PERKEMBANGAN SOSIAL DAN BAHASA

Download Report

Transcript PERKEMBANGAN SOSIAL DAN BAHASA

PTIK
[email protected]
PERKEMBANGAN SOSIAL
 Yusuf (2007)
menyatakan bahwa “Perkembangan sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama”.
 Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa ”Hubungan
sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang
saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan
manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang amat kompleks”.
BENTUK-BENTUK TINGKAH LAKU
SOSIAL
1.
Pembangkangan (Negativisme)
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap
penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau
lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.
Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan
mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai
menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak
memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras
kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya
orang tua mau memahami sebagai proses
perkembangan anak dari sikap dependent menuju
kearah independent.
2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal)
maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah
bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena
tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya
bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ;
mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi
agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau
keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang
agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau
terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif,
menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain
dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu
didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia
empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam
tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini
mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun,
pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin
berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial,
mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap
ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam
dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau
keinginannya
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk
menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati
atau bekerjasama dengan dirinya.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
SOSIAL REMAJA
 Pada masa remaja , anak mulai memperhatikan dan mengenal
berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis
dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping
harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja juga
terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk
memilih teman hidup.
 Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi
intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap
hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah
yang dialaminya.
 Menurut Erick Erison “Bahwa pada masa remaja terjadi masa
krisis, masa pencarian jati diri”. Dia berpendapat bahwa
penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural.
Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong
oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
 Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok –
kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN SOSIAL
 Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga,
tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan
inteligensi.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi
anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan
yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma
dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
b. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk
mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di
dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya
akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
d. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian
ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan
sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di
masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik
bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan
dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
e. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak
hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa
secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap
saling pengertian dan kemampuan memahami orang
lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial
dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja
yang berkemampuan intelektual tinggi.
PERKEMBANGAN BAHASA
 Perkembangan
bahasa terkait dengan perkembangan
kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan
kemampuan
berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum
berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang
digunakannya juga sangat sederhana. Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada
dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak
(bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain,
meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan
merupakan cara belajar bahasa awal.
 Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum mengulang
menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara
itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah katakata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya.
Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya
membetulkan dan memperjelas.
 Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak
berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai
bersekolah. Jadi
perkembangan bahasa adalah
meningkatnya
kemampuan
penguasaan
alat
berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan,
tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan
sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan
dipahami orang lain.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
 Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang
pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan
meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan
berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan
kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi
sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ
bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan
dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan
tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara
berkomunikasi dengan baik.
 Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang
memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa.
Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan
berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan
dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan
pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok
bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial
lainnya.
 Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tandatanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik.
Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan
meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat,
kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami
atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat
dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
 Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu
menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa
anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk
dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang
berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus
sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan
bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan
tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga
berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
 Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang
cacat yang terganggu kemampuannya
untuk
berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ
suara
tidak
sempurna
akan
mengganggu
perkembangan alam berbahasa.
Pengaruh Kemampuan Berbahasa
Terhadap Kemampuan Berpikir
 Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling
mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan
mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis
dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
 Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain.
seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan
berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui
bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan
itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan
menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan
kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut
adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar.
Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan
kekurangmampuan dalam bahasa.
Perbedaan Individual dalam
Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
 Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke
dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti
dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil
peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan
bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa
sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati
dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak
terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
 Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan
IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai
IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan
dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga
bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
 Bahasa
berkembang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan
merupakan
pendukung
bagi
perkembangan
peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan
proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal
dari lingkungan yang berbeda juga akan berbedabeda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa
Remaja dan Implikasinya dalam Pendidikan
 Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi
bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Guru harus
mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa
dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
 Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan
kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa
yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini
senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan
tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
 Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan
pengembangan bahasa murid dengan menambahkan
perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara
tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran
yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah
selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih
komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan
menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
 Perkembangan bahasa yang menggunakan model
pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun
tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan
akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak
membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam
penggunaan model ini guru harus banyak
memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk
diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana
perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar,
majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di
sekolah maupun dirumah.