Surveilans TN

Download Report

Transcript Surveilans TN

Tetanus
 Penyebab : Clostridium tetani (kuman), dilingkungan
berubah bentuk menjadi “spora”
 Spora tetanus tidak bisa diberantas
 toksin dihasilkan oleh kuman vegetatif sebagai hasil
pertumbuhan anaerob dari spora di lingkungan
 netralisasi toksin oleh IgG
 imunisasi harus dilengkapi dengan persalinan aman
dan perawatan talipusat yang bersih
Gambaran Klinis Tetanus
Masa inkubasi 8 hari (3-21 hari)
3 bentuk manifestasi klinis:
Lokal dan Cephal– Jarang dijumpai
Umum sering terjadi
Tetanus secara Umum: Gejala dari atas ke bawah
 trismus, sulit menelan, otot kaku, kejang
Kejang dapat berlangsung 3-4 minggu; sembuh
total dapat terjadi beberapa bulan
Tetanus
Tetanus Neonatorum
(1)
Epidemiologi
Tetanus Neonatorum (1)
• Etiologi : Clostridium Tetani yang mengeluarkan
eksotoksin
• Sifat Clostr.Tetani : hidup anaerob, berbentuk
spora, tersebar di tanah, dalam feses binatang
dan kadang-kadang feses manusia. Spora dapat
bertahan hidup bertahun-tahun di lingkungan.
• Port d’ entry : tali pusat bayi
• Masa inkubasi : 3 –21 hari (rata-rata 6 hari)
Epidemiologi
Tetanus Neonatorum (2)
•
14 % kematian neonatal disebabkan oleh TN
(WHO,1998)
• Kematian > 95 % jika tidak diterapi, sdgkan
jika diterapi kematian juga masih 25 % - 90 %.
• Faktor resiko:
1. Persalinan tidak steril (3 Bersih: alat, tempat,
tangan)
2. Perawatan tali pusat tidak bersih
3. Ibu Bayi tidak mempunyai kekebalan yang
memadai (imunisasi)
Diagnosis TN
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
klinis, yaitu pada awalnya bayi dapat
menetek/mengisap selama 2 hari, pada hari
3 - 28 muncul gejala antara lain:
• Tiba2 tidak bisa menetek/mengisap
• Mulut Mencucu
• Kejang rangsang (bunyi,sinar,sentuh)
• Kejang tonik umum
Program ETN, Indonesia
 Tahun 1989 WHA menyepakati untuk
mengeliminasi TN.
 Tahun 1991 Indonesia mulai melaksanakan
program ETN.
 Pelaksanaan ETN terpadu antara 3 Progr
1. Program KIA  Pertolongan persalinan dan
Perawatan tali pusat (KN)
2. Program Imunisasi  TT bumil/wus
3. Program Surveilans  Pelacakan, identifikasi
faktor resiko
Eliminasi Tetanus Neonatorum (1)
 Strategi eliminasi:
1.Persalinan Bersih
2.Imunisasi Rutin (kuat)
— WUS (5 dosis TT atauTd)
— Anak <1 th (3 dosis DTP)
3.Surveilans
Eliminasi Tetanus Neonatorum (2)
 Eliminasi adalah kasus tetanus
neonatal (TN) <1 per 1000 lahir hidup
per tahun di Kab/Kota
Catatan:
1.Cakupan TT2 > 80% &
2.Persalinan Nakes > 70%.
3.Laporan Pusk dan RS > 80%
Eliminasi Tetanus Neonatorum (3)
•
Daerah resiko tinggi
– Cakupan TT2 < 80%
– Pelayanan nakes < 70%
•
Daerah Resiko Rendah
– Cakupan TT2 atau T-5 Bumil > 80% &
– Persalinan Nakes > 70%.
– Laporan zero/nihil Puskesmas dan RS
>80%
5 T – Perlindungan Seumur Hidup
Status
TT
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Interval
4 mgg setelah
TT1
6 bulan setelah
TT2
1 tahun setelah
TT3
1 tahun setelah
TT4
Lama Perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun/seumur hidup
Kebijaksanaan
dalam ETN
• Status ETN ditetapkan di Kab/Kota
• Satu kasus/kematian TN = KLB 
penyelidikan epidemiologi ke lapangan
• Ditemukan semua kasus/kematian bayi di
masyarakat
• Surveilans ZERO report
Surveilans TN
UMUM
Tersedia informasi epid tentang tetanus
neonatorum yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
status ETN
KHUSUS
 Ditemukan kasus & kematian TN di RS &
Puskesmas (termasuk di masyarakat)
 Identifikasi faktor resiko TN dan diseminasikan
kepada program terkait (Immunisasi & KIA) untuk
mencapai dan mempertahankan status ETN
Definisi Operasional (1)
• Neo Natus = bayi umur 0 – 28 hari
• Kasus/Kematian TN
 Konfirm/pasti
• lahir normal, dapat menangis &
menetek selama 2 hr, kemudian
timbul gejala sulit menetek disertai
kejang rangsang dalam usia 3- 28 hr
• Atau didiagnose dokter sebagai TN
Definisi Operasional (2)
Tersangka
• Kematian bayi umur 3 – 28 hr tak
diketahui penyebab
• TN yang dilaporkan bukan oleh
dokter/petugas terlatih.
KEGIATAN SURVEILANS TN
Penemuan Kasus
1. Puskesmas, termasuk di masyarakat.
2. Rumah Sakit, termasuk Klinik Bersalin.
Penanganan yang cepat dan
tepat untuk mencegah
kematian
KEGIATAN SURVEILANS TN
~LAPORAN~
Laporan Mingguan
• Terhadap konfirm TN maupun suspek TN
• Berlaku laporan nihil, laporan dibuat
meskipun tidak ada kasus
1. Puskesmas, dengan menggunakan form
W2/PWS KLB) bersama dengan laporan
mingguan penyakit potensial KLB lainnya
2. Rumah Sakit, dengan menggunakan form
FPPD pada saat melakukan surveilans
mingguan RS untuk AFP, Campak, Difteria dan
TN.
KEGIATAN SURVEILANS TN
~LAPORAN~
Laporan Bulanan
1. Puskesmas dan RS tidak ada laporan
surveilans TN bulanan
2. Kabupaten/Kota dan Provinsi:
• Laporan data: menggunakan form Integrasi
AFP, Campak, Difteria, dan TN
• Laporan absensi: Kelengkapan dan
Ketepatan Laporan Mingguan
KEGIATAN SURVEILANS TN
~INVESTIGASI KASUS TN~
• Tujuan :
1. Menetapkan diagnosis
• Konfirm TN
• Suspek TN
2. Mencari kasus tambahan
• Penolong persalinan sebagai “center point”
• Budaya perawatan tali pusat
3. Mengetahui faktor resiko
4. Mengetahui gambaran epid
• Penyelidikan menggunakan form T2
(1)
KEGIATAN SURVEILANS TN
(2)
~INVESTIGASI KASUS TN~
Investigasi kasus TN berdasarkan
daerah Resiko:
• Pada daerah resiko rendah  setiap
kematian di bawah umur 1 bulan dan
tersangka TN
• Pada daerah resiko tinggi  kasus dan
kematian TN yang dilaporkan oleh RS dan
Puskesmas
KEGIATAN SURVEILANS TN
(3)
~INVESTIGASI KASUS TN~
Laporan Hasil Investigasi Kasus TN, meliputi:
Jumlah konfirm TN, jumlah suspek TN dan
jumlah kematian
Faktor resiko utama:
 Status imunisasi TT ibu
 Riwayat ANC (ante natal care)
 Riwayat persalinan: 3 “B”
 Riwayat perawatan tali pusat: bahan yang
digunakan
Faktor resiko pendukung:
• Cakupan imunisasi TT desa/puskesmas
yang ada kasus
KEGIATAN SURVEILANS TN
~INVESTIGASI KASUS TN~
Analisa Data Hasil Investigasi T N :
• Faktor resiko utama yang erat
hubungannya dengan kejadian TN
• Faktor resiko pendukung yang
memperkuat kejadian TN
(3)
KEGIATAN SURVEILANS TN
(3)
~INVESTIGASI KASUS TN~
Analisa Data Surveilans T N secara Periodik
(tahunan)
• Jumlah lahir hidup, Jumlah kasus dan
kematian
• Sebaran kasus
• Faktor resiko yang dominan
• Cakupan imunisasi TT dan cakupan persalinan
nakes.
Penilaian status eliminasi dilakukan
bersama program imunisasi dan KIA
KEGIATAN SURVEILANS TN
(3)
~INVESTIGASI KASUS TN~
Rekomendasi berdasarkan Hasil Investigasi T N
• Ditujukan untuk perbaikan program
terkait, termasuk surveilans.
Alur Pelaporan TN
Ditjen PPM&PL
form integrasi FI-2
Dinkes Prop
form integrasi FI-1
Dinkes Kab/Kota
KDRS/FPPD
Rumah Sakit
W2, W1, T2
Puskesmas
lisan
Masyarakat
Bidan, dukun bayi
TREND KASUS “ TN “ DAN KEMATIAN DI JATIM TAHUN 2008 - 2011
30
28
28
25
25
21
20
18
14
15
13
10
10
Jml Mati
5
0
2008
2009
2010
Jml Kasus
2011
DISTRIBUSI KASUS TN DI JATM TAHUN 2008 – 2011
MENURUT ” STATUS IMUNISASI (T2 ) “
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2008
2009
2010
TT1
TT2
2011
tak imm
KASUS TN
MENURUT FAKTOR RISIKO “PERAWATAN TALIPUSAT”
DI JAWA TIMUR TAHUN 2008 – 20101
DISTRIBUSI KASUS TN BERDASARKAN PENOLONG PERSALINAN
DI JAWA TIUR TAHUN 2008 - 2011
14
12
100%
90%
10
80%
Dokter
Bidan/Perawat
Dukun
Lain-lain
8
70%
60%
6
50%
4
40%
30%
2
20%
10%
0
0%
2008
2009
2010
2011
bwk-keren
ALKOHOL/BETHADIN
RAMUAN
Lain2
2008
2009
2010
2011
DISTRIBUSI KASUS TN MENURUT ALAT PEMOTONG TALI PUSAT DI
JATIM TAHUN 2008-2011
100%
80%
LAIN2X
60%
BAMBU
40%
GUNTING/PISAU
20%
0%
2008
2009
2010
2011
masalah
- Masih tinggi kejadian TN dan CFR 55.5%
- dari kasus : 66.7% pemeriksaaan kehamilan oleh
bidan, namun penolong persalinan oleh dukun
(78.6%) dan status T2 rendah
- pemotongan tali pusat masih ada yang
menggunakan bambu / digigit & perawatan
talipusat masih ada yang menggunakan ramuan dll
Matur nuwun