12. Wakalah,+Kafalah,+Hiwalah

Download Report

Transcript 12. Wakalah,+Kafalah,+Hiwalah

WAKALAH, KAFALAH
DAN HIWALAH
Maiza Fikri, ST, SE, M.M
[email protected]
Blog : Meiza 86
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
PENGERTIAN
• Wakalah secara etimologi berasal dari
wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan
sedangkan wakalah adalah pekerjaan
wakil (Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia,
Kashiko, 2000, hlm. 693)
• Wakalah adalah penyerahan dari
seseorang kepada orang lain untuk
mengerjakan sesuatu dimana perwakilan
tersebut berlaku selama yang mewakilkan
masih hidup (Dr. H. Hendi Suhendi, Msi, Fiqh
Muamalah, Jakarta : Rajawali Press, hlm. 233.)
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
LANDASAN SYARIAH
“dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah
kamu berada (disini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau
setengah hari”. berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa
lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu
untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia lihat
manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu
untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun.” (QS Al-Kahfi : 19)
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
DASAR HUKUM LAINNYA
•
•
•
•
•
”Berkatalah Yusuf, ” Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (QS Yusuf : 55)
“jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh
yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS AlBaqarah (2:283)
”Bahwasanya Rosululloh SAW mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshar untuk
mewakilinya untuk mengawinkan (qabul perkawinan Nabi dengan) dengan Maimunah binti
al-Harits.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa’)
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW untuk menagih hutang kepada beliau dengan
cara kasar, sehingga para sahabat berniat untuk “menanganinya”. Beliau bersabda, ‘Biarkan
ia, sebab pemilik hak berhak untuk berbicara;’ lalu sabdanya, ‘Berikanlah (bayarkanlah)
kepada orang ini unta umur setahun seperti untanya (yang dihutang itu)’. Mereka menjawab,
‘Kami tidak mendapatkannya kecuali yang lebih tua.’ Rasulullah kemudian bersabda:
‘Berikanlah kepada-nya. Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah
orang yang paling baik di dalam membayar.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
”Sesungguhnya Rosululloh SAW mengutus Assa’ah untuk memungut zakat.” (HR. AlBukhari dan Muslim)
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
RUKUN DAN SYARAT
Yang mewakilkan
(Muwakkil)
Yang mewakili
(Wakil)
 Pemilik Sah
 Mukallaf/mumayiz
• Cakap hukum
• Dapat menjalankan
tugasnya
• amanah
Ijab Qabul (Sighat)
Obyek (Taukil)
•Jelas aturan, dan proses
berakhirnya
•Jenis yang diwakilkan
 Dapat diwakilkan
 Dalam kekuasaan
 Tidak melanggar syariah
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
Fatwa No: 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah
• Pertama :
Ketentuan tentang
Wakalah:
• Pernyataan ijab dan
qabul harus
dinyatakan oleh para
pihak untuk
menunjukkan
kehendak mereka
dalam mengadakan
kontrak (akad).
• Wakalah dengan
imbalan bersifat
mengikat dan tidak
boleh dibatalkan
secara sepihak.
• Kedua : Rukun dan Syarat
Wakalah:
• 1. Syarat-syarat muwakkil
(yang mewakilkan)
–
–
Pemilik sah
Orang mukallaf atau anak
mumayyiz
• 2. Syarat-syarat wakil (yang
mewakili)
–
–
–
Cakap hukum,
Dapat mengerjakan,
amanat.
• 3. Hal-hal yang diwakilkan
–
–
–
Diketahui dengan jelas,
Tidak bertentangan
dengan syari’ah,
Dapat diwakilkan menurut
syari’ah Islam.
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
•
Ketiga :
•
Jika salah satu
pihak tidak
menunaikan
kewajibannya atau
jika terjadi
perselisihan di
antara para pihak,
maka
penyelesaiannya
dilakukan melalui
Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah
tidak tercapai
kesepakatan
melalui
musyawarah.
APLIKASI DI LKS
Letter of Credit
Transfer, Kliring
L/C Ekspor dan Impor
Transfer uang nasabah,
kliring antar bank
Transaksi Investastasi
Pembayaran Rutin
Reksadana, Sukuk, Saham,
properti, investment agency
Asuransi
Asuransi Jiwa, Kerugian,
Reasuransi
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI TIMUR TENGAH & ISLAM
Gaji, zakat, shodaqoh,
biaya rutin nasabah
lainnya
Kartu Kredit
Pembayaran merchant
KAFALAH
• Pengertian
• Dalam pengertian bahasa kafalah berarti
adh dhamman (jaminan), sedangkan
menurut pengertian syara’ kafalah adalah
proses penggabungan tanggungan kafiil
menjadi tanggungan ashiil dalam
tuntutan/permintaan dengan materi sama
atau hutang, atau barang atau pekerjaan
Menurut istilah,
Mazhab Hanafi
• Menggabungkan dzimah dengan dzimah yang lain dalam
penagihan, dengan jiwa, utang, atau zat benda.
• Menggabungkan dzimah kepada dzimah yang lain dalam pokok
(asal) utang
Mahzab Maliki
“orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi beban
serta bebannya sendiri yang disatukan, baik menanggung pekerjaan yang
sesuai (sama) maupun pekerjaan yang berbeda”
Menurut Mahzab Hambali
“iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada orang lain serta kekekalan benda
tersebut yang dibebankan atau iltizam orang yang mempunyai hak
menghadirkan dua harta (pemiliknya) kepada orang yang mempunyai hak”
Mahzab Syafi’I, al-kafalah ialah
“Akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan (beban)
yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau
menghadirkan badan oleh orang yang berhak menghadirkannya”.
• Kafalah adalah penjaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung (makful
'anhu, ashil) atau mengalihkan tanggung
jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang
lain sebagai penjamin. Pihak penjamin
bisa perorang maupun institusi tertentu.
LANDASAN HUKUM SYARIAH KAFALAH
‫ص َوا َع ْال َملِ ِك َولِ َم ْن َجا َء ِِ ِِ ِِ ْم ُُ َِ ٍِِْْ َوََنَا ِِ ِِ َز ِع ْْم‬
ُ ‫قَالُ ْوا نَ ْفقِ ُد‬
“ Penyeru – penyeru itu berkata : Kami kehilangan piala
raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan
memperoleh bahan makanan ( seberat ) beban unta dan
aku menjamin terhadapnya “ (QS. Yusuf : 72).
Menurut Ibnu Abbas kata ZAIM sama dengan KAFIL (Wahbah Az-Zuhayliy)
1
1
Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 2:
‫ان‬
ِ ‫ َوالَ تَ َِا َونُ ْوا َعلَى ْا ِإل ْث ِم َو ْال ُِ ْد َو‬،‫ َوتَ َِا َونُ ْوا َعلَى ْالبِ ٍِّ َوالتَّ ْق َوى‬.
Tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan janganlah tolong-menolong dalam
(mengerjakan) dosa dan pelanggaran.”
Memberikan jaminan kepada orang lain
Merupakan perwujudan tolong-menolong
b. Hadist
Hadis Nabi riwayat Bukhari: “Telah dihadapkan kepada
Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk disalatkan.
Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’
Sahabat menjawab, ‘Tidak’. Maka, beliau mensalatkannya.
Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun
bertanya, ‘Apakah ia mempunyai hutang?’ Sahabat menjawab.
‘Ya’. Rasulullah berkata, ‘Salatkanlah temanmu itu’ (beliau
sendiri tidak mau mensalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata,
‘Saya menjamin hutangnya, ya Rasulullah’. Maka Rasulullah pun
menshalatkan jenazah tersebut.” (HR. Bukhari dari Salamah bin
Akwa’).
Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: “Perdamaian dapat
dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan
kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.”.
Rukun dan Syarat
• Mahzab Hanafi, rukun Kafalah satu, yaitu ijab dan Kabul.
• Menurut para ulama yang lainnya
– Dhamin, kafil, atau zaim, yaitu orang yang menjamin dimana ia
disyaratkan sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan
hartanya(mahjur) dan dilakukan dengan sekehendak sendiri
– Madmun lah, yaitu orang yang berpiutang, syaratnya ialah
bahwa yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin.
Madmun lah disebut juga makful lah, madmun lah disyaratkan
dikenal oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal
tuntutan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
– Madmun ‘anhu atau makful ‘anhu adalah orang yang berutang
– Madmun bih atau makful bih adalah utang, disyaratkan pada
makful bih dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah
tetap maupun akan tetap.
– Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin, tidak
digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
FATWA DSN
NO: 11/DSN-MUI/IV/2000
• Ketentuan Umum Kafalah:
– Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad).
– Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee)
sepanjang tidak memberatkan.
– Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak.
• Kedua : Rukun dan Syarat Kafalah
:
– Pihak Penjamin (Kafiil)
• Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
• Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan
hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan kafalah tersebut.
– Pihak Orang yang berhutang (Ashiil, Makfuul ‘anhu)
– Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada
penjamin
– Dikenal oleh penjamin.
• Pihak Orang yang Berpiutang (Makfuul Lahu)
– Diketahui identitasnya.
– Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
– Berakal sehat.
• Obyek Penjaminan (Makful Bihi)
– Merupakan tanggungan pihak/orang yang berhutang, baik
berupa uang, benda, maupun pekerjaan.
– Bisa dilaksanakan oleh penjamin.
– Harus merupakan piutang mengikat (lazim), yang tidak
mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.
– Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
– Tidak bertentangan dengan syari’ah (diharamkan).
PEMBAGIAN KAFALAH
• Secara umum kafalah dibagi menjadi dua
bagian yaitu
• Kafalah dengan jiwa dikenal dengan kafalah bi alwajhi, yaitu adanya keharusan pada pihak
penjamin (al-kafil, al-dhamin atau al-za’im) untuk
menghadirkan orang yang ia tanggung kepada
yang ia janjikan tanggungan (Makfullah).
• Kafalah dengan harta, yaitu kewajiban yang harus
ditunaikan oleh dhamin atau kafil dengan
pembayaran (pemenuhan) berupa harta.
 Kafalah bil Mal : jaminan pembayaran barang
atau pelunasan hutang.
Contohnya kasus hadits Nabi Saw riwayat
Bukhari di mana Qatadah menjamin hutang
seorang sahabat.
Surat Jaminan (bank garansi) yang diberikan
bank kpd nasabah untuk keperluan :
a) pembayaran atas pembelian barang
b) atau untuk keperluan pembayaran hutang
kpd pihak ketiga /mitra kerja nasabah untuk
mengerjakan suatu proyek
c). atau pembayaran suatu jual beli dengan
batas waktu yang telah diperjanjikan.
1
8
Contoh kafalah bil mal : seorang nasabah
(jamaah masjid) mendapat pembiayaan syariah
dengan jaminan seorang tokoh.
Walaupun bank secara fisik tidak memegang
rahn (barang) apapun, tetapi bank berharap
tokoh
tersebut
dapat
mengusahakan
pembayaran ketika nasabah yang dibiayai
mengalami kesulitan atau wan prestasi
1
9
Bagian dari kafalah bil Mal
• Kafalah bit Taslim : jaminan yang diberikan
dalam rangka menjamin penyerahan atas
barang yang disewa pada saat berakhirnya
masa sewa
Contoh ; bank mengeluarkan surat jaminan
untuk nasabahnya tentang pengembalian
(penyerahan) barang sewa yang disewa
nasabah kepada perusahaan leasing
2
0
• Kafalah Munjazah : Jaminan yang diberikan
secara mutlak tanpa adanya pembatasan waktu
tertentu.
• Contoh, “Aku menjamin hutang anda sekarang”
• Aku menjamin menanggulangi pendanaan
proyek anda”
• Bank menjamin nasabahnya kepada pihak
ketiga bahwa nasabahnya pasti melaksanakan
kewajibannya dalam mengerjakan suatu proyek
2
1
 Kafalah Muqayyadah/muallaqah, yaitu kafalah
yang dibatasi waktunya, sebulan, setahun, dsb.
 Contoh : Bank menjamin nasabahnya kepada
pihak ketiga selama 3 bulan.
 Kafalah ini disebut juga Kafalah dengan Tawqit
2
2
KAFALAH
Ijab
RUKUN
KAFALAH
Pihak Penjamin
Pihak yg dijamin
Bank
Kontraktor
(Nasabah)
BENTUK-BENTUK
KAFALAH
Pihak yg berpiutang Objek
Pemilik Proyek
(i.e Pemda)
Tanggungan
(utang)
Kafalah bin Nafs
Kafalah bil Mal
Kafalah bit Taslim
Kafalah Munjazah
Kafalah Muqayyadah
2
3
APLIKASI
Perbankan Syariah
• Secara fiqih terdapat tiga macam kafalah yang dapat
diimplementasikan dalam produk perbankan syariah
yaitu:
– Kafalah bi nafs, yaitu jaminan dari diri peminjam (personal
guarantee);
– Kafalah bil maal, yaitu jaminan pembayaran hutang atau
pelunasan hutang. Aplikasinya dalam perbankan dapat
berbentuk jaminan uang muka (advance payment) atau
jaminan pembayaran (payment bond)
– Kafalah muallaqah, yaitu jaminan mutlak yang dibatasi oleh
kurun tertentu. Dalam perbankan modern hal ini dapat
diterapkan untuk jaminan pelaksanaan suatu proyek
(performance bonds) atau jaminan penawaran (bid bonds).
Abdul Ghofur Anshori, hlm 151
Aplikasi Kafalah di Bank Islam
• Dalam rangka menjalankan usahanya, seorang
pengusaha (kontraktor) sering memerlukan penjaminan
dari pihak lain melalui akad kafalah, yaitu jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (kontraktor)
atau yang ditanggung (makfuul ‘anhu, ashil)
• Bahwa untuk memenuhi kebutuhan usaha tersebut,
Bank syari’ah berkewajiban untuk menyediakan satu
skema penjaminan (kafalah) yang berdasarkan
prinsip-prinsip syar’iah;
2
5
Mekanisme dan Sistem Operasi Kafalah oleh bank sya
3
Memberikan kafalah
4
Pemda
Surat Jaminan
Bank
Diserahkan
kpd Pemda
Bank syariah
2
Ajukan
permohonan
kafalah
1
Kontraktor mendapat Tender Proyek dari Pemda. ie
Untuk membangun jembatan, jalan atau Gedung, ia harus
membuktikan ada dana sebelum dana APBD cair. Pemilik Proyek
meminta jaminan dari lembaga bank
2
6
Bank Garansi
• Bank garansi adalah penjaminan pembayaran atas
suatu kewajiban pembayaran dimana bank dapat
mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan
sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai jaminan. Atas
dana tersebut bank dapat memberlakukannya dengan
prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan imbalan atas jasa
yang diberikan.
• Penerbitan Bank Garansi (surat jaminan bank), yang
terdiri dari jaminan tender, jaminan pelaksanaan,
jaminan uang muka, dan jaminan pelaksanaan
dengan setoran minimal sebesar 10% dari nilai
jaminan yang diinginkan nasabah. Produk bank
garansi sudah merupakan produk jasa yang
ditawarkann dalam rangka untuk mendapatkan
pendapatan (fee based income).
Skema Kafalah pada Bank Garansi
Memiliki proyek
PROYEK
PEMILIK
PROYEK
1. AKAD
PROYEK
3. KIRIM BG
4. Pelaksanaan proyek
2. AKAD KAFALAH
NASABAH
(Konraktor)
PENJAMIN
PELAKSANAAN
PROYEK
Bank/Kafil
Penerbit Letter
Of Guarantee 2
8
• Overseas Transfer
• Produk overseas tansfer ini menggunakan akad
kafalah, karena bank bertindak sebagai
penjamin, sedangkan nasabah sebagai pihak
yang dijamin. Overseas transfer yaitu layanan
pengiriman uang secara same day value, cepat,
aman melintas batas karena didukung oleh
teknologi SWIFT. Hari ini valuta asing dikirim,
hari itu juga sampai di negara tujuan (berlaku
untuk AS, Kanada, dan Eropa Barat).
Kartu Kredit
Fatwa Dewan Syariah NO: 54/DSNMUI/X/2006 Tentang SYARIAH CARD
Penerbit Kartu adalah penjamin (kafil) bagi
Pemegang Kartu terhadap Merchant atas
semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul
dari transaksi antara Pemegang Kartu
dengan Merchant, dan/atau penarikan tunai
dari selain bank atau ATM bank Penerbit
Kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit
kartu dapat menerima fee (ujrah kafalah)
Kafalah pada kartu kredit
 Bank menjamin nasabah (pemegang kartu) untuk
belanja tanpa uang cash kepada pihak ketiga
(merchant)
 Karena penjaminan itu, maka bank selaku kafil
dapat mengenakan ujrah (fee) kepada nasabah
Pemegang
Kartu
3
1
• Asuransi Syariah
Akad kafalah merupakan bentuk penjaminan atau
pertanggungan yang biasa dijalankan oleh perusahaan
asuransi. Dalam hal ini, pihak penanggung adalah
perusahaan asuransi, sedangkan pihak tertanggung
adalah nasabah asuransi. Pada praktek asuransi
syariah, risiko yang ada pada pihak tertanggung disebar
keseluruh tertanggung yang lain oleh perusahaan
asuransi
Pengertian Hawalah
• Secara etimologi, hawalah berarti
pengalihan, pemindahan, perubahan warna
kulit, memikul sesuatu di atas pundak
• Sedangkan secara terminologi
• Menurut Hanafiyah, yang dimaksud dengan
hawalah adalah pemindahan kewajiban
membayar hutang dari orang yang
berhutang (al-muhil) kepada orang yang
berhutang lainnya (al-muhal’alaih)
• Menurut Malikiyah, Syafi’iyah,
Hanabilah, hawalah adalah
pemindahan atau pengalihan hak
untuk menuntut pembayaran hutang
dari satu pihak kepada pihak lain
• Jadi dapat disimpulkan bahwa
hawalah adalah akad pengalihan
hutang atau piutang dari pihak yang
berhutang atau berpiutang kepada
pihak lain yang wajib menanggung
atau menerimanya.
Konsep Dasar Hawalah
Dasar Hukum Hawalah
• Hadist
ُ ِّ‫َم ْط ُل ْال َغ ِني‬
• ‫ َفإِ َذا أ ُ ْت ِب َع أَ َح ُد ُك ْم َع َلى َملِي‬،‫ظ ْل ٌم‬
. ْ‫َف ْل َي َّت ِبع‬
• Menunda-nunda pembayaran hutang yang
dilakukan oleh orang mampu adalah suatu
kezaliman. Maka, jika seseorang di antara
kamu dialihkan hak penagihan piutangnya
(dihawalahkan) kepada pihak yang mampu,
terimalah (HR. Bukhari).
• Ijma
• Para ulama sepakat (ijma) atas
kebolehan akad hawalah
• Kaidah Fiqh
• ‫اح ُة إِالَّ أَنْ َي ُد َّل َدلِ ْي ٌل َعلَى َتحْ ِِ ْي ِم ََا‬
ِ َ‫اَألَصْ ُل فِي ْال ُم َعا َمال‬.
َ ‫ت ْاإلِ َب‬
• Artinya: Pada dasarnya, semua
bentuk muamalah boleh dilakkan
kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
Hukum Menerima Hawalah
• Menurut pengikut mazhab Hanbali, Ibnu
Jarir, Abu Tsur dan Az-Zahiriyah,
hukumnya wajib bagi muhal menerima
hiwalah berdasarkan perintah pada hadits
tersebut.
• Sedangkan menurut jumhur ulama perintah
pada hadist tersebut untuk menerima
hiwalah hukumnya sunnah, bukan wajib,
sebab mungkin saja muhal’alaih sulit
ekonomi atau sulit membayar hutang, maka
dalam hal ini ia tidak wajib menerima
hawalah, bahkan hukumnya bukan sunnah.
Rukun Hawalah
•
Menurut mazhab Hanafi, rukun hawalah hanya ijab (pernyataan
melakukan hawalah) dari pihak pertama dan kabul (pernyataan
menerima hawalah) dari pihak kedua dan ketiga
•
Sedangkan menurut jumhur ulama yang terdiri dari mazhab Maliki,
Hanbali, dan Syari’i, rukun hawalah ada enam, yaitu:
Pihak pertama adalah pihak yang berhutang dan berpiutang (muhil)
Pihak kedua adalah pihak yang berpiutang disebut sebagai (muhal)
Pihak ketiga adalah pihak yang berhutang dan berkewajiban
membayar hutang kepada muhil disebut sebagai (muhal‘alaih)
Hutang muhil kepada muhal (muhal bih 1)
Hutang muhal’alaih kepada muhil (muhal bih 2)
Ijab qabul (sighat )
•
•
•
•
•
•
Syarat Sahnya Hiwalah
Syarat bagi pihak pertama (muhil)
• Cakap dalam melakukan tindakan
hukum dalam bentuk akad, yaitu balig
dan berakal. Hawalah tidak sah jika
dilakukan oleh anak-anak meskipun
aia sudah mengerti (mumayyiz),
ataupun dilakukan oleh orang yang
gila.
• Ada pernyataan persetujuan (ridha).
Syarat bagi pihak kedua (muhal)
Cakap dalam melakukan tindakan hukum dalam
bentuk akad, yaitu balig dan berakal,
sebagaimana pihak pertama (muhil)
Mazhab Hanafi, sebagian besar mazhab Maliki
dan Syafi’i mensyaratkan ada persetujuan pihak
kedua (muhal) terhadap pihak pertama (muhil)
yang melakukan hawalah.
mazhab Hanbali tidak menetapkan persyaratan
itu kepada pihak kedua (muhal) karena mereka
berpendapat bahwa kalimat perintah pada hadis
tersebut menunjukkan bahwa hawalah itu wajib,
sehingga tidak diperlukan persetujuan dari pihak
kedua (muhal) dan pihak ketiga (muhal ‘alaih).
Syarat bagi pihak ketiga (muhal ‘alaih)
• Cakap dalam melakukan tindakan
hukum dalam bentuk akad, yaitu balig
dan berakal, sebagaimana pihak
pertama (muhil) dan pihak kedua
(muhal)
• Mazhab Hanafi mensyaratkan adanya
pernyataan persetujuan dari pihak
ketiga (muhal ‘alaih). sedangkan
mazhab Maliki, Hanbali, dan Syafi’i
tidak mensyaratkan itu.
Syarat yang diperlukan terhadap hutang yang
dialihkan (muhal bih)
Yang dialihkan itu adalah sesuatu yang sudah
berbentuk hutang-piutang yang sudah pasti. Jika
yang dialihkan itu belum merupakan hutangpiutang yang pasti, misalnya mengalihkan
piutang yang timbul akibat jual beli yang masih
berada dalam masa khiyar maka hawalah tidak
sah.
Apabila pengalihan hutang itu dalam bentuk
hawalah muqayyadah, semua ulama fiqh sepakat
bahwa baik hutang pihak pertama kepada pihak
kedua (muhal bih 1) maupun hutang pihak ketiga
terhadap pihak pertama (muhal bih 2), mestilah
sama jumlah dan kualitasnya.
Ulama dari mazhab Syafi’i menambahkan bahwa
kedua hutang itu mesti sama pula waktu jatuh
tempo pembayarannya
Jenis Hawalah
• Hawalah haqq
Hawalah haqq (pemindahan hak) terjadi
apabila yang dipindahkan itu merupakan
hak menuntut uang atau dengan kata lain
pemindahan piutang.
• Hawalah dayn
Hawalah dayn (pemindahan hutang) terjadi
jika yang dipindahkan itu kewajiban untuk
membayar hutang.
Ditinjau dari sisi lain
• Hawalah muqayyadah
Hawalah muqayyadah (pemindahan bersyarat)
adalah pemindahan sebagai ganti dari
pembayaran hutang pihak pertama (muhil) kepada
pihak kedua (muhal).
• Hawalah mutlaqah
Hawalah mutlaqah (pemindahan mutlak) adalah
pemindahan hutang yang tidak ditegaskan sebagai
ganti pembayaran hutang pihak pertama (muhil)
kepada pihak kedua (muhal).
Hawalah Muqayyadah
Perubahan Konsep Hiwalah dari
Fiqh Klasik ke Modern
Akibat Hukum
 Jumhur ulama berpendapat bahwa kewajiban pihak pertama
(muhil) untuk membayar hutang kepada pihak kedua (muhal)
secara otomatis menjadi terlepas. Sedangkan menurut
sebagian ulama mazhab Hanafi, antara lain Kamal ibn alHummam, kewajiban itu masih tetap ada selama pihak ketiga
(muhal ‘alaih) belum melunasi hutangnya kepada pihak kedua
(muhal), karena mereka memandang bahwa akad itu
didasarkan atas prinsip saling percaya bukan prinsip
pengalihan hak dan kewajiban.
 Akad hawalah menyebabkan lahirnya hak bagi pihak kedua
(muhal) untuk menuntut pembayaran hutang kepadapihak
ketiga (muhal ‘alaih).
 Mazhab Hanafi yang membenarkan terjadinya hawalah
mutlaqah berpendapat, jika akad hawalah mutlaqah terjadi
karena inisiatif pihak pertama (muhil), maka hak dan
kewajiban antara pihak pertama (muhil) dan pihak ketiga
(muhal) yang mereka tentukan ketika melakukan akad
hutang-piutang sebelumya masih tetap berlaku, khususnya
jika jumlah hutang piutang antara pihak tidak sama.
Berakhir Akad Hawalah
Salah satu pihak yang melakukan akan itu
memfasakh (membatalkan) akad hawalah
Pihak ketiga (muhal ‘alaih) melunasi hutang yang
dialihkan itu pada pihak kedua (muhal).
Apabila pihak kedua (muhal) wafat, sedangkan
pihak ketiga (muhal ‘alaih) merupakan ahli waris
yang mewarisi harta pihak kedua (muhal).
Pihak kedua (muhal) menghibahkan atau
menyedekahkan harta yang merupakan hutang
dalam akad hawalah itu kepada pihak ketiga
(muhal ‘alaih).
Pihak kedua (muhal) membebaskan pihak ketiga
(muhal ‘alaih) dari kewajibannya untuk membayar
hutang yang dialihkan itu.
• Hak pihak kedua (muhal) menurut
mazhab Hanafi, tidak dapat dipenuhi
karena at-tawa yaitu pihak ketiga
(muhal ‘alaih) mengalami muflis
(bangkrut) atau wafat dalam keadaan
muflis atau dalam keadaan tidak ada
bukti otentik tentang akad hawalah,
pihak ketiga (muhal ‘alaih)
mengingkari itu.
mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali,
selama akad hawalah sudah berlaku
tetap, karena syarat yang ditetapkan
Fatwa DSN
• Fatwa DSN-MUI No. 12/DSNMUI/IV/2000 tentang Hawalah
• FATWA DSN-MUI No. 34/DSNMUI/IX/2002 tentang Letter of Credit
(L/C) Impor Syariah
• Fatwa DSN-MUI No. 58/DSNMUI/V/2007 tentang Hawalah bil
Ujrah
Aplikasi di Bank Syariah
Anjak Piutang/Factoring
Hawalah pada L/C Impor Syariah
Manfaat Hiwalah
 Tersedianya dana cepat dan segar bagi muhal, sehingga ia
dapat memperlancarkan produksi/kegiatan bisnisnya
 Penyelesaian hutang piutang dapat berjalan lebih cepat dan
simultan. Sehingga proses pembaran hutang piutang tidak
lama tertunda, karena menunda-nunda pembayaran bagi
yang mampu adalah kezaliman.
 Sebagai fee based income bagi perbankan syariah/LKS
syariah
 Pelaksanaan suatu proyek dapat terlaksana (tidak harus lama
tertunda) oleh kontraktor, disebabkan adanya produk hiwalah
sehingga ia tak harus membayar supplier secara tunai.
 Importir tidak mengalami default (gagal bayar) pada eksportir
sehingga memperlancar kegiatan ekspor impor