Siapa Bilang Rokok Haram? - My Salafy

Download Report

Transcript Siapa Bilang Rokok Haram? - My Salafy

Siapa Bilang Rokok Haram?
Siapa Bilang Rokok Haram?
Soal Pertama: Hukum Shoalat di Belakang Perokok
Soal Kedua: Hukum Penjual Rokok
Soal Ketiga: Hukum Menjual Rokok karena Perintah Orang Tua
Soal Keempat: Hukum Menanam Tembakau
Soal Kelima: Wajib Bertaubat dari Rokok
Bersumber dari:
http://almakassari.com/artikel-islam/fiqh/siapa-bilang-rokok-haram.html
Microsoft PowerPoint By [email protected]
Siapa Bilang Rokok Haram?
Rokok adalah barang sial yang banyak
menjangkiti kebanyakan kaum muslimin,
apalagi orang-orang kafir. Barang ini betulbetul mencekoki otak para pecandunya.
Ketika dinasihati bahwa rokok itu haram!
Mereka akan menyatakan, "Siapa bilang
rokok haram!!"
1
Menjawab pernyataan ini, kami tegaskan bahwa
rokok telah diharamkan oleh para ulama
besar kita berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah.Keharaman ini umum mencakup
laki-laki, maupun wanita, orang besar atau
anak kecil!!! Haramnya rokok telah diketahui
secara aksiomatik oleh semua orang sampai
semua dokter, perusahaan rokok, pemerintah,
bahkan semua orang yang berakal sehat ikut
mengharamkannya.
2
Adapun para pecandu rokok yang
ditunggangi dan dibutakan oleh hawa
nafsunya, maka mereka ini tak perlu
ditoleh ucapannya dalam menghalalkan
rokok. Tapi tolehlah fatwa-fatwa dan
pernyataan ulama dan orang-orang yang
berakal sehat.
3
Buletin Mungil At-Tauhid kali ini akan
menyodorkan beberapa fatwa ilmiah kepada
pembaca budiman agar menjadi ibroh
(pelajaran); fatwa ini berisi pernyataan
haramnya rokok. Para ulama yang kami
akan nukilkan fatwanya adalah para ulama
terpercaya, tidak terseret hawa nafsu, dan
tidak segan menyatakan kebenaran,
walaupun banyak yang tersinggung.
4
Pembaca yang budiman, para ulama kita di
Timur Tengah telah lama menyatakan
haramnya rokok, jauh sebelum para dokter
"mengharamkannya".
Sebagian penanya pernah melayangkan
pertanyaan kepada ulama besar kita di
Timur Tengah yang tergabung dalam "AlLajnah Ad-Da’imah" (Lembaga Fatwa).
5
Soal Pertama: Hukum Shoalat di
Belakang Perokok
Suatu fenomena yang sering kita jumpai di
lapangan, adanya sebagian imam yang
biasa memimpin kaum muslimin dalam
mendirikan sholat. Padahal ia adalah
seorang yang tercandu rokok. Hal ini
pernah ditanyakan oleh sebagian kaum
muslimin kepada para ulama tentang sikap
kita.
6
Seorang penanya berkata, "Bolehkah
sholat di belakang seorang imam yang
suka merokok. Perlu diketahui bahwa
imam ini bukan imam tetap, bahkan ia
hanya memimpin sholat jama’ah, karena
Cuma ia yang pintar membaca Al-Qur’an
di antara jama’ah yang ada di sekitar
masjid?"
7
Para ulama tersebut menjawab, "Merokok adalah
haram, karena telah terbukti bahwa
membahayakan kesehatan, dan termasuk
sesuatu yang khobits (buruk lagi menjijikkan),
serta bentuk pemborosan. Allah sungguh telah
menyifati Nabi-Nya –Shollallahu alaihi wa sallam"…dan menghalalkan bagi mereka segala yang
baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk…". (QS. Al-A’raaf: 157)
8
Adapun hukum sholat di belakang; jika
karena seorang tidak sholat di
belakangnya lalu menimbulkan luputnya
sholat jumat atau sholat jama’ah atau
muncul masalah (antara jama’ah), maka
wajib sholat di belakangnya, demi
mendahulukan mudhorot yang lebih ringan
atas mudhorot yang lebih besar.
9
Jika ada sebagian orang yang tidak sholat di
belakangnya , sedang ia tidak khawatir
luputnya sholat jumat atau jama’ah atau tidak
muncul mudhorot (masalah dan perseteruan),
tapi mengakibatkan tercegah dan berhentinya
ia merokok, maka wajib untuk tidak sholat di
belakangnya sebagai kecaman baginya dan
dorongan baginya dalam meninggalkan sesuatu
yang diharamkan baginya (yakni, merokok).
10
Demikian itu termasuk bagi mengingkari
kemungkaran. Jika kita meninggalkan sholat di
belakang, tidak menimbulkan mudhorot, tidak
luput dari sholat jumat dan jama’ah, serta tidak
bergeming dengan hal itu, maka sikap paling
utama, memilih sholat di belakang orang yang
tidak serupa dengannya dalam hal kefasikan
dan maksiat. Demikian itu lebih sempurna bagi
sholatnya, dan lebih menjaga agamanya.
Wabillahit taufiq, wa shollallahu ala Nabiyyina wa alihi wa shohbihi wa sallam". [Lihat Fatawa AlLajnah Ad-Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta' (9/408-409)]
11
Soal Kedua: Hukum Penjual Rokok
Sebagian kaum muslimin yang memiliki profesi
dagang, biasa menjual rokok, karena banyaknya
keuntungan yang bisa diraup dari hasil penjualan,
apalagi jika ada diskon dari perusahaan rokok.
Sekarang ada baiknya kita mendengarkan seorang
penanya berkata, "Apa hukum Islam tentang orang
menjual rokok yang dijual karena adanya
keringanan (diskon) dari arah perusahaan rokok?"
12
Para ulama’ Al-Lajnah Ad-Da’imah
menjawab, "Merokok adalah haram;
menanam tembakau adalah haram;
berdagang rokok adalah haram, karena
pada rokok terdapat bahaya besar. Sungguh
telah diriwayatkan dalam sebuah hadits,
‫ض َرا َر‬
َ َ ‫ال‬
ِ َ ‫ض َر َر َوال‬
"Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan
orang lain". [HR. Ibnu Majah (2341)]
13
Rokok juga termasuk khoba’its (sesuatu
yang busuk, jelek lagi menjijikkan).
Sunnguh Allah -Ta’ala- telah berfirman
tentang sifat Nabi –Shollallahu alaihi wa
sallam-,
"…dan menghalalkan bagi mereka segala
yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk…". (QS. Al-A’raaf: 157)
14
Allah –Subhanahu- berfirman,
"Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah
yang dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah:
"Dihalalkan bagimu yang baik-baik". Al-Ayat
(QS. Al-Maa’idah: 4) [Lihat Fatawa AlLajnah Ad-Da'imah lil Buhuts AlIlmiyyah wa Al-Ifta' (15/85-86)]
15
Soal Ketiga: Hukum Menjual Rokok
karena Perintah Orang Tua
Terkadang ada sebagian orang telah mengenal
haramnya merokok dan menjual rokok. Namun
ia bingung ketika ia diperintahkan oleh orang
tuanya untuk menjual barang haram itu. Dia
bingung, apakah ia mentaati Allah dan
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallamataukah ia mentaati orang tuanya?!
16
Seorang penanya pernah bertanya tentang
menjual rokok karena adanya perintah dari
orang tua. Apakah hal itu adalah udzur
baginya?
17
Para ulama dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah menjawab,
"Merokok adalah haram, jual-beli rokok adalah
haram, walaupun hal itu terjadi atas perintah dari
orang tua atau selainnya, karena adanya hadits
dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bahwa
beliau bersabda,
َ ‫ع‬
َ ‫ه‬
َ ‫ال َ طَا‬
‫ل‬
ِ َّ‫ة الل‬
ِ َ‫صي‬
ِ ‫م ْع‬
َ ‫و‬
َ ‫ع َّز‬
َ ‫ق فِي‬
َ ِ‫ة ل‬
َّ ‫ج‬
ٍ ‫مخْ لُو‬
"Sama sekali tak ada ketaatan kepada seorang
makhluk dalam bermaksiat kepada Yang Maha
Pencipta -Azza wa Jalla-". [HR. Ahmad dalam AlMusnad (1041)]
18
Beliau juga bersabda,
‫ف‬
ِ ‫م ْع ُرو‬
َ ‫ما الطَّاعَ ةُ فِي ا ْل‬
َ َّ ‫إِن‬
"Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang
ma’ruf". (HR. Al-Bukhoriy & Muslim) [Lihat
Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah lil Buhuts
Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta' (15/113)]
19
Soal Keempat: Hukum Menanam
Tembakau
Diantara sebab utama banyaknya produksi,
karena adanya ta’awun (kerja sama) antara
pedagang dengan petani tembakau. Para
petani itu terkadang merasa bahwa ia tidak
terkena dosa jika ia menanam tembakau.
Sebab ia beralasan bahwa bukan mereka yang
membuat rokok, tapi para pemilik perusahaan
rokok.
20
Benarkah para petani tidak terkena dosa;
dalam artian bahwa pekerjaannya tidak
haram??! Kini ada baiknya kita simak
seorang penanya pernah berkata,
"Bagaimana hukum Islam tentang tentang
menanam tembakau dan harta yang
dikumpulkan oleh para petani tembakau
dari hasil penjualan tembakau tersebut?"
21
Para ulama dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah menjawab,
"Tidak boleh menanam tembakau, menjual, dan
menggunakannya, karena rokok haram dari beberapa
sisi; karena beberapa madhorot (bahaya)nya yang besar
dari sisi kesehatan, karena keburukannya, tidak ada
faedahnya. Wajib bagi seorang muslim untuk
meninggalkannya, menjauhinya, tidak menanamnya dan
tidak pula memperdagangkannya, karena jika Allah
mengharamkan sesuatu, maka Dia mengharamkan
harganya, Wallahu A’lam". [Lihat Fatawa Al-Lajnah AdDa'imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta' (15/120)]
22
Soal Kelima: Wajib Bertaubat dari
Rokok
Ada diantara kita yang menyangka bahwa
merokok bukan dosa sehingga ia
menyangka bahwa dirinya tak perlu
bertaubat dari perbuatannya tersebut.
23
Tapi demikiankah halnya. Biar anda tahu tingkat
kekeliruan sangkaan batil itu, dengar Seorang
penanya berkata, "Bagaimana hukum syari’at
tentang penjual rokok dengan berbagai macam
jenisnya? Saya adalah seorang perokok; saat aku
mendengarkan tukang adzan, maka aku masuk
masjid. Apakah wajib bagiku mengulangi wudhu’
ataukah berkumur-kumur cukup bagiku? Aku
sebenarnya tahu bahwa rokok menyebabkan
berbagai macam penyakit".
24
Para ulama besar dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah yang
diketuai oleh Syaikh Abdul bin Baaz memberikan jawaban,
"Haram menjual rokok, karena keburukannya, dan
bahayanya yang banyak. Sedang si perokok dianggap fasiq.
Tidak wajib mengulangi wudhu’ karena merokok. Tapi
disyari’atkan baginya menghilangkan bau yang tak sedap
dari mulutnya dengan sesuatu yang bisa
menghilangkannya; di samping ia wajib segera bertaubat
kepada Allah dari rokok. Wabillahit taufiq wa shollallahu ala
Nabiyyina wa alihi wa shohbihi wa sallam". [Lihat Fatawa
Al-Lajnah Ad-Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wa AlIfta' (15/114)]
25
Inilah beberapa buah petikan fatwa ilmiah dari
para ulama besar kita di zaman ini. Mereka
menjelaskan haramnya merokok, menjual
rokok, menanam tembakau, dan segala hal
yang mendukung perbuatan maksiat ini, yakni
merokok. Sedang Allah -Ta’ala- melarang kita
bekerjasama dan tolong-menolong dalam dosa
dan permusuhan dalam firman-Nya,
"Dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah". (QS. AlMaa’idah: 2)
Faedah : Sebagian orang terkadang berceloteh
bahwa rokok tidak haram sebab tidak ada kata
"rokok" dan larangannya dalam Al-Qur’an
sehingga mereka menyangka bahwa merokok
tidak diharamkan. Padahal sebenarnya banyak
dalil-dalil dalam Al-’Qur’an yang mengandung
kaedah-kaedah yang memastikan haramnya
rokok. Tapi kedangkalan ilmu orang-orang yang
berusaha menghalalkan rokok, menyebabkan
mereka tidak dapat menemukan dalil-dalil
tersebut.
Hal ini mengingatkan kami dengan sebuah kisah dari Masruq bin
Al-Ajda’ saat ia berkata, " Ada seorang wanita yang pernah
datang kepada Ibnu Mas’ud seraya berkata, "Aku telah dikabari
bahwa Anda melarang wanita dari menyambung rambut (memakai
rambut palsu)? Ibnu Mas’ud menjawab, "Benar". Wanita itu
bertanya, "Apakah hal itu Anda dapatkan dalam Kitabullah ataukah
Anda pernah mendengarnya dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa
sallam-. Ibnu Mas’ud berkata, "Aku telah mendapatkannya dalam
Kitabullah dan dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Wanita itu berkata, "Demi Allah, sungguh aku telah membolakbalik diantara dua lembar (cover) mushaf, tapi aku tak
menemukan di dalamnya sesuatu yang anda nyatakan". Ibnu
Mas’ud berkata, "Apakah engkau menemukan (s ebuah ayat) di
dalam mushaf (yang berbunyi):
"Apa saja yang didatangkan oleh Rasul kepadamu,
maka terimalah,. dan apa saja yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah". (QS. Al-Hasyr: 7)
Wanita itu menjawab, "Ya". [HR. Ahmad (3749).
Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ghoyah Al-
Marom (93)]
Memakai rambut palsu tak ada dalil yang
mengandung lafazh larangannya dalam
Kitabullah, tapi dalil-dalil yang melarang hal
tersebut secara tersirat terdapat dalam
Kitabullah, sebab menyambung rambut alias
menggunakan rambut palsu termasuk bentuk
penipuan dan kedustaan. Sedang larangan
berdusta dan menipu banyak di dalam AlQur’an. Demikian pula rokok, memang tak
ada kata dan lafazh "rokok" dalam Al-Qur’an.
Tapi larangan tersebut sebenarnya ada secara
tersirat, sebab rokok termasuk perbuatan tabdzir
(menghambur harta), membahayakan diri,
mengganggu orang lain, menzholimi diri dan orang
lain, suatu sebab besar orang mengidap penyakit,
bahkan penyebab kematian!! Bukankah di dalam AlQur’an terdapat larangan tabdzir, membahayakan
diri, mengganggu orang lain, menzholimi diri dan
orang lain, membunuh diri sendiri?! Jawabnya,
"Jelas ada!!". Jadi, nyatalah keharaman rokok
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 110 Tahun II.
Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus
Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto
Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu
Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri
Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu
Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk
berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary
(085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)
Di Buat Agar Mudah Di Baca
Download PowerPoit Ini di
http://mysalafy.wordpress.com
Sumber Artikel ini bisa di lihat di
http://almakassari.com/artikelislam/fiqh/siapa-bilang-rokokharam.html