4. faktor produksi

Download Report

Transcript 4. faktor produksi

Oleh: Silvana Maulidah, SP. MP.
 Produktivitas usahatani semakin tinggi bila petani atau produsen
mengalokasikan faktor produksi berdasarkan prinsip efisiensi teknis dan
efisiensi harga.
 Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi
sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai.
 Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa
alokasi faktor produksi efisien secara alokatif/harga.
 Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi
dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi
teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
 Faktor produksi dalam usahatani memiliki kemampuan terbatas untuk
berproduksi secara berkelanjutan, tetapi dapat ditingkatkan nilai
produktivitasnya melalui pengelolaan yang tepat
1. FAKTOR PRODUKSI LAHAN / TANAH
Pada umumnya faktor produksi tanah merupakan faktor produksi yang bersifat:
•
Relatif langka dibanding dengan faktor produksi lainnya
•
Distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata
Sumber pemilikan tanah dapat diperoleh dari beberapa sumber:
a.
Dibeli
Tanah yang dibeli merupakan tanah milik, yang memiliki ketentuanketentuan sebagai berikut :
–
Dibuktikan dengan bukti pemilikan yaitu sertifikat yang dikeluarkan
oleh negara melalui Dirjen Agraria
–
Jual beli tanah milik harus memenuhi ketentuan yang berlaku secara
administratif dan proseduriil
–
Jual beli dapat dilakukan melalui pembuat akta tanah yang ditetapkan
pemerintah, yaitu notaris dan camat sebagai PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah)
–
Setelah akta jual beli ini diperoleh, baru diajukan ke kantor agraria
kabupaten untuk disertifikatkan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Disewa
Disakap
Pemberian oleh negara
Tanah pemberian oleh negara dapat diperoleh melalui :
–
Pelaksanaan UUPA (Undang-undang Pokok Agraria)
–
Transmigrasi
–
PIR (Program Perkebunan Inti Rakyat)
–
TIR (Program Tambak Inti Rakyat)
Warisan : tanah yang karena hukum agama dibagikan kepada ahli warisnya.
Wakaf : tanah yang diberikan atas seseorang atau badan kepada pihak lain
(misalnya untuk kegiatan sosial).
Membuka lahan sendiri
Tanah ini terjadi pada tanah dengan hak ulayat pada perladangan
berpindah dan penggarapan lahan. Hak ulayat adalah hak yang diberikan
para ahli hukum pada lembaga hukum dan hubungan hukum kongkret
antara masyarakat hukum adat dengan tanah dalam wilayahnya.
2. FAKTOR PRODUKSI TENAGA KERJA
 Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk.
 Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan dan anak-anak) bisa berasal
dari dalam maupun luar keluarga.
 Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan dan sambatan
(tolong-menolong, misalnya arisan dimana setiap peserta arisan akan
mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja kepada anggota lainnya).
 Petani memiliki banyak fungsi dan kedudukan atas perannya, antara lain
– Petani sebagai pribadi
– Petani sebagai kepala keluarga
– Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)
– Petani sebagai pengelola usahatani
– Petani sebagai warga sosial, kelompok
– Petani sebagai warga negara
3. FAKTOR PRODUKSI MODAL
Beberapa
contoh modal dalam usahatani, misalnya : tanah, bangunan,
alat-alat pertanian, tanaman, ternak, saprodi, piutang dari bank dan
uang tunai. Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik
sendiri, pinjaman (kredit dari bank, dari tetangga atau famili), warisan,
dari usaha lain dan kontrak sewa. Modal dari kontrak sewa diatur
menurut jangka waktu tertentu, sampai peminjam dapat
mengembalikan, sehingga angsuran (biasanya tanah, rumah dll)
menjadi dan dikuasai pemilik modal.
4. FAKTOR PRODUKSI MANAJEMEN
.>
>
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor
produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan
produksi seperti yang diharapkan.
Perbaikan manajemen dalam upaya pengembangan usahatani dapat
dilakukan melalui:
1.
Inovasi Teknologi
Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan
luas akan dapat terdongkrak. teknologi yang diintroduksi ke petani
akan lebih disukai jika teknologi tersebut mudah diaplikasikan, kurang
intensif penanganannya, tidak memerlukan pengamatan tiap hari dan
tidak memerlukan kontrol terlalu ketat. Teknologi semacam ini akan
memberikan peluang bagi petani untuk dapat meninggalkan
usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain dengan
hasil yang memuaskan.
2.
Manajemen usaha yang dilakukan kelompok
•
Ada alternatif manajemen usaha yang dapat dilakukan orang lain
tanpa mengurangi jumlah dan mutu hasil. Manajemen usaha
yang dimaksud adalah manajemen kooperatif dan korporasi.
Manajemen korporasi merupakan alternatif karena punya
beberapa kelebihan, yaitu:
a. Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara
cepat, sehingga usahatani tanggap terhadap perubahan
pasar dan harga.
b. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya,
dikelola oleh tim manajer dibantu tenaga teknis, teknis
lapangan terampil, sehingga pengelolaan efisien.
c. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan
modal) mudah, karena sumber daya dikelola oleh tim manajer
d. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan,
tenaga dan modal sebagai saham anggota, berdasarkan
perjanjian.
3.
Metode Penyuluhan
–
Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendekatan personal,
pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu lalu
strategi dititik beratkan pada pendekatan massal dan kelompok
karena pendekatan personal terlalu mahal.
Dengan penerapan manajemen koperasi maka metode pendekatan
penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal.
Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi bukan pada
masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor
psikologi, yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk
mengakui kelebihan teman petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus
disempurnakan, antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system
penyuluhan dan penyusunan program penyuluhan, tetapi untuk
teknologi, manajemen usaha dan metode penyuluhan harus mulai
dirintis dari sekarang.
–
–
–
–
–
Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi bukan pada
masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor
psikologi, yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk
mengakui kelebihan teman petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus
disempurnakan, antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system
penyuluhan dan penyusunan program penyuluhan, tetapi untuk
teknologi, manajemen usaha dan metode penyuluhan harus mulai
dirintis dari sekarang.