Materi - ADI SETIAWAN

Download Report

Transcript Materi - ADI SETIAWAN

Oleh
Maria Finsensia Ansel
Artha Messakh
Kwartien N. Khadinie
Yuvin Noach
Tujuan
 Menyediahkan informasi mengenai diagnosis, klasifikasi, insiden,







penyebab dan perawatan ketidakmampuan intelektual
(keterbelakangan mental)
Menjelaskan ketidakmampuan belajar, termasuk sub-jenis dan cara
mengukurnya.
Menjelaskan anak cerdas berbakat, mendeskripsikan kebijakan
pendidikan bagi anak berbakat, dan mendeskripsikan penelitian
mengenai perkembangan dan kepribadian mereka.
Mendeskripsikan karakteristik orang kreatif dan berbagai tes
kreativitas
Meringkas penelitian mengenai hubungan antara usia dan kecerdasan
Meringkas penelitian mengenai demografi berkaitan dengan
kecerdasan: jumlah keluarga, urutan kelahiran, status sosial ekonomi,
wilayah kota-desa, pendidikan, pengharapan guru, dan etnik-ras.
Meringkas penelitian mengenai pendidikan sex pada kemampuan
kognisi
Meringkas penelitian mengenai keturunan dan kecerdasan
KETIDAKMAMPUAN KOGNISI/INTELEKTUAL
(KETERBELAKANGAN MENTAL).
Definisi
 Dalam http://www.psychologymania.com/2011/10/keterbelakangan-mental-
ketidakmampuan.html Retardasi mental adalah suatu gangguan aksis II,
didefinisikan dalam DSM IV TR sebagai: (1) Fungsi intelektual yang di bawah
rata-rata bersama dengan, (2) Kurangnya perilaku adaptif; dan (3) Terjadi
sebelum usia 18 tahun. Dalam buku Psikologi Abnormal oleh Gerald C Davison
dkk, pada tahun 2006, kriteria retardasi mental dalam DSM IV TR adalah
sebagai berikut: (1) Fungsi intelektual secara signifikan berada di bawah ratarata, IQ kurang dari 70; (2) Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua
bidang berikut: Komunikasi, mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga,
keterampilan interpersonal, penggunaan sumber daya komunitas, kemampuan
untuk mengambil keputusan sendiri, keterampilan akademik fungsional,
rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan keamanan; (3) Terjadi sebelum usia 18
tahun.
 Sedangkan menuriut American Association on Mental Deficiency yang dikutip
oleh Hallahan dan Kauffman dialihbahasakan oleh Mohammad Amin
merumuskan sebagai berikut: “Keterbelakangan mental mengacu pada fungsi
intelektual secara umum di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan
dalam perilaku adaptif dan berlangsung atau termanifestasi pada masa
perkembangan (dikutip dari http://penerjemah-mrrujito1.blogspot.com/2012/02/makalah-perawatan-retardasi-mental.html).
Diagnosis dan Klasifikasi
• Diagnosis ketidakmampuan intelektual mempengaruhi keputusan tidak hanya
berkenaan dengan pemilihan dan klasifikasi pendidikan dan pekerjaan, namun juga
tunjangan keamanan sosial, pemenuhan syarat untuk hukuman mati dan masalah
kebijakan publik lain berkenaan dengan ketidakmampuan intelektual (Kanaya;
Scullin, & Ceci 2003 (Aiken, L.R & Groth-Marnat, 2008 dalam Pengetesan dan
Pemeriksaan Psikologi).
• Perilaku adaptif meliputi :
1) Ketrampilan komunikasi (memahami apa yang dikatakan dan dapat menjawab
dengan cara yang bermakna
2) ketrampilan hidup sehari-hari (berpakaian dan makan sendiri, kekamar mandi
sendiri); dan
3) ketrampilan sosial.
• Perilaku ini diperiksa dengan menggunakan analisis informal tentang sejarah dan
perilaku seseorang saat itu atau dengan mengadakan instrumen distandardisasi
seperti Vineland Adaptive Behaviour Scale (VABS), AAMR Adaptive Behaviour
Scale atau Scale of Independent Behaviour.
 Penguji tes mengisi skala dari informasi yang diberikan oleh
orangtua, guru, atau oranglain yang mengetahui dengan baik
perilaku anak.
 Secara umum, skor batas (cut score) untuk keterbelakangan
mental pada tes IQ adalah 70 atau 75, atau dua deviasi
standar di bawah mean.
 American Psychiatri Association (1994) membuat daftar tiga
persyaratan untuk mendiagnosis keterbelakangan mental :
a) Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ
sekitar 70 atau kurang menurut tes IQ yang diadakan
secara individual (bagi bayi, penilaian klinis dari fungsi
intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata).
b) Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan
dengan fungsi adaptasi saat ini (yakni efektivitas
seseorang dalam memenuhi standar yang diinginkanpada
usianya dengan kelompok budayanya) di setidaknya dua
bidang berikut ini : komunikasi, perhatian diri sendiri,
kehidupan
rumah
tangga,
ketrampilan
sosial
interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas,
self-direction, ketrampilan akademi fungsional, pekerjaan,
waktu luang, kesehatan dan keamanan
c) Terjadi sebelum usi 18.
Penyebab
 Faktor keturunan terjadi pada peristiwa idiopathy, psikhosa, neurosa, idiocy dan psikhosa
siflitik (oleh penyakit sifilis) yang dapat mengakibatkan retardasi mental, karena apabila orang
tua si bayi menderita penyakit tersebut, maka akan memberi pengaruh buruk pada janin
(foetus intra uterina). Sedangkan pada peristiwa psikhosa sifilitik disebabkan karena terjadi
infeksi syphilitis yang mengakibatkan degenerasi yang progressif pada sel-sel otak.
 Faktor sebelum lahir seperti perawatan yang kurang baik sebelum lahir, kekurangan nutrisi,
infeksi atau luka-luka, serta keracunan sewaktu bayi berada dalam kandungan.; Terjadi
intoxication (intoksikasi atau keracunan) oleh janin,; serta Ketidaksesuaian dalam susunan
darah Rh-nya antara ibu dan janinnya.
 Faktor ketika lahir terutama sekali pada kelahiran anak pertama yang berlangsung lama dan
sulit sekali (Prima Para), karena kepala sang bayi sang bayi sering terganggu oleh tekanantekanan yang mampat dari dinding rahim ibu. Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan
pendarahan pada bagian dalam kepala si bayi. Tekanan tersebut dapat disebabkan oleh
Kelahiran dengan bantuan tang (Tangverlossing) yang sulit.
 Faktor sesudah bayi lahir antara lain : Pengalaman-pengalaman traumatik (luka-luka), yaitu
luka pada kepala atau di kepala bagian dalam, karena si anak pernah jatuh, terpukul,
terbentur benda keras, atau juga pernah pingsan lama; Keracunan timah, karena si anak
mengunyah atau mengisap benda-benda bercat yang catnya mengandung timah; Kejang atau
Stuip, disebabkan karena anak menderita sakit dan panas badannya tinggi sekali. Atau
menderita epilepsi (penyakit ayan) terutama sekali bila kejang ayan seringkali menyerang bayi
atau anak; Infeksi pada otak (Encephalitis) atau pada selaput otak (Meningitis) oleh penyakitpenyakit cerebral meningitis, gabag (mazelen, campak), dyptheri, radang telinga yang
mengandung nanah.
 Faktor psikologis, yaitu kurangnya pemberian rangsangan atau dorongan mental pada anak,
pembedaan dalam pengasuhan, kurang mendapat perhatian, perlakuan yang kejam dari orang
sekitar.
Pencegahan dan Perawatan
• Pencegahan primer, dengan pendidikan kesehatan pada
masyarakat, perbaikan sosio-ekonomi, konseling genetik
dan tindakan kedokteran.
• Pencegahan sekunder, meliputi diagnosa dan pengobatan
dini peradangan otak, perdarahan subdural, dan
kraniostenosis.
• Pencegahan tersier, pendidikan penderita atau latihan
khusus, sebaiknya di Sekolah Luar Biasa. Diberi neroleptika
pada yang gelisah, hiperaktif, atau destruktif. Amfetamine
dan kadang-kadang juga antihitamin berguna juga pada
hiperkinesa. Dapat dicoba juga obat-obat yang memperbaiki
mikrosirkulasi di otak, atau yang langsung memperbaiki
metabolisme sel-sel otak. Akan tetapi hasilnya, kalau ada,
tidak segera dapat dilihat.
• Disertai juga konseling pada orang tua dengan tujuan
membantu mereka dalam mengatasi frustasi karena
mempunyai anak dengan retardasi mental.
KETIDAKMAMPUAN BELAJAR
Demografi dan Definisi
Ketidakmampuan belajar (learning disabilities) merupakan kondisi cacat paling banyak yang dialami
anak diseluruh dunia (Stanford & Oakland,2000 dalam pengetesan dan pemeriksaan psikologi ).
Istilah anak dengan ketidakmampuan belajar khusus berarti anak yang memiliki gangguan pada satu
atau lebih proses psikologi dasar yang terlibat pada pemahamandan penggunaan bahasa, lisan atau
tertulis, yang gangguannya menunjukkan sendiri pada kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau mengerjakan perhitungan
matematika. Gangguan semacam ini meliputi kondisi seperti cacat perceptual, luka di otak, disfungsi
otak minimal, diseleksia, dan development aphasia.
Tanda ketidakmampuan belajar yang paling sering terjadi pada anak adalah :
a. Kesulitan memahami dan mengikuti instruksiuksi
b. Mengalami kesulitan mengingat apa yang baru saja dikatakan pada mereka
c.
Kegagalan menguasai ketrampilan membaca, mengeja, menulis dan/atau matematika
sehingga terjadi kegagalan ketika mengerjakan tugas sekolah.
d. Kesulitan membedakan kanan atau kiri
e. Kesulitan mengidentifikasikan kata atau kecenderungan membalik huruf, kata atau angka.
f.
Kurang koordinasi ketika berjalan, berolahraga, atau aktivitas kecil, seperti memegang pensil
atau mencoba mengikat tali sepatu.
g. Mudah kehilangan atau menempatkan pekerjaan rumah, buku sekolah atau item laintidak
dapat memahami konsep waktu; bingung dengan kemarin, hari ini, dan besok.
Penyebab Ketidakmampuan Belajar
Penyebab ketidakmampuan belajar yaitu oleh :
 Faktor neurologi, atau pengalaman atau kombinasi faktor tersebut.
 Pengaruh prenatal, seperti virus, alkohol atau merokok, atau karena
obat-obatan semacam kokain, radiasi dan teratogen lain yang dapat
melewati rintangan plasenta dan melukai embrio atau janin.
 Faktor lain seperti Kelahiran prematur, lahir kurang berat
badan, dan penggunaan forceps (gunting tang).
 Penyakit sawan (convulsion) yang disebabkan oleh
demam tinggi atau menghirup bahan-bahan yang
terkontaminasi (Fieldman & White, dalam
pengetesan dan pemeriksaan psikologi (2008),
diabetes, meningitis, luka di kepala, dan malnutrisi.
Diagnosis, Perawatan dan Pendidikan
Perawatan pada anak yang memiliki ketidakmampuan
belajar dilakukan di beberapa institusi yaitu :
 Rumah sakit dilakukan oleh tim profesional yang terdiri
dari dokter anak, spesialis pembelajaran, psikolog dan
pekerja sosial. Tim ini mengadakan pemeriksaan secara
komprehensif setelah didiagnosa di buat saran untuk
perenanaan pendidikan atau perawatannya.
 Sekolah umum dilakukan oleh para guru dengan cara
melakukan observasi secara seksama terhadap anak
didik. Guru juga mengadakan tes kecerdasan secara
kelompok dan/atau instrumen yang lebih khusus,
seperti learning disability rating procedure dan learning
disability evaluation scale: Renomerd, Tes penyaringan
McCarthy (McCarthy Screening Test) dan tes
penyaringan slingerland bagi anak dengan
ketidakmampuan belajar.
BAKAT MENTAL (MENTALGIFTEDNESS)
 Studi longitudinal yang paling komperhensif
terhadap orang dengan IQ tinggi diadakan oleh
Lewis Terman dan Oden (rekannya) tahun 1959.
Lalu dilanjutkan oleh Oden (1968) dan Sears
(1977). Tujuan dari studi ini adalah untuk
mendapatkan informasi mengenai kesuksesan
pekerjaan, kesehatan fisik dan mental,
penyesuaian diri secara social, dan variable lain
yang berkaitan dengan kecerdasan tinggi.
Karakteristik anak-anak menurut Terman
 Anak berbakat secara fisik lebih unggul
daripada anak lain mereka lebih berat ketika
lahir dan tetap lebih berat daripada rata-rata,
 mereka berjalan dan berbicara lebih awal
dan matang pada usia awal dibandingkan
rata-rata dan kesehatan pada umumnya baik.
 Mereka juga menjaga keunggulan mental
dan fisik seperti orang dewasa. Anak
berbakat menurut Terman cenderung
memiliki status social ekonomi di atas ratarata yang berkaitan dengan penyesuaian diri
pribadi yang lebih baik.
KEPRIBADIAN ANAK BERBAKAT
Webb dan Meckstoth (1982) membuat karateristik anak berbakat sebagai yang
lebih tahu, aktif, energik, namun juga dirasa oleh orang lain sebagai
menjengkelkan, tidak mau patuh, berkeinginan kuat, nakal, tidak dapat diatur
dan pemberontak. Anak yang sangat berbakat ini memiliki IQ diatas 150 daripada
anak berbakat menengah dengan IQ antara 130 dan 150. Biasanya anak ini
memuaskan dalam numeric dan musik dan dalam menciptakan pendekatan dan
solusi baru (Jackson, 1992). Mereka juga mencapai prestasi dalam mengingat
seluruh skor music, mempertimbangkan cara mengidentifikasikan semua angka
prima atau menemukan sendiri aturan aljabar (Fieldman & Goldsmith, 1991;
Winner, 1996).
Seperti anak dan dewasa lain, individu yang berbakat diduga mengalami
gangguan psikologi (Silverman, 1995). Anak yang berbakat ini sangat berbeda
dengan anak yang lain mereka menjadi tidak menyenangkan, introvert dan egois
dengan kemampuannya. Mereka juga sangat sensitive dan stress berperilaku
umum menjadi depresi, menggunakan obat-obatan, gagal mengungkapkan
potensi tertinggi dan kadangkala gagal dalam bermasyarakat (Janos & robinson,
1985; ochse, 1991).
MENDIDIK ANAK BERBAKAT DAN BERTALENTA
Para administrator dan guru sekolah menggunakan
istilah berbakat (gifted) dan bertalenta (talented)
untuk menunjuk pada anak dengan kemampuan
intelektual tinggi atau kemampuan kognisi lain.
Menurut data yang dipublikasikasikan oleh Office for
Civil Right, Departemen Pendidikan AS (1997), sekitar
6% anak sekolah AS merupakan anak gifted dan
talented. Strategi mendidik anak gifted dan talented
meliputi tes masuk ke kelas percepatan dan
melompati kelas, kelas kehormatan, kelas
penempatan tahap lanjut, mata pelajaran setingkat
perguruan tinggi, belajar mandiri, mentoring, ruang
sumber khusus dan sekolah khusus. Hampir semua
system sekolah di Amerika Serikat sekarang memiliki
semacam program pengajaran khusus bagi anak
berbakat. Siswa pada program ini menghabiskan
sebagian besar waktu sekolah mereka dikelas regular,
namun mereka berada diluar kelas selama beberapa
jam setiap minggunya untuk berpartisipasi pada
aktivitas yang dirancang bagi anak yang berbakat.
KREATIVITAS
Karakteristik Orang Kreatif
Adapun ciri afeksi dan kognisi lain yang
dikatakan menjadi karateristik orang kreatif
adalah mandiri, tidak terpaku pada norma
social, tidak konvensional, sangat terbuka
terhadap pengalaman baru, fleksibel, dan
berani mengambil resiko (Martindale, 1989).
Individu sangat kreatif cenderung gelisah dan
memberontak, berhasrat mengubah status
quo, dan sering mengalami stress dan trauma
ketika masih menjadi anak kecil.
Tes Kreativitas
 Di atas tingkat minimum kecerdasan, kinerja kreatif
tampaknya lebih berganting pada motivasi dan kemampuan
khusus daripada kemampuan mental umum (MacKinnon,
1962). Karena itu penelitian mengenai kreativitas yang
diadakan selama 40 tahun terakhir ini telah berfokus pada
pengidentifikasian cirri kognitif dan afektif lain yang
membedakan orang sangat kreatif dari orang yang kurang
kreatif. Misalnya upaya yang dilakukan untuk
mengembangkan ukuran berpikir divergen sebagai kebalikan
konvergen (Guilford, 1967).
 Pada ukuran pemikiran konvergen, masalah yang lazim
ditemukan pada tes kecerdasan, hanya ada satu jawaban
yang tepat sedangkan pada tes pemikiran divergen, para
peserta diberi masalah terbuka yang memiliki sejumlah
solusi yang mungkin diberi skor. Masalah Open-ended
menimbulkan kesulitan dalam pemberian skor serta dalam
menentukan reliabilitas dan validitas tes.
Evaluasi Tes Kreativitas
 Tes kreativitas sering memiliki korelasi
yang signifikan dengan tes IQ dan tes
kreativitas tampak tidak lebih efektif
daripada tes IQ dalam memprediksi
“kinerja kreatif”. Yang merupakan
predictor kinerja yang akurat menurut
kinerja kreativitas yang dapat diterima,
akan lebih baik mengikuti saran MC
Nemar (1964) agar tidak membuang tes
kecerdasan umum.
PENELITIAN KORELASI KEMAMPUAN KOGNISI

•
•
Perbedaan Usia pada Kemampuan Kognisi
skor seseorang pada tes tertentu agak berubah sejalan waktu dan kondisi pengetesan. Skor
cenderung kurang stabil selama masa kanak-kanak awal dan tengah, namun skor lebih
konsisten selama masa remaja.
a)
Penelitian Cross-Sectional and Longitudinal
b)
Kemampuan Khusus
c)
Penurunan Terakhir
Perubahan Generasi: Dampak Flynn
Flynn menyimpulkan bahwa peningkatan skor kecerdasan disebabkan oleh factor lingkungan
bukan factor genetic, namun peningkatan skor ini tidak dapat disebabkan semata-mata oleh
perbaikan persekolahan formal. Faktor lain yakni pencapaian pendidikan lebih hebat orang tua,
perhatian lebih besar orang tua terhadap anak, status social ekonomi yang meningkat, gizi yang
baik, masyarakat dengan teknologi yang semakin kompleks.
Korelasi Lain Kemampuan Mental
a) Jumlah Anggota keluarga dan Urutan Kelahiran
b) Status Pekerjaan
c) Status Sosial Ekonomi
d) Penduduk Kota dan Desa
e) Pengharapan Guru
f)
Kebangsaan
g) Ras dan Etnik
h) Perbedaan Gender
i)
Keturunan