Paparan Proyeksi Pendapatan dan Kebijakan Penganggaran

Download Report

Transcript Paparan Proyeksi Pendapatan dan Kebijakan Penganggaran

SINKRONISASI
UU PAKET PENGELOLAAN KEUANGAN
UU 25/2004
PP
UU 17/2003
PP
UU 1/2004
UU 15/2004
PP
UU 33/2004
PP
PERMENDAGRI 13/2006
UU 32/2004
Pasal 222
Pasal 237
PP 58/2005
Omnibus
Regulation
PERMENDAGRI 59/2007
PERMENDAGRI 55/2008
PERMENDAGRI 37/2012
Pemerintahan
Daerah
PERDA 4 Th 2007
PERDA 11 Th 2008
SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD & APBN
(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004)
RPJM
RPJMD
5 tahun
5 tahun
Renstra
SKPD
5 tahun
1 tahun
1 tahun
Renja
SKPD
1 tahun
RKPD
RKP
1 tahun
KUA
PPAS
NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN
DPRD DGN KDH
RKA-SKPD
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD
TAPD
RAPERDA
APBD
1 tahun
Dibahas
bersama
DPRD
ANATOMI BELANJA APBD
MELIPUTI :

BELANJA YG DIARAHKAN (EARMARK)

BELANJA YANG BERSIFAT MENGIKAT/WAJIB

BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA
SESUAI AMANAT PER UU

BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM

BELANJA LAINNYA
BELANJA YG DIARAHKAN
(EARMARK)
BELANJA YANG BERSIFAT
MENGIKAT/WAJIB :
 DAK

BELANJA PEGAWAI
 DBH - DR

 DBH CUKAI HASIL
TEMBAKAU
KEPERLUAN KANTOR SEHARI
HARI (LAYANAN DAYA DAN ATK)

BELANJA PEMILUKADA
 DANA OTSUS (Untuk Program)

BELANJA BUNGA
 DANA BOS

KEGIATAN DPA - L

DUKUNGAN PROGRAM
PRIORITAS NASIONAL (A.L. DANA
PENDAMPING DAK, DDUB PNPM
dan e-KTP)
 DANA INSENTIF DAERAH
(DID)
 DANA PENYESUAIAN (Tunj.
Fungsional, Tambahan Penghasilan
Guru PNS, Sertifikasi Guru)
 BANTUAN KEUANGAN YG
BERSIFAT KHUSUS
BELANJA YG DIARAHKAN DARI SUMBER PENDAPATANNYA
(EARMARK)
PENDAPATAN
 DAK
DASAR HUKUM
PMK 209/PMK.07/2012
 DBH - DR
PMK 02/PMK.07/2012
 DBH CUKAI HASIL
TEMBAKAU
PMK 46/PMK.07/2012
 DANA OTSUS (Untuk Program)
 DANA BOS
 DANA INSENTIF DAERAH
(DID)
 DANA PENYESUAIAN (Tunj.
Fungsional, Tambahan Penghasilan
Guru PNS, Sertifikasi Guru)
 BANTUAN KEUANGAN YG
BERSIFAT KHUSUS
PMK 28/PMK.07/2012
PMK 201/PMK.07/2012
PMK 242/PMK.07/2012
PMK 35/PMK.07/2012
PMDN 13/2006-PMDN
21/2011
BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI
AMANAT PER UU

BELANJA FUNGSI PENDIDIKAN
20% DARI TOTAL BELANJA

BELANJA URUSAN KESEHATAN
10% DARI TOTAL BELANJA
DILUAR GAJI

ALOKASI DANA DESA (ADD) 10%
DARI DANA PERIMBANGAN
PP 48-2008 TTG PENDANAAN
PENDIDIKAN
UU 36-2008 TTG KESEHATAN
PP 72-2005 TTG DESA
UU 28-2009 TTG PAJAK DAERAH &
RETRIBUSI DAERAH

DBH PAJAK KEPADA KAB/KOTA

BANTUAN PARPOL

INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK
UU 28-2009 TTG PAJAK DAERAH &
RETRIBUSI DAERAH

BELANJA MODAL
PERPRES 5-2010 TTG RPJMN 2010-2014
PP 05-2009 TTG BANKEU PARPOL
BELANJA YG DITENTUKAN PROSENTASENYA SESUAI
AMANAT PER UU :


BELANJA FUNGSI PENDIDIKAN 20% DARI TOTAL BELANJA





ALOKASI DANA DESA (ADD) 10% DARI DANA PERIMBANGAN
BELANJA URUSAN KESEHATAN 10% DARI TOTAL BELANJA DILUAR
GAJI
DBH PAJAK KEPADA KAB/KOTA
BANTUAN PARPOL
INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK
BELANJA MODAL
BELANJA PEMENUHAN URUSAN SESUAI SPM :

26 URUSAN WAJIB
(diluar pendidikan dan kesehatan)

8 URUSAN PILIHAN
Dikaitkan dengan urusan yang
menjadi kewenangan daerah
(provinsi atau kab/kota) sesuai
tugas dan fungsi SKPD





BELANJA HIBAH
BELANJA
BANTUAN
SOSIAL
BELANJA
BANTUAN
KEUANGAN
BELANJA TIDAK
TERDUGA
BELANJA
SUBSIDI
KONDISI DAN PROYEKSI
PENDAPATAN
10
PERJALANAN PENDAPATAN DAERAH SELAMA 5 TAHUN (TAHUN ANGGARAN 2009-2013)
APBD
2009
NO.
2010
2011
2012
2013
URAIAN
(%)
(Rp)
(%)
(Rp)
2
PENDAPATAN DAERAH
3
4
5
1,286,166,905,061.94 1,403,174,023,247.19
(%)
(Rp)
dr 2009
1
(%)
(Rp)
(Rp)
dr 2010
6
7
9.10 1,609,761,447,239.26
dr 2011
8
9
dr 2012
10
11
14.72 1,935,447,748,491.00
20.23 1,942,957,496,347.00
0.39
1 Pendapatan Asli Daerah
645,244,970,968.35
768,341,053,125.19
19.08
871,963,501,186.26
13.49
800,156,497,767.00
(8.24)
807,412,384,373.00
0.91
a Pajak Daerah
541,192,265,769.60
634,710,019,946.80
17.28
735,226,105,916.23
15.84
689,572,065,000.00
(6.21)
705,943,350,213.00
2.37
b Retribusi Daerah
34,785,228,680.57
32,836,503,243.89
(5.60)
35,985,658,458.15
9.59
36,228,288,350.00
0.67
c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
20,094,713,175.83
26,333,869,884.77
31.05
28,961,383,472.76
9.98
31,863,499,207.00
10.02
d Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
49,172,763,342.35
74,460,660,049.73
51.43
71,790,353,339.12
(3.59)
631,011,121,383.59
626,677,339,122.00
(0.69)
722,339,653,053.00
15.27
850,513,085,724.00
17.74
850,513,085,724.00
-
73,681,173,383.59
87,821,992,122.00
19.19
82,037,725,053.00
(6.59)
74,403,649,724.00
(9.31)
74,403,649,724.00
-
b Dana Alokasi Umum
523,919,948,000.00
527,471,247,000.00
0.68
620,812,328,000.00
17.70
757,056,696,000.00
21.95
757,056,696,000.00
-
c Dana Alokasi Khusus
33,410,000,000.00
11,384,100,000.00 (65.93)
19,489,600,000.00
71.20
19,052,740,000.00
(2.24)
19,052,740,000.00
-
3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
9,910,812,710.00
8,155,631,000.00 (17.71)
15,458,293,000.00
89.54
284,778,165,000.00 1,742.2
285,032,026,250.00
0.09
a Hibah
7,124,862,710.00
5,232,631,000.00 (26.56)
6,315,972,000.00
20.70
5,496,225,000.00 (12.98)
5,750,086,250.00
4.62
2 Dana Perimbangan
a Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
42,492,645,210.00 (40.81)
32,295,589,500.00 (10.86)
31,785,000,000.00
(0.25)
37,388,444,660.00 (12.01)
b Dana Darurat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Daerah
c Lainnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2,785,950,000.00
2,923,000,000.00
4.92
279,281,940,000.00 2,954.8
279,281,940,000.00
-
-
-
-
-
-
d Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
e Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya
9,142,321,000.00 212.77
-
-
-
-
PAD 2009-2013
1. 85 % dari Pajak Daerah (PKB, dkk)
2. 5% dari Retribusi Daerah
(akomodir semua pendapatan SKPD)
3. 4% dari Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
4. 6% dari Lain-lain PAD yang Sah
4%
6%
5%
85%
Pajak Daerah (PKB, dkk)
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
RENCANA PAD 2014-2018
1. 70 % dari Pajak Daerah (PKB, dkk)
2. 13% dari Retribusi Daerah
(akomodir semua pendapatan SKPD)
3. 8% dari Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
4. 9% dari Lain-lain PAD yang Sah
Mampukah??? Harus Bisa!!!
9%
8%
13%
70%
Pajak Daerah (PKB, dkk)
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
15
NO.
URAIAN
2014
2015
2016
2017
2018
2,343,064,224,578.94
2,579,099,695,104.86
2,839,698,948,109.99
3,127,487,314,455.00
3,445,376,775,656.31
1
PENDAPATAN
1.1
PENDAPATAN ASLI DAERAH
993,984,880,715.43
1,108,103,639,106.10
1,235,503,894,320.04
1,377,746,405,641.35
1,536,576,581,841.46
1.1.1
Pendapatan Pajak Daerah
864,999,198,336.00
968,799,102,136.32
1,085,054,994,392.68
1,215,261,593,719.80
1,361,092,984,966.18
1.1.2
Pendapatan Retribusi Daerah
42,256,675,531.44
45,637,209,573.96
49,288,186,339.87
53,231,241,247.06
57,489,740,546.83
1.1.3
Pendapatan Hsl Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yg Dipisahkan
37,165,585,475.04
40,138,832,313.05
43,349,938,898.09
46,817,934,009.94
50,563,368,730.73
1.1.4
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
49,563,421,372.94
53,528,495,082.78
57,810,774,689.40
62,435,636,664.55
67,430,487,597.72
1.2
DANA PERIMBANGAN
1,023,036,822,755.01
1,122,130,558,412.66
1,230,908,971,372.82
1,350,324,800,627.33
1,481,424,958,055.49
1.2.1
Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil bukan pajak
85,184,738,569.01
91,147,670,268.84
97,528,007,187.66
104,354,967,690.79
111,659,815,429.15
1.2.2
Dana Alokasi Umum
916,038,602,160.00
1,007,642,462,376.00
1,108,406,708,613.60
1,219,247,379,474.96
1,341,172,117,422.46
1.2.3
Dana Alokasi Khusus
21,813,482,026.00
23,340,425,767.82
24,974,255,571.57
26,722,453,461.58
28,593,025,203.89
1.3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
326,042,521,108.50
348,865,497,586.10
373,286,082,417.12
399,416,108,186.32
427,375,235,759.36
1.3.1
Pendapatan Hibah
6,292,628,002.50
6,733,111,962.68
7,204,429,800.06
7,708,739,886.07
8,248,351,678.09
1.3.2
Pendapatan Dana Darurat
1.3.3
Dana Bagi Hsl Pajak dari Prov dan Pemda Lainya
1.3.4
1.3.5
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemda Lainya
319,749,893,106.00
342,132,385,623.42
366,081,652,617.06
391,707,368,300.25
419,126,884,081.27
1.3.6
Pendapatan lainnya
KEBIJAKAN
PENGANGGARAN
(PENDAPATAN,
BELANJA, PEMBIAYAAN)
17
ESENSI DAN SPIRIT REFORMASI KEUANGAN NEGARA/DAERAH
(UU NO.28/2009, UU NO.17/2003, UU NO.1/2004, UU NO.15/2004, PP NO. 58/2005)
LOCAL TAX/FEES :
• CLOSE LIST SYSTEM
• JENIS PDRD BARU
• PERLUASAN BASIS PAJAK
• DISKRESI TARIF
• KEPASTIAN BAGI MASY &
DUNIA USAHA
ANGGARAN
BERBASIS KINERJA
(PERFORMANCE
BUDGET)
ANGGARAN MENGIKUTI
PROGRAM/KEGIATAN
(MONEY FOLLOW
FUNCTION)
AKUNTABILITAS:
PERFORMANCE
MEASUREMENT
AKUNTANSI
BERBASIS
ACRUAL
SATU KESATUAN
ANGGARAN
(BUDGET UNIFIED)
INVESTASI
PERMANEN/
NON PERMANEN
OTONOMI DLM
PENGELOLAAN
KEUANGAN
(AUTONOMOUS
AGENCY BUDGET)
ARAH KEBIJAKAN
PENDAPATAN DAERAH
Diarahkan kepada ketersediaan dana yang
berkelanjutan dengan jumlah yang memadai.
Semua potensi pendapatan semaksimal mungkin
digali agar mampu memenuhi seluruh kebutuhan
belanja.
Sumber-sumber
pendapatan
yang
mendukung APBD diidentifikasi dengan baik,
ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan
diupayakan sumber-sumber pendapatan baru
(ekstensifikasi).
lanjutan
Dalam dokumen RPJMD Tahun 2009-2013
pertumbuhan rata-rata Pendapatan Daerah
diamantkan pada kisaran 6% setiap tahunnya.
Fokus pertumbuhan pada komponen PAD dan
komponen dana perimbangan.
Tahun 2012 yang lalu, Apakah hal tersebut
sudah tercapai? TARGET 2013?
ARAH KEBIJAKAN
BELANJA DAERAH
• Menopang
proses
pembangunan
yang
berkelanjutan
• Ketersediaan pendanaan pelayanan dasar secara
memadai
• Ketersediaan pendanaan untuk program yang
menyerap tenaga kerja dan mengurangi
kemiskinan
Penganggaran Belanja Daerah
•
•
•
•
Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan.
Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prastasi kerja yang
berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan
Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung
jawabnya
•
Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola
penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan tematik
pembangunan yang disertai sistem pelaporan yang makin akuntabel.
•
Mengalokasikan kebutuhan belanja secara terukur dan terarah, yaitu:
* Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan
operasional kantor (biaya atk, listrik, telepon, air bersih, internet, dan
operasional kendaraan);
* Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai
pelaksanaan TUPOKSI, yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi,
konsultasi, pengendalian & evaluasi, dan perencanaan;
* Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung programprogram pembangunan yang menjadi prioritas, program dan kegiatan
yang telah menjadi komitmen Pemerintah Daerah, dan kegiatan multi
years yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pada TA 2014.
Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan
PNS, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil kab/kota, belanja
bantuan sosial dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang,
serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk penanggulangan bencana.
UU 13 TAHUN 2012
(tentang Keistimewaan DIY)
PERDA IS
Tata Cara Pengisian
jabatan, kedudukan,
tugas dan wewenang
Gubernur dan Wakil
Gubernur
PMK MENKEU
Pertanahan
Tata Ruang
Kebudayaan
Kelembagaan
POKOK PIKIRAN
PROGRAM
KEGIATAN
24
ARAH KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN
– SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
sebelumnya) bukan merupakan target pendapatan.
– Optimalisasi pelaksanaan dana bergulir sebagai bentuk
investasi non permanen.
– Penyertaan modal dilakukan secara cermat dan terarah.
– SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan) tahun berjalan,
apabila berjalan positif agar menambah
program/kegiatan dan apabila negatif agar dilakukan
pengurangan program/kegiatan yang kurang prioritas
dan tidak wajib.
POTENSI PERMASALAHAN
A. Laporan keuangan daerah yang belum sesuai
keinginan (WTP).
B. Kesalahan penganggaran dalam rangka pengadaan
dan pencatatan Aset Tetap.
C. Ketepatan penyusunan Laporan Keuangan masingmasing SKPD.
D. Pengelolaan dana bergulir.
E. Pengelolaan barang persediaan pada SKPD.
F. Pengelolaan pos hibah dan bantuan sosial.
26
A. LAPORAN KEUANGAN
DAERAH YANG BELUM
SESUAI KEINGINAN
(HASIL PEMERIKSAAN BPK
ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH)
Sumber: IHPS BPK
Opini
2006
2007
2008
2009
2010
Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified)
3
4
12
15
32
Wajar Dengan Pengecualian (Qualified)
327
283
324
330
271
Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)
105
122
115
111
43
Tidak Wajar (Adversed)
28
59
31
48
12
Jumlah
463
27
468
482
504
358
Bagaimana Mempertahankan Opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Agar Tidak Degradasi
Bagi Semua Kepala SKPD (Sebagai Pengguna Barang):
• Adanya Komitmen dan keseriusan dalam pengelolaan Barang Milik
Daerah (BMD) mulai dari : perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penghapusan bahkan
sampai dengan tuntutan ganti rugi.
• Terhadap perencanaan pengadaan barang : harus dicermati antara
lain: apakah sebagai barang modal; barang yang akan dihibahkan
kepada pihak lain (Kab/kota, lembaga masyarakat); dan barang pakai
habis (yg dapat menjadi barang persediaan)
• Memberikan perhatian dan fasilitasi sarana yang memadahi kepada
Pengurus Barang, Penyimpan dan Pencatat Akuntansi, untuk
membantu agar lebih: mudah, lancar dan tertib dalam pencatatan pada
setiap barang (akibat adanya: pengadaan barang, mutasi barang,
pemindahtanganan, dan penghapusan)
Bagaimana Mempertahankan Opini WTP
Agar Tidak Degradasi (lanjutan)
Bagi Inspektorat Wilayah ( Sebagai Pengawas Internal):
• Tingkatkan keseriusan pengawasan internal dalam
pengelolaan BMD yang dilakukan oleh Inspektorat
terhadap Pengguna/SKPD, yang dilakukan secara periodik
setiap semesteran
(karena selama ini ada kesan pengawasan barang
belum dilakukan seserius sebagaimana pada
pengawasan uang )
Bagaimana Mempertahankan Opini WTP
Agar Tidak Degradasi (lanjutan)
Bagi DPPKA/DPPKAD (sebagai Pembantu Pengelola Barang):
• Melakukan Bimbingan Teknis (BIMTEK) dan PENDAMPINGAN
kepada pengurus barang, penyimpan barang, dan petugas akuntansi
untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam pengelolaan
BMD, secara periodik dan berkelanjutan
• Membentuk tim terpadu untuk melakukan pencermatan dan atau
penelitian terhadap pengadaan barang yang dilaporkan oleh setiap
SKPD dalam hal : verifikasi, klasifikasi, penilaian BMD, kapitalisasi
aset, serta barang persediaan, sehingga diperoleh hasil laporan
tersebut menjadi benar sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
• Melakukan koordinasi untuk rekonsiliasi secara periodik terhadap
dinamika perubahan status barang daerah pada setiap SKPD, akibat
adanya pengadaan, mutasi, pemindahtanganan dan penghapusan.
• Pengembangan Simtem Informasi Manajemen Aset yang disesuaikan
dengan perkembangan kebutuhan.
B. Kesalahan penganggaran dalam rangka
pengadaan dan pencatatan Aset Tetap.
(TAHAPAN SIKLUS PENGELOLAAN BMD YANG
DIPERHATIKAN)
Prencanaan
Kebutuhan dan
penganggaran
Tuntutan
Ganti rugi
Pengadaan
pembiayaan
Pembinaan,
Pengawasan dan
pengendalian
SIKLUS
PENGELOLAAN
BMD
Penerimaan,
Penyimpanan dan
penyaluran
penggunaan
pemindahtanganan
Penatausahaan
penghapusan
Pemanfaatan
penilaian
Pengamanan dan
pemeliharaan
31
C. Ketepatan penyusunan Laporan
Keuangan masing-masing SKPD
 Psl 17 UU 17/03 mengamanatkan bahwa SKPD menyusun laporan
keuangan yg t.d. Neraca, LRA, dan CaLK
 Penyusunan Laporan keuangan tersebut tidak perlu harus dikerjakan
sendiri  tidak perlu unit akuntansi SKPD
 Proses penerbitan SPP dan SPM tetap di SKPD
 Semua pencatatan akuntansi dilakukan hanya di PPKD/BUD, termasuk
pencatatan untuk transaksi SKPD
 Semua dokumen pendukung pencatatan akuntansi disimpan di
PPKD/BUD
 Secara periodik, PPKD menerbitkan Laporan keuangan Pemda dan
Laporan keuangan SKPD-SKPD
 Laporan keuangan SKPD ditandatangani oleh Kepala SKPD
 ADA KETERGANTUNGAN WAKTU
TERHADAP SEMUA SKPD
D. Pengelolaan dana bergulir.
SKPD teknis bertugas membina, mendampingi dan mengawasi
serta bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan pengembalian
Dana Bergulir.
Kepala SKPD teknis wajib melaporkan pelaksanaan dana bergulir
kepada Kepala Daerah, berdasarkan laporan bulanan dan laporan
akhir tahun dari Kelompok/ Koperasi.
Tata cara penyusunan laporan keuangan dari Kelompok/ Koperasi
diatur dalam Keputusan Kepala SKPD teknis/Kepala Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset selaku PPKD.
DPPKA/DPKAD selaku PPKD bertugas melaporkan pengelolaan
Dana Bergulir kepada Kepala Daerah.
33
Dana Bergulir:
• Kelompok pengeluaran
pembiayaan;
Pemberdayaan
Masyarakat
• Jenis penyertaan modal/
investasi;
• Obyek dana bergulir ;
dan
• Rincian obyek dana
bergulir kpd kelompok
masyarakat penerima.
E. Pengelolaan barang persediaan pada
SKPD.
Sistem pengelolaan barang persediaan digunakan untuk pengendalian dan
pengawasan terhadap pengelolaan barang di SKPD.
Persediaan merupakan aset yang berwujud:
 Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah.
 Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi.
 Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat.
 Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan.
35
F. Pengelolaan pos hibah dan bantuan sosial.
 Berpedoman pada Permendagri 32 Tahun
2011/39 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bansos
Meliputi penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban serta monitoring dan
evaluasi pemberian hibah dan bantuan sosial
yang bersumber dari APBD.
36
Sekurang-kurangnya harus berdasar atas:
K
R
I
T
E
R
I
A
PEMBERIAN
HIBAH




Peruntukan secara spesifik telah ditetapkan;
Tidak wajib dan tidak mengikat;
Bersifat sementara dan tidak terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
Memenuhi persyaratan penerima hibah.
Sekurang-kurangnya harus berdasar atas:
PEMBERIAN
BANSOS
1. Selektif : Ditujukan utk melindungi dari resiko sosial.
2. Memenuhi persyaratan penerima bantuan.
3. Bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam
keadaan tertentu dpt berkelanjutan :
 Bersifat sementara dan tidak terus menerus diartikan
tidak wajib dan tidk harus berulang diberikan setiap
tahun anggaran.
 Dalam keadaan tertentu dpt berkelanjutan diartikan
dapat diberikan setiap TA sampai lepas dr resiko sosial.
4. Sesuai tujuan penggunaan : Rehab Sosial, Perlindungan
Sosial, Pemberdayaan Sosial, Jaminan Sosial, Penanggul
Kemiskinan dan Penanggul Bencana
PROSES PEMBERIAN HIBAH 2014
CALON
PENERIMA
HIBAH
USULAN
TERTULIS
KDH
EVALUASI
REKOMENDASI
SKPD
TERKAIT
PERTIMBANGAN
DPRD
TAPD
DIBAHAS BERSAMA
PERSETUJUAN
BERSAMA
PERKDH
APBD
KUA/PPAS
RAPBD
DIBAHAS BERSAMA
PERSETUJUAN
BERSAMA
PERDA APBD
LAMPIRAN III
KEP KDH
(NAMA2 PENERIMA)
DOKUMEN
PENCAIRAN HIBAH
NPHD
TRANSFER
PROSES PEMBERIAN BANSOS YANG DIRENCANAKAN 2014
CALON
PENERIMA
BANSOS
USULAN
TERTULIS
KDH
EVALUASI
REKOMENDASI
SKPD
TERKAIT
PERTIMBANGAN
DPRD
TAPD
DIBAHAS BERSAMA
PERSETUJUAN
BERSAMA
PERKDH APBD
KUA/PPAS
RAPBD
DIBAHAS BERSAMA
PERSETUJUAN
BERSAMA
PERDA APBD
LAMPIRAN III
KEP KDH
(NAMA2 PENERIMA)
DOKUMEN
PENCAIRAN BANSOS
TRANSFER/TUNAI
PROSES PEMBERIAN BANSOS YANG TIDAK
DIRENCANAKAN 2014
USULAN TERTULIS
/SRT KETERANGAN
PEJABAT YG
BERWENANG
KDH
SKPD
TERKAIT
CALON
PENERIMA
BANSOS
INDIVIDU/KEL
REKOMENDASI
DPRD
EVALUASI
NAMA PENERIMA DAN
BESARAN
PENGAWASAN
PPKD
DOKUMEN PENCAIRAN
BANSOS
TRANSFER/TUNAI
REKAPITULASI
PENYALURAN
BANSOS
( 5 JAN TH BERIKUT)
LRA SKPD
KONSOLIDASI
LRA SKPD
 BELANJA
LANGSUNG
 JENIS BELANJA
BARANG DAN JASA
OBJEK BELANJA:
1.
2.
3.
HIBAH
BARANG/JASA YG
AKAN
DISERAHKAN KPD
PIHAK
KETIGA/MASY
BANSOS BARANG
YG AKAN
DISERAHKAN KPD
PIHAK
KETIGA/MASY
BARANG & JASA
LAINNYA

LRA PEMDA
KONVERSI (SAP)
 BELANJA
OPERASI

BELANJA TIDAK
LANGSUNG
JENIS BELANJA:
1.
BELJ. PEGAWAI
2.
BELJ. BUNGA
3.
BELJ. SUBSIDI
2. BELJ.
BARANG
4.
BELJ. HIBAH
3. BELJ. BUNGA
5.
BELJ. BANSOS
6.
BELJ BAGI HASIL
7.
BELJ .BANTUAN
KEUANGAN
8.
BELJ .TDK
TERDUGA
1. BELJ.
PEGAWAI
4. BELJ. SUBSIDI
5. BELJ. HIBAH
6. BELJ.
BANTUAN
SOSIAL
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
OLEH PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA
MENJALANKAN KEBIJAKAN DAN SISTEM
PENGELOLAAN KEUDA
1.
2.
3.
Tiap SKPD belum secara keseluruhan melakukan sinkronisasi dokumen
perencanaan (RPJM-RKPD-KUA-PPAS) sehingga program dan
kegiatan yang dituangkan dalam RKA-SKPD tiap tahun itu-itu saja
sehingga program dan kegiatan yang dilakukan belum mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RKPD-KUA-PPAS;
Keterbukaan dan kebesaran hati disetiap SKPD belum terbentuk
sehingga tetap memaksakan diri setiap tahun anggaran naik walaupun
SKPD bersangkutan tidak mendukung secara langsung tema dan sasaran
pembangunan yang ditetapkan dalam tahun berkenaan;
Tenaga teknis disetiap SKPD (akuntan, tehnik sipil, penilai aset) belum
mencukupi sehingga menghambat proses desentralisasi pengelolaan
keuangan daerah di SKPD;
Lanjutan …
4.
5.
6.
7.
Ketentuan tentang pengelolaan keuangan di daerah sering
berganti sehingga membingungkan;
Saran dan pendapat dari TAPD kurang mendapat respon
positif dari SKPD (contoh : setiap penyusunan dan
perubahan APBD selalu dilakukan sosialisasi terlebih dahulu
oleh Ketua TAPD namun kriteria-2 yang disampaikan sering
diabaikan);
Evaluasi RAPBD oleh Depdagri kurang mempertimbangkan
kondisi riil daerah (contoh : masih adanya intervensi
terhadap pengalokasian belanja di tiap-tiap kode rekening
dan hal-hal teknis lainnya);
Anggota TAPD teknis (TAPD paijo!) belum semuanya satu
suara dalam memberikan bimbingan kepada SKPD sehingga
membingungkan SKPD.
Lanjutan …
8.
9.
Keterbatasan tenaga akuntan di tiap SKPD, padahal SKPD
diwajibkan menyusun laporan keuangan berdasarkan
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH;
Egoisme Bidang dan Subbidang di SKPD, sehingga
program dan kegiatan atas selera pribadi serta sarat dengan
belanja yg bersifat penunjangan. Contoh : setiap lembar
DPA selalu ada honor tim, lembur, perjalanan dinas;
&