Imam Abu Hanifah

Download Report

Transcript Imam Abu Hanifah

Kajian Mengenai Perpecahan dan Firqoh-firqoh
dalam Islam
Ikhtilaf : Perbedaan pendapat terhadap suatu permasalahan,
baik dalam ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), Iftiraq :
Perpecahan/penyimpangan
 Artinya tidak sepaham atau tidak sama
 Dalam bahasa; khalaftuhu-mukhalafatan-wa khilaafan
atau takhaalafa alqaumi wakhtalafuu (jika saling
berbeda pendapat)
 Jadi ikhtilaf itu adalah perbedaan jalan, perbedaan
pendapat atau perbedaan manhaj yang ditempuh oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan yang
lainnya.
 Iftiraq menurut bahasa berasal dari kata mufaraqah
yang artinya perpecahan dan perpisahan.
 Sedangkan menurut istilah para ulama, iftiraq adalah
keluar dari Sunnah dan Jama'ah pada salah satu ushul
(pokok) dari perkara-perkara ushul yang mendasar,
baik dalam aqidah ataupun amaliyah.
Ushuluddin
Qaidah
Kulliyah
Furu’
• (Pokok-pokok aqidah & syariah)
• Misalnya Islam dg agama lain
• Cabang-cabang aqidah & Ibadah
• Misalnya Sunni dg Syi’ah
• Fiqh ‘amaliyah
• Misalnya antara
madzhab2 fiqh
1)
Ikhtilaf adalah perkara yang kauni (sunnatullah),
sedangkan mencegahnya merupakan perkara yang
syar'i.








 




 













 





































































































Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat, Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusanNya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin
dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS Hud 118-119)
Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ;
Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, kaum Nashara terpecah menjadi 71 atau 72
golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan" [Hadits ini dikeluarkan oleh Imam
Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan lainnya]
Dalam suatu riwayat :
"Mereka semua di neraka kecuali satu millah, para shahabat bertanya: "siapakah dia ya Rasulullah
?" beliau menjawab : "(yaitu) orang-orang yang berada diatas jalanku dan shahabatku“
Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sungguh kalian pasti akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu, jengkal demi
jengkal, hasta demi hasta sehingga seandainya mereka masuk kedalam lubang biawak, kalian pasti
akan memasukinya (juga). Para shahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nasharakah?". Beliau menjawab : "Siapa lagi ?“ [Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim]
Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah berkata :
"Allah telah melarang umat ini menyerupai umat-umat
yang telah lewat dalam iftiraq (perpecahan) dan ikhtilaf
(perselisihan) mereka dan dalam meninggalkan amar
ma'ruf serta nahi mungkar, setelah hujjah tegak atas
mereka" [Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim I/390]
2) Tidak Semua Ikhtilaf adalah Iftiraq
Ikhtilaf merupakan lafazh yang masih umum,
mencakup beberapa macam (makna), satu
diantaranya adalah iftiraq.
3) Iftiraq tidak akan terjadi kecuali pada ushul kubra
Kulliyah (pokok-pokok yang besar dan mendasar)
yang tidak ada peluang untuk diperselisihkan.
Seorang muslim tidak boleh dicela sebagai yang termasuk firqah
binasa (sesat) kecuali jika perbuatan bid'ah-nya pada masalahmasalah berikut :
 Pada masalah yang bersifat mendasar dalam agama,
 Pada salah satu kaidah syari'ah,
 Pada pokok syari'ah, baik secara total atau dalam banyak bagianbagiannya, dimana ia terbiasa bersikap menentang terhadap banyak
persoalan syari'ah.
Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyah) pernah ditanya tentang batasan bid'ah
yang mengakibatkan orangnya dianggap ahlul ahwa' (pengekor hawa
nafsu), beliau menjawab : "Bid'ah yang mengakibatkan orangnya
dianggap ahlul ahwa' (pengekor hawa nafsu) adalah bid'ah
penyimpangannya dari Al-Qur'an dan Sunnah masyhur dikalangan ahli
sunnah, seperti bid'ah-nya Khawarij, Rafidhah, Qadariyah, Murji'ah ...."
[Majmu Fatawa XXXV/414]
 Ikhtilaf (perselisihan pendapat) yang diperbolehkan itu
bersumber dari ijtihad dan niat yang baik, dan orang yang
salah akan diberi pahala apabila ia mencari kebenaran.
 Sementara Iftiraq (perpecahan) tidak terjadi dari kesungguhsungguhan dalam mencari kebenaran dan niat yang baik, dia
timbul dari mengikuti hawa nafsu.
 Iftiraq berkaitan erat dengan ancaman Allah, dan semua
iftiraq menyimpang serta binasa, adapun ikhtilaf yang
diperbolehkan tidaklah seperti itu betapapun hebat ikhtilaf
yang terjadi diantara kaum muslimin
 Setiap hal yang padanya terjadi ikhtilaf tadhadh (perselisihan
pendapat kontrakdiktif), maka kebenaran yang ada padanya
hanya satu, karena apapun yang berasal dari Allah, tidak akan
ditemukan ikhtilaf padanya.
Mengapa terjadi ikhtilaf dikalangan ulama dan ummat?
 Ada sebagian lafaz al-Qur'an yang mengandung lebih
dari satu arti (musytarak)
 Susunan ayat Al-Qur'an membuka peluang terjadinya
perbedaan pendapat
 Perbedaan memandang lafaz 'am-khas, mujmalmubayyan, mutlak-muqayyad, dan nasikh-mansukh
1. lafaz umum dan memang maksudnya untuk umum, atau
2. lafaz umum tetapi maksudnya untuk khusus; dan
3. lafaz khusus dan memang maksudnya khusus; atau
4. lafaz khusus tetapi maksudnya umum.
 Perbedaan dalam memahami lafaz perintah dan
larangan.
 Kedudukan hadits (shahih, hasan, dha’if, maudhu’)
 Bagaimana melakukan tarjih (memilih mana hadis
yang paling kuat) diantara dua hadis yang saling
bertentangan
 Makna suatu hadis
Imam Abu Hanifah
Imam Malik bin Anas
Berpegang pada dalalatul Qur'an
a.1. Menolak mafhum mukhalafah
a.2. Lafz umum itu statusnya Qat'i selama
belum ditakshiskan
a.3. Qiraat Syazzah (bacaan Qur'an yang
tidak mutawatir) dapat dijadikan dalil
Berpegang pada hadis Nabi
b.1. Hanya menerima hadis mutawatir dan
masyhur (menolak hadis ahad kecuali
diriwayatkan oleh ahli fiqh))
b.2. Tidak hanya berpegang pada sanad
hadis, tetapi juga melihat matan-nya
Berpegang pada qaulus shahabi (ucapan
atau fatwa sahabat)
Berpegang pada Qiyas (mendahulukan
Qiyas dari hadis ahad)
Berpegang pada istihsan
Nash (Kitabullah dan Sunnah yang
mutawatir)
a.1. zhahir Nash
a.2. menerima mafhum
mukhalafah
Berpegang pada amal perbuatan
penduduk Madinah
Berpegang pada Hadis ahad (amal
penduduk Madinah)
Qaulus shahabi
Qiyas
Istihsan
Mashalih al-Mursalah
Imam Syafi’i
Imam Ahmad bin Hambal
Qur'an dan Sunnah (artinya, beliau
menaruh kedudukan Qur'an dan Sunnah
secara sejajar, karena baginya Sunnah itu
merupakan wahyu ghairu matluw).
Konsekuensinya, menurut Syafi'i, hukum
dalam teks hadis boleh jadi menasakh
hukum dalam teks Al-Qur'an dalam kasus
tertentu)
Ijma'
hadis ahad (jadi, Imam Syafi'i lebih
mendahulukan ijma' daripada hadis ahad)
Qiyas (berbeda dg Imam Abu Hanifah,
Imam Syafi'i mendahulukan hadis ahad
daripada Qiyas)
Beliau tidak menggunakan fatwa sahabat,
istihsan dan amal penduduk Madinah
sebagai dasar ijtihadnya
Qur’an dan Sunnah
Menolak ijma' yang berlawanan
dengan hadis Ahad (kebalikan
dari Imam Syafi'i)
Menolak Qiyas yang
berlawanan dengan hadis ahad
(kebalikan dari Imam Abu
Hanifah)
Berpegang pada Qaulus shahabi
(fatwa sahabat)
Ijma'
Qiyas
Rasio
1. Imam Abu Hanifah
2. Imam Syafi'i
3. Imam Malik
4. Imam Ahmad bin
Hanbal
Nash
1. Imam Ahmad bin
Hanbal
2. Imam Malik bin Anas
3. Imam Syafi'i
4. Imam Abu Hanifah
 Muhammad Salam Madkur, "Manahij al-Ijtihad fi al-
Islam", Kuwait, al-matba'ah al-'Asriyah al-Kuwait,
Jami'ah al-Kuwait, 1984) Metode Ijtihad Para Ulama
 Fiqh Ikhtilaf, DR. Yusuf Qaradhawy