Transcript Pertemuan 1

Ilmu Usaha tani
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Definisi Usahatani dan Ilmu Usahatan
1.2.Gambaran Usahatani di Indonesia
1.3.Kaitan Usahatani dengan Agribisnis
1.4.Klasifikasi Usahatani
1.5.Pertanian Rakyat dan Perusahaan Pertanian
Referensi
Bab 2. Sejarah Perkembangan Usahatani
2.1. Sejarah perkembangan usahatani di Indonesia
2.2. Sejarah perkembangan usahatani beberapa propinsi di Indonesia
a. Aceh Darussalam
b. Bengkulu
c. Lampung
d. Karawang Jawa Barat
e. Daerah Istimewa Yogjakarta
f. Lombok Bali
g. Sulawesi Utara
h. Sulawesi Tengah
Referensi
Bab 3. Unsur-unsur Pokok Usahatani
3.1. Tanah
3.2. Tenaga Kerja
3.3. Modal
3.4. Manajemen
3.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Usahatani
Referensi
Bab 4. Penelitian Usahatani
4.1. Pentingnya Penelitian Usahatani
4.2. Kebutuhan dan Kegunaan Penelitian Usahatani
4.3. Pendekatan terhadap Penelitian Usahatani
4.4. Tahapan Penelitian Usahatani
4.5. Sumber-sumber Data dan Cara Pengumpulan Data
4.6. Metode penelitian
Referensi
Bab V. Perencanaan dan Resiko Usahatani
5.1. Perencanaan Usahatani
5.2. Resiko Usahatani
Referensi
Bab VI. Macam-macam alat analisa
6.1. Analisa Data Sederhana
6.2. Analisa biaya, penerimaan dan keuntungan
6.3. Analisa dengan Linear Programming
6.4. Analisa Efisiensi
6.5. Analisa Regresi
6.6. Analisa Finansial
6.7. Analisa Ekonomis
6.8. Analisa Anggaran Parsial
Referensi
BAB 1
PERTEMUAN KE - 1
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Definisi Usahatani dan Ilmu Usahatan
1.2.Gambaran Usahatani di Indonesia
1.3.Kaitan Usahatani dengan Agribisnis
1.4.Klasifikasi Usahatani
1.5.Pertanian Rakyat dan Perusahaan Pertanian
Referensi
1.1. DEFINISI USAHATANI DAN ILMU USAHATANI
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan
permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri
atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha
dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.
Menurut Mosher (1968) usahatani adalah:
suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan
seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang
digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang
dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas
tanah itu dan sebagainya .
Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga
kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu
di lapangan pertanian.
Dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani
adalah ilmu terapan yang membahas atau
mempelajari bagaimana menggunakan
sumberdaya secara efisien dan efektif pada
suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil
maksimal. Sumber daya itu adalah lahan,
tenaga kerja, modal dan manajemen.
1.2. GAMBARAN USAHATANI DI INDONESIA
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang
rendah
Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten
Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya
Soekartawi, 1986 pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979,
menetapkan bahwa petani kecil adalah :
Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per
kapita per tahun.
Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di
Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal
maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.
Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Kesulitan utama dalam menganalisis perekonomian
rumah tangga tani di negara berkembang seperti
Indonesia karena:
a.
Sifat dwifungsinya : produksi dan konsumsi yang kadang tidak terpisahkan.
b.
kuatnya peranan desa sebagai unit organisasi sosial dan perekonomian.
Menurut Tohir (1983) ,Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani
dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah pertumbuhan dan
perkembangan usaha tani, yaitu:
A.
Usaha pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat
padanya, usaha tani digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis
b. Usaha tani yang memiliki dasar ekonomis-sosialis-komunistis
c. Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis
B.
Tingkat pertumbuhan usaha tani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan
tanah:
a. Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara
dicangkul (dipacul).
b. Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara
membajak
C.
D.
Berdasarkan kekuasaan badan-badan usaha tani dalam masyarkat atas
besar kecilnya kekuasaan, maka usaha tani dapat kita golongkan sebagai
berikut:
a.
Suku sebagai pengusaha atau yang berkuasa dalam pengelolaan
usaha tani
b.
Suku sudah banyak kehilangan kekuasaannya dan perseorangan
nampak mulai memegang peranan dalam pengelolan usaha taninya.
c.
Desa, marga, atau negari sebagai pengusaha usaha tani atau masih
memiliki pengaruh dalam pengelolaan usaha tani.
d.
Famili sebagai pengusaha atau masih memiliki pengaruh dalam
pengelolaan usaha tani.
e.
Perseorangan sebagai pengusaha tani
f.
Persekutuan adat sebagai pengusaha atau sebagai pembina usaha tani
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani dapat dilihat dari (a)
kedudukan struktural atau fungsi dari petani dalam usaha tani dan (b)
kedudukan sosial ekonomi dari petani dalam masyarakat
1.3. KAITAN USAHATANI DENGAN AGRIBISNIS
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai pengadaan saprodi, produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran dihasilkan usahatani atau hasil olahannya.
Tata niaga
penunjang:
-dalam negeri
-luar negeri
Distribusi
Lembaga
Penunjang :
-Bank
-Koper
asi
-Lembaga
Pendidikan
-Angkutan
-Pasar
-Pasca Panen
-dll
Penyimpanan
Pengolahan
Usahatani :
o Skala besar
o Skala kecil
Pangan
Sayuran
Bunga
Perkebunan
Ternak Ikan
Pengadaan dan Penyaluran Saprodi
- Bibit
- Benih
Pupuk
- Pestisida
- Obat-obatan
Mesin
pertanian
Bahan
bakar
Kredit
Dll.
Diagram Keterkaitan antara Usahatani dengan Agribisnis
1.4. KLASIFIKASI USAHATANI
a.
Pola usahatani
•
•
•
•
•
b.
Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah ,lahan
kering. Ada beberapa sawah yang irigasinya dipengaruhi oleh sifat
pengairannya, yaitu :
Sawah dengan pengairan tehnis
Sawah dengan pengairan setengah tehnis
Sawah dengan pengairan sederhana
Sawah dengan pengairan tadah hujan
Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai
Tipe usahatani
Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada
macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.
a.
Macam tipe usahatani :
•
Usahatani padi
•
Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)
b.
Cara penyusunan tanaman:

Usahatani Monokultur:
Satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu lahan.
Pola ini idak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada
Lahan Yang sama. Pola tanam monokultur banyak dilakukan
Petani sayuran yang memiliki lahan khusus. Jarang yang
melakukannya di lahan yang sempit.

Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari
dua atau lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan
Menurut Suryanto (1990) dan Tono (1991) bahwa prinsip
tumpangsari lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya :
» Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman
atau lebih mempunyai umur yang tidak sama
» Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur
yang hampir sama, sebaiknya fase pertumbuhannya
berbeda.
» Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan
unsur hara.
» Tanaman mempunyai perbedaan perakaran.

c.
Menurut Santoso (1990), beberapa keuntungan dari tumpangsari adalah
sebagai berikut :
•
Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga
pertanian
•
Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan pemeliharaan
tanaman.
•
Meningkatkan produktifitas tanah sekaligus memperbaiki sifat tanah.
Usahatani bergilir/tumpang gilir
Struktur usahatani
Struktur usahatani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan.
Cara pengusahaan dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus
(berganti-ganti lahan atau varietas tanaman) dan campuran (2 jenis atau
lebih varietas tanaman, misal tumpangsari dan tumpang gilir). Ada pula
yang disebut dengan “Mix Farming” yaitu manakala pilihannya antara dua
komoditi yang berbeda polanya, misalnya hortikultura dan sapi perah.
Pemilihan khusus atau tidak khusus ditentukan oleh :
–
Kondisi lahan
–
Musim/iklim setempat
–
Pengairan
–
Kemiringan lahan
–
Kedalaman lahan
d.
e.
Corak usahatani
Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usahatani yang
ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara lain :
–
Nilai umum, sikap dan motivasi
–
Tujuan produksi
–
Pengambilan keputusan
–
Tingkat teknologi
–
Derajat komersialisasi dari produksi usahatani
–
Derajat komersialisasi dari input usahatani
–
Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
–
Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat
–
Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani
–
Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat
ekonomi
Bentuk usahatani
Bentuk usahatani di bedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani,
yaitu :
–
Perorangan
Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya
juga akan ditentukan oleh seseorang
–
Kooperatif
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan
dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor yang lain.