Presentation1

Download Report

Transcript Presentation1

Siti Arofah
(13131002)
Fransisca Dwi Listiani (13131008)

Teori belajar Koneksionisme ( Edward Lee
Thorndike)
Belajar dapat terjadi dengan terbentuknya
hubungan, atau ikatan, atau bond, atau
koneksi yang kuat antara stimulus dan
respons. Untuk itu perlu adanya kemampuan
memilih respons yang tepat, serta usahausaha atau percobaa-percobaan (trials) dan
kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
1.
Hukum Kesiapan ( The Law of Readiness ),yaitu semakin siap
suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2.
Hukum Latihan ( The law of exercise), yaitu semakin sering
tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.
3.
Hukum akibat ( The law of effect), yaitu hubungan stimulus
respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan
dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan
“Multiple respons” atau reaksi yang bevariasi
merupakan langkah permulaan dalam proses
belajar. Melalui proses “trial and error”
seseorang akan melakukan bermacam-macam
respons sebelum memperoleh respons yang tepat
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Sikap ( set atau attitude )  proses belajar
individu dapat berlangsung dengan baik, lancar,
bila situasi menyenangkan, dan terganggu bila
situasi tidak menyenangkan.
a.
c. Prinsip aktivitas berat sebelah ( partial activity/
prepotensi of elements)  bahwa manusia memberikan
respons hanya pada aspek tertentu sesuai dengan
persepsinya dari keseluruhan situasi (respons selektif).
Dengan demikian, orang dapat memberi respons yang
berbeda pada stimulus yang sama.
d. “Response by analogy”  Hukum ini mengatakan bahwa
individu dalam melakukan respon pada situasi yang
belum pernah dialami karena individu sesungguhnya
dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami
dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi
transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal
ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka
transfer akan makin mudah.
e. Perpindahan asosiasi (Associative Shifting) 
adalah proses peralihan suatu situasi yang
telah dikenal ke situasi yang belum dikenal
secara bertahap, dengan cara ditambahannya
sedikit demi sedikit unsur-unsur baru dan
membuang unsur-unsur lama sedikit demi
sedikit yang menyebabkan suatu respons
dipindahkan dari situasi yang sudah dikenal ke
situasi lain yang baru sama sekali.
Hukum latihan ditinggalkan, karena ditemukan
bila pengulangan saja tidak cukup untuk
memperkuat hubungan stimulus dengan respons,
demikian pula tanpa ulangan belum tentu
melemahkan hubungan stimulus-respons.
 Hukum akibat direvisi, bila hadiah akan
meningkatkan hubungan stimulus-respons, tetapi
hukuman tidak mengakibatkan efek apa-apa.
 Belongingness, syarat utama bagi terjadinya
hubungan stimulus-respons bukannya kedekatan,
tetapi adanya saling sesuai antara kedua hal
tersebut.
 Spread of effect, akibat dari suatu perbuatan
dapat menular


Classical Conditioning (Ivan Petrovich Parlov
1849-1936)
Disebut Classic karena merupakan penemuan
bersejarah dalam bidang psikologi,
sedangakan Conditioning adalah suatu bentuk
belajar yang memungkinkan organisme
memberikan respon terhadap suatu rangsang
yang sebelumnya tidak menimbulkan respon
itu. Jadi Classical Conditioning sebagai
pembentuk tingkah laku melalui proses
persyaratan (conditioning process).

Pavlov melakukan beberapa eksperimen
menggunakan seekor anjing yang telah dioperasi
kelenjar ludahnya, untuk pengukuran sekresi
ludah, dibiarkan lapar terlebih dahulu; setelah itu
bel dibunyikan, anjing benar-benar mendengarkan
bel tersebut. Setelah bel berbunyi selama 30 detik
makanan diberikan, maka terjadilah refleks
pengeluaran air liur. Dari eksperimen Pavlov
setelah pengkondisian atau pembiasaan dpat
diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami
dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus
yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan
ternyata air liur anjing keluar sebagai respon
yang dikondisikan.
Teori Operant Conditioning (Burrhus Frederic
Skinner)
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa
pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru
melalui pengulangan dan latihan.

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha
untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses
penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku
yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun
pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning
adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.
Hasil belajar harus segera diberitahukan, jangan
ditunda. Harus segera diberi feed back. Jika salah
dibetulkan, jika betul diberi reinforcement.
 Tidak menggunakan hukuman dalam pendidikan.
 Hadiah diberikan kadang-kadang, apabila perlu.
 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar.
 Bahan pengajaran terprogram secara linier, yaitu
sistem modul.
 Sangat mementingkan shaping, yaitu pengarahan
agar mencapai tujuan.
 Tingkah laku yang diinginkan , dianalisis kecilkecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
