Metode Penelitian Geografi Dialek.ppt

Download Report

Transcript Metode Penelitian Geografi Dialek.ppt

Metode Penelitian Geografi
Dialek
• Dalam penelitian ini dikenal dua
metode, yaitu
1. Pupuan Sinurat
2. Pupuan Lapangan
Pupuan Sinurat
 Metode ini mulai diterapkan oleh
Leonardo Salviati pada tahun 1584 di
dalam penelitian dialektologi di Italia.
 Untuk penelitian geografi dialek
mula-mula digunakan oleh Gustav
Wenker pada tahun 1876 di Jerman.
Metode ini mudah, cepat,
tetapi agak mahal.
Berlaku bagi wilayah yang
terbebas dari buta aksara
• Faktor Penentu
Agar metode ini mencapai hasil yang
sesuai dengan harapan, maka harus
memperhitungkan:
1.Daftar tanyaan, terarah dan disertai
gambar atau foto
2.Pembahan diberi keterangan dan
petunjuk yang jelas, bagaimana
menjawab pertanyaan.
3.Alih tulis fonetik, menyertakan daftar
abjad fonetik yang sederhana
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
 Tidak memerlukan tenaga banyak
 Tidak perlu ke lapangan
 Sesuai untuk mengumpulkan bahan
pembuatan kamus.
 Kekurangan
1. Peneliti kurang memperoleh data
yang menyeluruh berkaitan dengan
keadaan alam, budaya, masyarakat,
sejarah, adat istiadat
2. Selalu menghasilkan data fonetik,
morfologi, dan sintaksis yang
kurang tepat.
Pupuan Lapangan
 Pertama kali digunakan oleh Martin
Sarmiento pada tahun 1730 di
Spanyol. Jules Louis Gillieron
pertama kali menerapkan metode ini
dalam penelitian geografi dialek di
Swiss
 Metode ini dianggap lebih ilmiah dan
akurat
Cara Mengumpulkan Bahan
 Pencatatan langsung berian
berdasarkan daftar tanyaan
 Perekaman (pencatatan tidak
langsung)
Daerah Penelitian
(Titik Pengamatan)
 Pengenalan terhadap daerah penelitian
 Penentuan tempat yang akan diteliti
(titik pengamatan)
 Nama tempat
Pengenalan Daerah Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti
sebaiknya mengenal daerah yang akan
diteliti.
Hal yang harus diperhatikan dalam upaya
pengenalan titik pengamatan:
1.Keadaan geografis, agar tidak terjerumus
memasukan daftar tanyaan yang tidak
sesuai dengan daerah yang akan diteliti
2.Keadaan penduduk berkait dengan etnis,
budaya, agama, pendidikan,
3. Tinjauan sejarah untuk memahami
pengaruh kebahasaan yang ada
4. Keadaan bahasa, apakah daerah
yang akan diteliti berbahasa tunggal
atau jamak, apakah tertutup atau
terbuka
5. Kajian sebelumnya yang pernah
dilakukan
Tempat yang Diteliti
1. Daerah Perkotaan, banyak dihindari
para peneliti sebelumnya karena di
kota dialek sudah tidak ditemukan.
2. Daerah pedusunan, lebih disukai
karena bahasa dan dialek jauh lebih
murni dibandingkan perkotaan.
Penentuan Daerah Pengamatan
• Ada dua cara, yaitu:
1. Kualitatif (kecamatan, desa, dusun,
dll.) dengan kriteria
a. Daerah pengamatan tidak dekat
atau bertetangga dengan kota besar
b. Penduduknya rendah mobilitas
c. Jumlah penduduk maksimal 6000
jiwa
d. Daerah pengamatan berusia
minimal 30 tahun.
2. kuantitatif, memperhitungkan jarak
rata-rata antardaerah pengamatan.
Jarak yang digunakan berkisar ±
20km.
Penentuan dengan kriteria ini jika
isolek yang digunakan bersifat
homogen.
Hal lain yang harus diperhatikan saat
menggunakan kriteria kuantitatif adalah
persentase jumlah daerah pengamatan.
Tawangsih (1990) mengambil 20 % dari
seluruh populasi sedangkan Mahsun
(1994) mengambil 25 %.
Daftar Tanyaan
Daftar tanyaan merupakan alat yang
dipakai oleh peneliti (pemupu) dalam
menjaring data. Daftar ini sebagai
pedoman wawancara di lapangan.
Daftar tanyaan ini berisi kosakata yang
dipakai untuk menjaring data kebahasaan
daerah yang diteliti.
Kriteria daftar tanyaan:
a. memberikan kemungkinan dan dapat
menampilkan ciri-ciri khas dari
bahasa atau dialek yang diteliti
b. mengandung hal-hal yang berkenaan
dengan sifat dan keadaan budaya
daerah penelitian
c. memberikan kemungkinan untuk
dijawab dengan langsung dan
spontan.
Susunan Daftar Tanyaan
 Berdasarkan abjad
 Berdasarkan medan makna (bagian
tubuh manusia, kata ganti, sistem
kekerabatan, waktu, benda alam,
binatang, tumbuh-tumbuhan,
penyakit, bilangan dan ukuran,
aktivitas)
Daftar Tanyaan
 Segi kosakata sebagai unsur yang paling
dominan dalam setiap bahasa sehingga
wajar jika dalam atlas bahasa, segi itu yang
paling banyak diwakili (Nauton KYS:54).
 Segi sinonimi menampilkan hal-hal
yang bertalian dengan aneka bentuk
atau perlambang berdasarkan makna
yang sama.
 Segi homonimi yang merupakan
kebalikan dari segi sinonimi.
 Segi fonologi, daftar pertanyaan hendaknya
dapat menjaring data kebahasaan guna
pendeskripsian aspek-aspek fonologis
isolek yang diteliti, seperti jumlah, jenis,
dan distribusi fonem.
Daftar tanyaan dari segi fonologi dianggap
memadai jika terdiri atas 2000 butir
pertanyaan. Segi itu sebaiknya didasarkan
kepada kaidah bunyi yang hendak dicari
atau dibuktikan dalam bahasa yang diteliti.
 Segi morfologi;daftar pertanyaan
hendaknya dapat menjaring datadata kebahasaan yang dapat
memberikan gambaran mengenai
perbedaan dialectal/subdialektal
dalam hal afiks-afiks yang
digunakan dalam proses
pembentukan kata
 Sintaksis, daftar pertanyaan untuk
bidang sintaksis biasanya berupa
frasa, klausa, kalimat-kalimat, dan
juga cerita-cerita pendek.
 Segi etnografi, yang langsung
berkenaan dengan tata kehidupan
rakyat, adat istiadat, kepercayaan,
lagu dan sastra rakyat, pepatah, dan
peribahasa
 Segi perundagian atau teknologi
yang langsung berkenaan dengan
perundagian rakyat setempat, seperti
rumah dan bangunan, alat tukang,
dan alat-alat pertanian
Bahasa Daftar Tanyaan
 Bahasa daftar tanyaan dapat dibuat dalam
bahasa yang sama atau berbeda
Informan (Pembahan)
 Syarat informan
1. Berjenis kelamin pria atau wanita
2. Berusia antara 25-65 tahun
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Penduduk asli
5. Berpendidikan maksimal tamatan SMP
6. Berstatus sosial menengah ke bawah
7. Pekerjaan bertani atau buruh
8. Dapat berbahasa Indonesia
Langkah-langkah Penelitian Dialek
 Penentuan titik pengamatan
 Persiapan instrumen
 Pengurusan perizinan
 Penyiapan peta titik pengamatan
 Survei awal
 Pelaksanaan penelitian
 Penyiapan peta dasar
 Pentranskripsian fonetis dan Fonemis
 Pengklasifikasian sistem (fonologi,
morfologi, sintaksis)
 Penyusunan laporan