Kedudukan/Fungsi al-Qur`an & Hadis Nabi

Download Report

Transcript Kedudukan/Fungsi al-Qur`an & Hadis Nabi

Pendalaman Materi
al-Qur’an-Hadis

Qur’an itu makhluq
@rif-08
Kedudukan/Fungsi al-Qur’an & Hadis
Nabi


Menurut Dr. Yusuf al-Qaradlawi, al-Qur’an
dan Hadis Nabi memiliki tiga fungsi, yaitu:
sebagai sumber ajaran, sumber
pengetahuan, dan sumber sivilisasi.
Sementara itu, fungsi Hadis Nabi dalam
kaitannya dengan al-Qur’an meliputi: ta’kid,
bayan, dan tasyri’.
Al-Qur’an adalah Kitabul Insan, karena:


Menurut al-Qaradlawi, seluruh kandungan alQur’an adakalanya berbicara terhadap
manusia atau berbicara tentang manusia;
manusia adalah sasaran khithab utama alQur’an
Ajaran al-Qur’an sangat “manusiawi” karena
dalam penetapan hukumnya didasari oleh
prinsip: ‘adamul haraj, taqlil al-takalif, dan altadarruj fi al-tasyri
Lanjutan


Hampir senada dengan itu, al-Jabiri
mengemukakan tiga pilar penopang
penetapan ketentuan hukum syar’i
(berdasarkan al-Qur’an dan Hadis), yaitu:
sabab al-nuzul, al-Naskh, dan al-maqashid.
Al-Qur’an (dan Hadis Nabi), meminjam istilah
al-Qaradlawi, menjadi sumber pengetahuan
dan sivilisasi
Empat Argumen kehujahan Hadis




Keimanan (kepercayaan terhadap kerasulan
Muhammad)
Al-Qur’an
Hadis Nabi
Ijmak (kesepakatan mayoritas ulama/umat
Islam) atas keharusan mengikuti &
meneladani Nabi
Pengertian Sunah Nabi


Menurut para ahli hadis, sunah dan hadis
mempunyai pengertian sama, yaitu segala sesuatu
yang diriwayatkan bersumber dari Nabi, baik berupa
ucapan, perbuatan, ketetapan, maupun karakteristik
fisik atau moral beliau, sebelum dan sesudah
diangkat sebagai Rasul
Istilah lain yang kadang dipakai adalah khabar dan
atsar. Hanya saja kedua istilah ini mengandung
pengertian lebih luas karena mencakup apa yang
disandarkan pada Nabi, disandarkan kepada
Sahabat atau Tabi’in
Sejak awal Islam, Hadis telah memperoleh perhatian
besar umat Islam shg mendorong:



Lahirnya pelbagai disiplin ilmu tentang hadis,
semisal: ilmu al-jarh wa al-ta’dil, Ilmu nasikhil
hadis wamansukhuh, ilmu tarikhir ruwat, ilmu
ilalil hadis, dll.
Giatnya upaya periwayatan, penghafalan,
penulisan, dan pengamalan hadis
Pemfungsian hadis sbg rujukan otoritatif
(sulthah marji’iyyah)
Fungsi al-Qur’an & Hadis sbg sumber
pengetahuan


Ini ditunjukkan antara lain oleh adanya
isyarat-isyarat ilmiah al-Qur’an dan hadis
berkenaan dengan pendidikan, kesehatan,
dan prasyarat pengembangan keilmuan
Al-Qur’an dan hadis bisa menjadi sumber
insiprasi (paradigma) bagi pengembangan
keilmuan “islami”
Fungsi al-Qur’an & Hadis sbg sumber
sivilisasi


Hal ini ditunjukkan melalui preskripsi keduanya
menyangkut: fiqh hadlari dan prilaku hadlari
Terkait fiqh hadlari antara lain berupa tuntunan
keduanya: (1) pemahaman akan pentingnya
pengetahuan, (2) pemahaman akan sunah/ayat
Tuhan yg berlaku tetap dan universal, (3)
pemahaman akan maksud utama dan kemuliaan
syariat, (4) pemahaman akan arti hidup &
kehidupan, (5) penyadaran akan ultimate goal
kehidupan
Lanjutan

Sementara itu, terkait prilaku hadlari antara
lain dapat diketahui dari: (1) pengakuan arti
penting ilmu yg bermanfaat, (2) dorongan
agar setiap muslim condong pada keluhuran
akhlak, dan (3) perhatian terhadap
kebersihan, kerapian, dan keindahan
Pengakuan terhadap fungsi al-Qur’an sebagai
sumber sivilisasi menuntut adanya pemahaman yg
lebih menyeluruh


Sebagaimana kritik yang pernah dilontarkan
oleh Syekh Muhammad al-Ghazali, misalnya,
bahwa selama ini pemahaman umat Islam
terhadap al-Qur’an terlalu didominasi oleh
perspektif fiqhiyyah
Karena itu, saatnya dibutuhkan “pendekatan
baru” untuk bisa menangkap pesan al-Qur’an
secara lebih utuh dan fungsional
Mengungkap beberapa wawasan
edukatif al-Qur’an


Pandangan al-Qur’an menyangkut permasalahan
krusial yang dibutuhkan untuk keselarasan hidup
manusia, baik secara individu maupun sosial,
dengan menempatkan manusia sbg subyek yang
mengemban tugas dan tanggungjawab moralkependidikan
Dalam kaitan ini, beberapa kandungan ayat alQur’an yang akan dielaborasi adalah: Qs al-Taubah:
122, Ali Imran: 190-91, al-Tahrim: 6, dan al-Baqarah:
177
QS al-Taubah: 122
Ayat ini adalah bagian dari ayatayat al-Qur’an lainnya yg
menyinggung perintah berjihad.
Hanya saja, dalam ayat ini
disinggung pula kewajiban lain yg
tidak boleh diabaikan: tafaqquh
fiddin
Mengapa kewajiban tafaqquh fiddin
tidak boleh diabaikan?



Jihad (dalam artian berperang) hanyalah berfungsi
defensif-protektif; penyebaran Islam pada prinsipnya
perlu bertumpu pada kesanggupan mendakwahkan
Islam melalui bukti rasional, ilmiah, dan
argumentatif, bukan pada kekuatan/pedang.
Kesanggupan semacam itu bisa direalisasikan,
manakala ada penggiatan upaya tafaqquh fiddin.
Sumber dinamis Islam adalah Ijtihad (meminjam
istilah Iqbal), yakni kreativitas & kecerdasan
intelektual bernafaskan ajaran Islam. Tafaqquh fiddin
sangat dibutuhkan untuk melandasi Ijtihad tersebut.
Pesan sosial QS al-Taubah: 122


Mengandung tuntunan untuk membangun
“masyarakat belajar”, yakni masyarakat yg tetap
mempunyai kepedulian terhadap kegiatan belajar di
tengah aneka kesibukan/rutinitas kehidupan;
menjadikan belajar sbg core dalam menjalani ritme
kegiatan hidup
Mengandung pesan untuk membangun masyarakat
“agamis & kritis”, yakni masyarakat yg berkesadaran
moral tinggi demi peningkatan harkat kehidupan
manusia
QS Ali Imran: 190-191
Ayat ini merupakan wujud
“pemaduan” wawasan keilmuan
dng wawasan keimanan;
kemampuan menautkan antara
kebenaran “kealaman” dng
kebenaran “keagamaan” yg
dimiliki oleh sosok ulul albab
Dikaitkan dng sabab al-nuzul, ayat ini mengungkap
mukjizat abadi yg diberikan kpd Nabi


Ayat ini menyinggung al-qawanin almaudlu’iyyah (hukum obyektif) yg dapat
diverifikasi/dieksplorasi oleh siapapun
dimanapun & kapanpun
Secara epistemologis, kemampuan
memadukan antara wawasan keilmuan
dengan wawasan keimanan memerlukan
pendekatan tafakkur (olah pikir) dan
tadzakkur (olah dzikir)
Al-Ahkam al-Maudluiyyah bukanlah
sekedar “fakta empiris”


Dikatakan demikian, karena kebenaran yg
dikandungnya tidak hanya berupa kebenaran
empiris-logis, melainkan juga kebenaran etistransendental, yg dalam istilah falsafah kalam Ibnu
Rusyd disebutnya dng dalil ikhtira’ dan inayah
Pendekatan tafakkur hanya mengantarkan pd
penyingkapan kebenaran empiris-logis, sedangkan
pendekatan tadzakkur membimbing pd penemuan
kebenaran etis-transendentalnya
QS al-Tahrim: 6
Pentingnya kesadaran pendidikan yg
tinggi melalui upaya menumbuhkan
interaksi edukatif & tanggungjawab
resiprokal pendidikan dlm keluarga,
sehingga tugas pendidikan tidaklah
selesai dng “menitipkan” anak ke
lembaga pendidikan
Orientasi pendidikan




Keterjagaan diri dan keluarga dari siksa neraka (visi
transendental)
Bermula dari diri sendiri, keteladanan hidup
Pentingnya tindakan preventif yg perlu dilakukan
sedini mungkin dan kontineu
Jika demikian, pendidikan harus mampu membekali
insan didik dng “segala sesuatu” yg dibutuhkan
untuk memelihara diri dari azab neraka
Lanjutan


Visi ukhrawi/transendental dlm pendidikan
dibutuhkan untuk mengatasi malpraktik
pendidikan (miseducation)
Ini memang lebih menekankan pendidikan
“karakter”/mental/akhlak yg menjadi
landasan bagi pembentukan kesanggupan
menjaga diri dari azab Tuhan (ketakwaan
diri), meski aspek lainnya, semisal skill, juga
dibutuhkan untuk itu
QS al-Baqarah: 177


Keberagamaan yang benar menuntut realisasi visi
kemanusiaan dan pemberdayaan, yakni dengan
memenuhi hak-hak kaum lemah (mustadl’afin)
Setidaknya terdapat beberapa poin yg bisa
digarisbawahi dari kandungan ayat tsb, yaitu (1)
kebaikan mencakup semua jenis amal kebajikan,
tidak cuma ibadah (ritual formal), (2) pemenuhan
hak kaum lemah setara dng pemenuhan huququllah,
(3) hak-hak kaum lemah tidak hanya terbatas pada
menerima zakat