2. NEH-PS - WordPress.com

Download Report

Transcript 2. NEH-PS - WordPress.com

Oleh :
Dr. Epi Supiadi, M.Si
A. KERANGKA DASAR UMUM PRAKTEK PEKERJAAN
SOSIAL
 Sebagai suatu profesi,
Pekerjaan Sosial memiliki
tiga komponen pokok yang
harus dikuasai (dipahami,
dihayati dan diamalkan)
oleh seorang pekerja sosial
secara berbobot,
komprehensive dan
seimbang. Ketiga komponen
tersebut dapat disebut
Kerangka dasar umum
praktek pekerjaan sosial.
BODY
OF
BODY
OF
KNOWLEDGE
VALUES
BODY
OF
SKILLS
 body of knowledge yaitu suatu kerangka pengetahuan yang
berisi, berasal dari atau diramu dari konsep-konsep ilmuilmu perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Kerangka pengetahuan
diperlukan untuk mengetahui tentang bagaimana dunia,
bagaimana kenyataan hidup, untuk menggambarkan dan
menganalisa dunia.
 Pengetahuan ini disebut theoritical knowledge, terdiri
dari :
 Knowing that (factual knowledge), berupa pengetahuan
mengenai fakta tentang dunia
 Knowing why berupa pengetahuan yang lebih teoritis.
 Pengetahuan pekerjaan sosial cenderung mencakup :
 Ideologi  suatu sistem keyakinan tentang
hakikat/sifat-sifat mahluk manusia
 Perspektif  suatu cara tertentu memandang dunia dari
sudut pandang teoritis dan ideologis tertentu.
 Teori  membicarakan aturan umum atau hukum yang
berupaya memberikan penjelasan atau pemahaman
tentang beberapa aspek dari dunia. Sering disebut
“theoritical system” yang merupakan sekumpulan
generalisasi ekplanatori yang berkaitan/masuk akal.
 Model  suatu klasifikasi deskriptif tentang bagian
dunia, yang kurang memiliki kekuatan eksplanatori
dibandingkan dengan teori.
 body of skills yaitu serangkaian keterampilan teknis
yang berdasarkan kerangka pengetahuan, yang
dikuasai oleh seorang pekerja sosial yang diperolehnya
melalui pelatihan keterampilan, praktek belajar kerja
magang, dan atau praktek lapangan. Ini termasuk
practical knowledge (knowing how) yakni pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu, yang
didalamnya mencakup teknik dan keterampilan yakni
kemampuan praktis untuk melakukan sesuatu.
 body of values yaitu nilai-nilai, asas-asas, prinsip-prinsip,
standar-standar perilaku, yang diangkat dari nilai-nilai
luhur, falsafah hidup dan pandangan hidup serta nilai-nilai
dan norma-norma sosial budaya bangsa/masyarakat
dimana pekerjaan sosial dilaksanakan.
 Kerangka nilai-nilai ini berfungsi mempedomani,
mengarahkan dan membimbing sikap serta
perilaku pekerja sosial profesional dan dalam
hubungannya dengan kelayan, dengan lembaga
tempat bekerjanya, dengan sejawat profesional serta
dengan masyarakat luas.
 Kerangka nilai diperoleh dan dihayati oleh
pekerja sosial melalui upaya penanaman nilainilai tersebut dalam proses pendidikannya.
 Pemahaman terhadap kerangka nilai membantu
kita didalam merumuskan “apa yang
seharusnya” sebagai suatu dasar untuk
merumuskan tujuan-tujuan dan
mengembangkan program-program kegiatan
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
B. KONTEKS PEKERJAAN SOSIAL SAAT INI
 Pekerjaan sosial merupakan profesi pertolongan/ pelayanan
manusia yang terus-menerus mengalami perubahan sehingga
keberadaannya beragam dan terpragmentasi :
 berada pada berbagai sektor yang berbeda-beda (publik, private,
sukarela)
 Setting berbeda-beda (residential home, area offices, CD projects)
 Tugas berbeda-beda (caring, controlling, empowering, campaigning,
assesing, managing)
 Berbagai tujuan (redistribusi sumber-sumber kebutuhan, kontrol
sosial dan rehabilitasi penyimpangan, pencegahan atau
pengurangan masalah-masalah sosial)
 Pekerjaan sosial memiliki konotasi berbeda pada
berbagai konteks budaya dan kebangsaan :
 Di Australia and America Utara, pekerja sosial
menyiratkan sekelompok pekerja yang memiliki
kualifikasi sangat profesional, dan menyisihkan banyak
pekerja lain dibidang layanan manusia.
 Di the United Kingdom, pekerjaan sosial dipandang
sebagai implementasi kebijakan the welfare state
melalui penyediaan pelayanan sesuai aturan hukum,
dengan peranan yang relatif kecil dalam pengembangan
masyarakat dan perubahan sosial.
 Di America Latin, pekerjaan sosial memiliki konotasi
aktivis dan lebih radikal : berkenaan dengan
perubahan sosial, pergerakan progresif untuk keadilan
sosial dan HAM, dan perlawanan terhadap dominasi
politik dan bentuk birokrasi yang sudah umum.
 Dalam beberapa konteks seperti di Amerika Serikat,
peran pekerja sosial dominan dalam terapeutik
individual. Sementara dalam konteks lain, terutama
pada dunia berkembang , pekerjaan sosial banyak
berorientasi pengembangan masyarakat.
 Bagaimana Pekerjaan Sosial di Indonesia???
 Nilai-nilai apakah yang paling tepat diajarkan kepada
pekerja sosial atau calon-calon pekerja sosial???
C.1. PENGERTIAN TENTANG NILAI
 Nilai adalah gagasan eksplisit maupun implisit tentang apa
yang kita hargai ideal atau lebih baik.
 Nilai-nilai kita membentuk keyakinan dan sikap kita, dan
sebaliknya keyakinan dan sikap kita membentuk nilai kita.
Nilai kita juga mengandung emosi. Nilai mempengaruhi
evaluasi kita tentang situasi dan memotivasi tindakan yang
kita lakukan. (Day, 2003).
 Nilai pada dasarnya adalah pilihan-pilihan,
namun dibedakan dari pilihan pribadi. Nilai
telah diterima dan diakui oleh kelompok, dan
mengandung komitmen. Nilai diterima secara
sosial sebagai suatu patokan yang mengarahkan
perilaku seseorang.
 Nilai mencakup norma-norma, standar-
standar perilaku dan prinsip-prinsip yang
membimbing perilaku.
 Terdapat 3 tingkatan nilai yang dapat dibedakan yakni :
1. Nilai-nilai luhur/adicita/falsafah hidup (ultimate
2.
3.
values) yaitu nilai-nilai yang ideal dan abstrak seperti
demokrasi, keadilan, kemakmuran, persamaan,
kesejahteraan, kemerdekaan, perdamaian, kemajuan
sosial, determinasi diri dan kebebasan. Dalam kaitan
masyarakat dan bangsa Indonesia nilai luhur tersebut
adalah Pancasila.
Nilai pertengahan (intermediate values) seperti
kualitas keberfungsian seseorang, keluarga yang baik,
masyarakat yang baik, dan lain-lain;
Nilai instrumental/operasional (operational values)
yang berisikan karakteristik lembaga-lembaga,
pemerintah dan orang-orang profesional yang baik.
 Pada tingkat pertama nilai dinyatakan didalam istilah yang
lebih abstrak, dan pada level lainnya nilai bergerak dari
level abstrak dari gagasan kepada realitas tindakan yang
konkrit. Umumnya nilai yang lebih abstrak lebih
disepakati oleh masyarakat.
 Suatu nilai menentukan apa yang seseorang pikirkan,
seharusnya ia lakukan/ tidak lakukan yang mungkin sesuai
atau tidak sesuai dengan yang ia inginkan atau apa yang
dalam kenyataannya ia lakukan.
 Nilai memberikan patokan umum dan pola ideal untuk
menilai perilaku sendiri dan perilaku orang lain. Nilai juga
memberikan patokan tentang kewajiban-kewajiban
tertentu.
 Nilai mewakili apa yang seharusnya dilakukan sebagai
kebalikan dari apa yang diinginkan.
 Nilai merupakan kepentingan masyarakat untuk
menentukan apa yang diharapkan oleh masyarakat.
 Pekerjaan sosial mewakili sub sistem sosial
masyarakat/ mewakili nilai masyarakat/ apa yang
diharapkan oleh masyarakat.
 Nilai-nilai pekerjaan sosial mencerminkan apa yang
dipandang seharusnya dan sepatutnya dilakukan oleh
seseorang warga masyarakat.
 Nilai hanya dapat operatif bila individu mempunyai
pengetahuan tentang apa yang seharusnya ia lakukan
dan menyadari apa yang sebenarnya ia lakukan,
menyadari tentang adanya alternatif.
 Pilihan mungkin terbatas karena paksaan sosial atau
karena paksaan hukum, atau karena tekanan ekonomi,
sehingga menjadi alasan nyata mengapa seseorang
tidak melaksanakan nilai-nilai yang dipegangnya.
 Mengapa dalam pendidikan pekerjaan sosial perlu
mempelajari nilai?.
 Karena pekerjaan sosial berdasarkan pada penilaian
yang kompleks. Misalnya pengertian sehat, normal,
matang, terlantar, tidak beruntung, berfungsi sosial,
perilaku menyimpang, merupakan penilaian yang
sudah tentu harus berdasarkan nilai tertentu.
 Nilai membantu kita memahami perilaku manusia.
Bila ada celah antara nilai yang dianut dengan apa
yang dilakukan, maka perlu dicari alasannya.
 Pekerja sosial dituntut untuk merefleksikan nilai yang
ideal, intermediate dan instrumental. Sementara
dalam kehidupan sehari-hari mereka dihadapkan
kepada berbagai dilema dan konflik-konflik nilai.