabi Ibrahim
dan Nabi Ismail memperbaiki dan memperbesarnya atas perintah Allah.
Setelah berlalu masa-masa kenabian mereka, selanjutnya Ka’bah dipegang oleh orang-orang
Quraisy dan mereka keluar dari agama Ibrahim kembali menyembah berhala dan Ka’bah-pun
ikut serta diletakkan patung-patung berhala didalamnya.
Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah SAW, beliau sempat
ikut serta dalam pembangunan Ka’bah. Bangunan Ka’bah yang berada dibawah lembah bukit
tentu saja tidak aman dari terjangan banjir, termasuk kerusakan akibat adanya peperangan
antar suku dijaman jahiliyah. Suatu ketika banjir datang dan menyebabkan dinding Ka’bah
rusak dan retak. Tanggung jawab untuk memperbaikinya adalah dipegang bersama oleh 4
suku Quraisy. Setelah selesai pekerjaan perbaikan dinding, maka yang tertinggal adalah
pemasangan batu Hajar Aswad di sisi timur Ka’bah. Keempat suku ini hampir terlibat perang
hanya karena merebut ingin memasang Hajar Aswad. Kemudian tetua adat mereka Abu
Umayyah menunjuk Nabi Muhammad SAW yang saat itu terkenal karena kejujuran beliau
sehingga bergelar “AL AMIN” untuk menyelesaikan perkara ini. Nabi Muhammad SAW
kemudian mengambil kain selendang lalu diletakkan beliau Hajar Aswad diatas selendang
tersebut, lalu meminta keempat kepala suku agar mengangkat batu tersebut dengan masingmasing berpegang pada ujung selendang. Kemudian Nabi Muhammad SAW sendiri yang
memasang Hajar Aswad kedindingnya. Hal ini sangat menggembirakan seluruh suku dan
mereka sangat puas dengan kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW ini.
Karena Suku Quraisy tidak mempunyai dana yang cukup untuk memperbaiki Ka’bah,
sehingga pembangunan Ka’bah dijaman (sebelum Nabi SAW diangkat) ini hanya
memperbaiki dindingnya dan tidak termasuk perbaikan pondasi Ka’bah sebagaimana telah
dibangun oleh Nabi Ibrahim. Sehingga bentuk Ka’bah berubah menjadi kubus (cubic) dan
tidak persegi empat (square) sebagaimana sebelumnya.
Bagian luar yang sekarang disebut Hateem dibangun setelah masa keRasulan Nabi
Muhammad SAW berakhir. Hateem dibangun oleh Abdullah ibn az-Zubayr. Lalu terjadi
perang dan tentara Syria menghancurkan Ka’bah pada Muharram 64 Hijriah, dan sebelum
masuk musim Haji, Abdullah ibn az-Zubayr membangun ulang Ka’bah dari dasar.
Rekonstruksi oleh Abdullah bin Zubair
Kemudian dimasa pemerintahan Ibn az-Zubayr ia menginginkan Ka’bah seperti yang
diinginkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu di pondasi milik Nabi Ibrahim. Ibn az-Zubayr
berkata, “Aku mendengar Aa'ishah (istri Nabi SAW) bercerita bahwa Rasulullah SAW
bersabda : “Kalau tidak karena kaummu baru saja meninggalkan kekufuran, nisacaya aku
telah meruntuhkan Ka’bah lalu membangunnya kembali diatas pondasi Ibrahim as. Sebab
orang-orang Quraisy dahulu ketika membangun Baitullah tidak menyempurnakannya.
Danaku juga akan membuat sebuah pintu belakang.
[HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik dan Ad Darami]
Rekonstruksi oleh Abdul Malik bin Marwan
Setelah Ibnu Zubair membangun ulang Ka’bah, selanjutnya ketika ia sudah meninggal dan
kekhalifahan diduduki oleh pemimpin baru, maka pemimpin baru inipun juga merubah
Ka’bah sesuai pendapat mereka.
Pada tahun 74 Hijriah (693 Masehi) penguasa zalim Al Hajjaj bin Yusuf al Thaqafi dengan
persetujuan Khalifah Bani Umayyah yaitu Abdul Malik bin Marwan, kemudian
menghancurkan apa-apa yang telah dibangun Ibnu Zubair dan mengembalikannya ke
pondasi milik Quraisy. Setelah Abdul Malik bin Marwan datang ber-umrah dan ia mendengar
kata-kata ahli hadis tentang sabda Rasulullah SAW yang dipegang Ibnu Zubair, maka
menyesallah ia atas persetujuannya terdahulu.
Ketika zaman Imam Malik dan Mazhab Maliki berpengaruh ditanah Mekkah, beliau adalah
penasehat Khalifah Harun al Rasyid. Ketika khalifah ingin membangun ulang Ka’bah
sebagaimana hadis Rasulullah SAW seperti yang pernah Abdullah bin Zubair lakukan, ia
minta fatwa kepada Imam Malik. Sang Imam menasehatinya agar tidak usah membangun
ulang Ka’bah karena sudah terlalu sering dihancurbangunkan, sehingga seakan-akan tidak
menghormati Allah dan berakibat Ka’bah dianggap mainan yang pastinya akan diubah-ubah
pula oleh Khalifah-khalifah mendatang. Atas nasehat ini, Harun al Rasyid membiarkan
Ka’bah seadanya.
Struktur bekas zaman Abdul Malik bin Marwan ini bertahan hingga 966 tahun hanya dengan
perbaikan kecil disana sini.
Rekonstruksi oleh Sultan Murad Khan
Pada tahun 1039 Hijriah, setelah banjir besar dan longsoran batu bukit, dua dari dindingdinding Ka’bah retak-retak. Banjir yang terjadi 19Shaban 1039 Hijriah berlangsung lama,
sehingga air yang tergenang mencapai setengah dari tinggi Ka’bah sekitar 10 kaki dari lantai
dasar. Pada Kamis 20 Shaban 1039 Hijriah, dinding barat dan timur runtuh. Ketika banjir surut
pada Jumat 21 Shaban, pembersihan dilakukan. Kembali Ka’bah dibangun sebagaimana
Abdullah ibn az-Zubayr membangunnya dengan 4 pillar. Pembangunan dimulai pada 26
Ramadan. Seluruh dinding dihancurkan kecuali dinding yang ditempatkannya Hajar Aswad.
Pada tanggal 2 Zul-Hijjah 1040 Hijriah pembangunan Ka’bah dibawah petunjuk Sultan Murad
Khan, Khalifah Ottoman. Pembangunan Ka’bah mengikuti kontsruksi Ibnu Zubair sebelumnya.
Rekonstruksi oleh King Fahd bin Abdul Azis
Rekonstruksi besar-besaran dilakukan pada bulan May 1996 hingga Oktober 1996 oleh King
Fahd bin Abdul Azis, yaitu 400 tahun sejak renovasi oleh Sultan Murad Khan.
Selama pembangunan ini, bagian yang masih asli dari bangunan Ka’bah adalah batu hitam
(Hajar Aswad) semua material lainnya sudah diganti termasuk langit-langit dan atap kayu.
APA YANG ADA DI DALAM KA’BAH DI ABAD MILLENIUM INI?
1.
Ada tiga pilar penyangga
2.
Ada sebuah meja untuk tempat meletakkan minyak wangi
3.
Dipasang lampu lentera tergantung di atas langit-langit
4.
Ruangan Ka’bah cukup untuk dimasuki 50 orang
5.
Tidak ada lampu listrik
6.
Lantai dan dinding dipasangi marmer
7.
Tidak ada jendela
8.
Hanya ada satu pintu keluar masuk
9.
Dinding Bagian luar ditutupi dengan tirai kain berwarna hitam, bersulam benang emas
dengan kaligrafi Quran padanya, kain ini kemudian disebut dengan nama GHILAAF.
Bagian Dalam Ka’bah
Pintu Masuk
Hajar Aswad
Maqam Ibrahim
The Ground Plan of KA’BAH
KA’BAH hanya boleh dimasuki oleh Raja dan Syekh
Arah dari sudut-sudut KA’BAH
terhadap arah mata angin