Moh. Nurhakim, PhD.

Download Report

Transcript Moh. Nurhakim, PhD.

L/O/G/O
Grand Theory Pembelajaran
Dr. Moh. Nurhakim, MA
Pelatihan Peningkatan KetrampilanTeknik Instruksional
bagi Instruktur Laboratorium, UMM 2015
15 January, 2015
I. MENGAPA PERLU TEORI PEMBELAJARAN ?
Teori belajar: upaya untuk menggambarkan bagaimana
orang belajar, sehingga membantu guru atau instruktur
memahami proses pembelajaran.
Mengetahui teori belajar dapat membantu tugas guru atau
istruktur, sehingga memiliki kedewasaan, kewibawaan, dan
ketrampilan dalam pembelajaran atau pendampingan,
mempelajari peserta didik, menggunakan prinsip-prinsip
pengajaran, serta menilai cara mengajarnya sendiri.
www.themegallery.com
II. KONSEP BELAJAR
Morgan
(Gino, 1988: 5)
Suryabrata
(2001: 232)
Gerow
(1989:168)
Bower
(1987: 150)
• Usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk
memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang
relatif tetap, sebagai akibat dari latihan.
• Proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, kemudian menimbulkan
perubahan, dan keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh
lainnya.
• “Learning is demonstrated by a relatively permanent change in behavior that
occurs as the result of practice or experience”.
• “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.
www.themegallery.com
(1)
(2)
Suatu perubahan tingkah
laku positif yang diperoleh
dari proses-proses yang
disadari dan terprogram.
Suatu perubahan yang terjadi
melalui proses latihan dan
pengalaman.
CIRI-CIRI
BELAJAR
(3)
(4)
Untuk dapat disebut belajar,
perubahan itu pada pokoknya
adalah kecakapan baru,
berlaku dalam waktu yang
relatif lama.
Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek
kepribadian baik fisik
maupun psikis.
www.themegallery.com
III. TEORI BELAJAR
• Pembelajaran
berfokus pada
perubahan
intelektual atau otak
• Pembelajaran
berfokus pada
perubahan tingkah
laku sebagai hasil
interaksi antara
stimulus & respon
Kognitivisme
• Pembelajaran
berfokus pada
proses di mana
peserta didik aktif
membangun ide-ide
baru atau konsep
Behaviorisme
Konstruktivisme
www.themegallery.com
(1) TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Model kognitif ini perpandangan bahwa para peserta didik memproses
informasi dan pelajaran melalui upaya mengorganisir, menyimpan, dan
kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses kemudian disampaikan kepada peserta didik.
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Peneliti yang
mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.
Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki
pengaruh utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan
atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana
peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
www.themegallery.com
(2) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
Teori behaviorisme—dengan model hubungan stimulus - responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
www.themegallery.com
(3) TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
 Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
 Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
 Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
www.themegallery.com
IV. PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
1. Teori Pembelajaran Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: aner,
dengan akar kata andr, yang berarti orang
dewasa, dan agogus yang berarti membimbing
atau membina.
Andragogi secara istilah dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni
mengajar orang dewasa.
Oleh karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu
mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam
proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu
kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang
guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching)
www.themegallery.com
2. Asumsi-Asumsi Pokok Teori Andragogi
Konsep Diri
Peranan Pengalaman
Secara umum, konsep diri anak-anak
masih tergantung sedangkan pada orang dewasa
konsep dirinya sudah mandiri.
Karena kemandirian inilah orang dewasa perlu
memperoleh penghargaan orang lain sebagai
manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri
(self determination), mampu mengarahkan dirinya
sendiri (Self Direction).
Orang dewasa telah memiliki pengalaman. Oleh sebab
itu, dalam teknologi pelatihan/pembelajaran orang
dewasa lebih tepat mengembangkan teknik berbasis
pengalaman (Experiential Learning Cycle) yang lebih
banyak menggunakan diskusi kelompok,curah
pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, dan
melakukan praktek dll, dalam upaya melibatkan peran
serta peserta pelatihan.
Kesiapan Belajar
Orientasi Belajar
Setiap orang menjadi matang sesuai dengan
perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan
ditentukan oleh kebutuhan/paksaan akademik atau
pun biologisnya, tapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan
peranan
sosialnya.
Implikasinya,
materi
pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan
yang sesuai dengan peranan sosial peserta didik
secara dinamis.
Orang dewasa cenderung memiliki orientasi belajar
yang berpusat pada pemecahan masalah yang
dihadapi, karena belajar bagi orang dewasa
merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalah
kehidupan sehari-hari, terutama dalam kaitannya
dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
Implikasinya, sifat materi pembelajaran atau pelatihan
bagi orang dewasa hendaknya bersifat praktis dan
dapat segera diterapkan dalam kenyataan sehari-hari.
Malcolm Knowles (1970)
www.themegallery.com
V. MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN
INOVATIF-KONSTRUKTIVISTIK
Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an
instructional model is a step-by-step procedure that
leads to specific learning outcomes.
Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran..
Di
1.
2.
3.
4.
5.
antara model-model pembelajaran antara lain:
Problem solving ;
Inquiry training;
Problem based instruction;
Conceptual change instruction;
Investigation
www.themegallery.com
1. Model Problem Solving
Model problem solving dalam pembelajaran memiliki lima
langkah pembelajaran (Krulik & Rudnick, 1996), yaitu:
1. Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah,
memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
2. Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi,
melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau
gambar),
3. Menseleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau
eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis
persamaan),
4. Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan
komputasi, aljabar, dan geometri),
5. Refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan
alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi,
mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah
variatif yang orisinil).
www.themegallery.com
2. Inquiry Training
Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat
tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia
mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki
proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan
pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga— kemandirian,
akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah. Langkahlangkahnya sebagai berikut:
1. menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian,
menyajikan situasi yang saling bertentangan),
2. menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang
dihadapi, memeriksa tampilnya masalah),
3. mengkaji data dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang
sesuai, merumuskan hipotesis),
4. mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan, dan
5. menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang
lebih efektif.
www.themegallery.com
3. Problem Based Instruction
Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan faham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemrolehan informasi dan
pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana
mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah,
mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam
pemecahan masalah.
1.
guru mendefisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan
(masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua,
atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksi guru atau dari eksplorasi siswa),
2.
guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan menentukan bagaimana
masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi,
dan data yang variatif, melakukan surve dan pengukuran),
3.
guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan
masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa
rasionalnya),
4.
pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model, program komputer, dan
lain-lain), dan
5.
presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu melibatkan
administator dan anggota masyarakat).
www.themegallery.com
4. Conceptual Change Instruction
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya berasal
dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan
lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi
di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-masing
berdiri sendiri.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sajian masalah konseptual dan kontekstual,
konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut,
konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi,
atau contoh-contoh tandingan,
konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara ilmiah,
konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual,
konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman
dan penerapan pengetahuan secara bermakna.
www.themegallery.com
5. Investigation
Ide model pembelajaran group investigation bermula dari perspektif filosofis
terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki
pasangan atau teman.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber,
memilih topik, merumuskan permasalahan),
planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari,
siapa melakukan apa, apa tujuannya),
investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi,
mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat inferensi),
organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan
presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis),
presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,
mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan),
dan
evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan
masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru
berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan
penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.
www.themegallery.com
Referensi
Akhmad
Sudrajat,
Model
Pembelajaran
Inovatif.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/modelpembelajaran-inovatif/.
Asmin,
Konsep
dan
Metode
Pembelajaran
Untuk
Orang
Dewasa
(Andragogi),
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/konsep_dan_metode_pembelajaran.htm, Diakses tanggal 15 Juni 2014.
Bambang S, dan Lukman, Kelemahan
dan Keunggulan
Teori Belajar Andragogi.
http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/andragogi.html.
Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching, second edition. Boston: Allyn and
Bacon.
I Wayan Santyasa, Model-Model Pembelajaran Inovatif. http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2.pdf.
Jacobs, G.M., Lee, G.S, & Ball, J. 1996. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning: A
Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Edu-cation on Cooperative Learning. Singapore:
SEAMEO Regional Language Center.
Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Kuhn, T. S. 2002. The
structure of scientific revolution. Diterjemahkan oleh: Tjun Surjaman. Bandung: P. T. Remaja
Rosdakarya.
Knowles, Malcolm S. (1970). "The modern practicsof adult education, andragogy versus ". New York : Association
Press.
Moznoer, Model-model Pembelajaran-inovatif http://matahati99.blogspot.com/2012/01/model-modelpembelajaran-inovatif.html
www.themegallery.com
L/O/G/O
Sekian,
Terima kasih
January, 2015