Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 10

Download Report

Transcript Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 10

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi
Tahun
: 2008
Pertemuan 10
PERKAWINAN
MATERI:
Pengertian Perkawinan
Insest dan Eksogamai
Tabu
Endogami
Hak-Hak Perkawinan dan Perkawinan Sema Jenis
Perkawinan Sebagai Suatu Persekutuan Kelompok
Perceraian
Macam-Macam Perkawinan
Learning Outcome
Mahasiswa dapat menggunakan konsep perkawinan
membedakan tipologi perkawinan dari berbagai kebudayaan
Bina Nusantara
untuk
I.
Pengertian Perkawinan
Cinta dan perkawinan, perkawinan dan keluarga, merupakan
frase yang menunjukan bagaimana kita menghubungkan cinta
yang romantis antara dua orang individu untuk menikah dan
bagaimana kita menghubungkan perkawinan untuk reproduksi
dan menciptakan keluarga. Namun perkawinan pada dasarnya
merupakan suatu institusi dengan peran dan fungsi yang
signifikan dengan tambahan untuk reproduksi.
Secara antropologis perkawinan didefenisikan sebagai suatu
persekutuan antara seorang pria dengan seorang wanita, yang
mana seorang wanita akan melahirkan anak, dan anak itu diakui
sebagai anak dari kedua orang tuanya.
Bina Nusantara
Defenisi di atas terlalu umum, karena tidak dapat menjelaskan
pengalaman-pengalaman spesifik yang dijalankan oleh komunitaskomunitas seperti di Kenya misalnya. Perkawinan di Kenya dapat
disebut sebagai Plural Marriage, di mana seorang laki-laki menikah
dengan dua orang atau lebih wanita, dan seorang wanita menikah
dengan sekelompok bersaudara yang disebut dengan fraternal
polyandry. Di Sudan misalnya serang perempuan dapat menikah
dengan seorang perempuan lain. Perisitwa seperti ini bukan
semata-mata merupakan suatu peristiwa seksual melainkan lebih
merupakan suatu peristiwa sosial.
Bina Nusantara
2. Insest dan Exogami
2.1.
Insest
Insest adalah relasi seksual dengan seseorang yang betul-betul
masih famili dekat, antara ayah dan anak, antara saudara dan
saudari kandung.
2.2.
Exogami
Exogami adalah praktek mencari seorang suami atau seorang istri di
luar kelompoknya sendiri. Dengan kata lain exogama adalah
perkawinan antara orang dari kategori atau kelompok sosial yang
berbeda. Exogami berguna untuk membangun persekutuan dengan
kelompok lain atau untuk difusi budaya sehingga terjadi adaptasi
budaya dan nilai.
Bina Nusantara
3. TABU.
Tabu berasal dari kata bahasa polinesia yang berarti terlarang. Secara lebih
spesifik, apa yang dianggap terlarang adalah persentuhan antara hal-hal
yang duniawi dan hal-hal keramat, termasuk yang suci (misalnya ketua
suku), dan yang cemar ( misalnya mayat). Pemikiran antropologis tentang
tabu berasal dari Durkheim dimana pemisahan (disjungsi) antara yang
cemar dan yang suci adalah batu penjuru agama. Yang suci dibagi lagi
menjadi suci yang bertuah dan suci yang tidak bertuah. Tabu memisahkan
apa yang seharusnya tidak boleh bersatu….menjaga batas antara yang
keramat dan cemar, antara yang baik dan buruk, sementara ritual pada
umumnya dimaskudkan untuk menciptakan solidaritas kelompok. Ada empat
macam model tabu inssest. 1) Dia menyusun naluri ketakutan dari insest. 2)
Dia mempunyai efek biologis dari penyatuan/perkawinan dengan saudara
kandung dimana sering melahirkan anak dalam keadaan abnormal. 3)
Percobaan dan hal yang menjijikan. Berkaitan dengan hal ini ada dua hal
yang bisa ditunjukkan yakni “familiarity breeds attemp” dan “familiarity
breeds contempt.” 4) Nikah diluar dan mati di luar. Hal ini mempertegas
sistem perkawinan exogamy yang sebenarnya adalah insest tabu. Dan hal
ini yang mendorong orang untuk menikah diluar kelompoknya.
Bina Nusantara
4. Endogami
Endogami adalah pernikahan antara orang dari
kelompok atau kategori sosial yang sama. Anggotaanggota dari satu kelompok/suku ingin menikah dengan
orang dari kelompok atau etnik yang sama. Atau ingin
menikah dengan kelompok religius yang sama. Anggota
dari suatu etnik atau agama, atau casta menginginkan
anak-anak mereka untuk menikah dengan orang yang
berasal dari etnik, agama, atau kasta yang sama dengan
mereka.
Bina Nusantara
5. Hak-Hak Perkawinan dan Perkawinan Sesama Jenis
5.1. Hak-Hak Perkawinan
Antropolog Edmund Leach (1995) mengobservasi bahwa,
ketergantungan pada masyarakat, beberapa perbedaan jenis hak
ditentukan oleh perkawinan. Menurut Leach, perkawinan dapat,
tetapi tidak selalu, menyelesaikan hal-hal berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bina Nusantara
estabilish the legal father of a woman’s children and the legal mother of an
man’s.
Give either or both spouses a monopoly in the sexuality of the other
Geive etihter or both spouses rights to the labor of the other
Geive etihter or both spouses rights over the other’s property
Estabilish a joint fund of property – a partnership-for the benefit of the
children.
Estabilish a socially significant “relationship of affinity” between spouses
and their reltives
5.2. Perkawinan Sesama Jenis
Perkawinan sesama jenis adalah perkawinan antara orang yang
mempunyai jenis kelamin yang sama yang didasarkan pada
hubungan saling tertarik satu dengan yang lain dan atas dasar hak
yang sama yang telah diakui baik secara sendiri-sendiri maupun
oleh keduanya.
6. Perkawinan Sebagai Suatu Persekutuan Kelompok
Perkawinan sebagai persekutuan kelompok. Dalam kelompok
keturunan, perkawinan adalah hubungan antara kelompok di mana
anggota kelompok turut terlibat dan ikut membantu di dalamnya baik
sebelum, pada saat atau sesudah menikah. Perkawinan sebagai
persekutuan kelompok tidak berhenti di situ, ia akan berlanjut terus
dalam berbagai peristiwa lain seperti kelahiran dan kematian.
Bina Nusantara
7. Perceraian
Perceraian hampir terjadi di semua tempat dan sepanjang waktu
mulai dari masyarakat pra industri sampai masyarakat modern. Ada
banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian yakni faktor
ekonomi, budaya,politik dan religius. Dalam masyarakat pra industri
perceraian sering terjadi pada masyarakat yang menganut sistem
matrilineal dengan pola tempat tinggal matrilocal. Di mana suami
tinggal di tempat istri. Di sana sudah ada keluarga lain, baik
suami/istri dari saudaranya yang lain.
Dalam masyarakat matrilineal perempuan secara sosial dan
ekonomi terjamin. Terjadi konflik internal, konflik soal loyalitas
dengan yang menekankan sistem matrilineal di satu sisi dan
sebagai pasangan suami istri di sisi lain. Dalam masyarakat modern
perceraian meningkat lebih karena faktor ekonomi. Perempuan bisa
bekerja di luar rumah dan mempunyai penghasilan sendiri yang
sering kali juga lebih besar dari suami. Kerja menjadi bagian dari
self aktualisation. Ketika terjadi problem rumah tangga maka
perempuan mempunyai peluang yang besar untuk bisa mengambil
keputusan untuk cerai. Perempuan dalam masyarakat modern lebih
independen
Bina Nusantara
8. Macam-Macam Perkawinan
8.1. Poligami :
seorang laki-laki menikahi lebih dari satu perempuan pada saat
yang sama. Ada dua bentuk poligami yaitu : a) poligini : pernikahan
seorang laki-laki dengan lebih dari satu perempuan. Ada banyak
faktor melatarbelakangi praktek ini seperti faktor budaya, ekonomi,
prestise, politik. Dengan demikian tidak ada penjelasan bersifat
tunggal tentang poligini. Konteks dan fungsinya sangat bervariatif
dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain dan bahkan dalam
satu kelompok masyarakat yang sama. Ada laki-laki yang poligini
dengan alasan karena mereka telah diwarisi seorang janda dari
saudaranya. Yang lain ingin mempunyai istri banyak karena ingin
menunjukkan prestise, atau ingin meningkatkan produktivitas dalam
rumah tangga. Istri banyak menjadi indikator produktivitas, prestise
dan posisi sosial laki-laki dalam rumah tangga. Semakin banyak istri
maka semakin giat bekerja, dengan semakin giat bekerja maka
semakin kaya. Kekayaan menjadi daya tarik tersendiri bagi istri
untuk lebih memperhatikan rumah tangga. Kekayaan dan istri
membawa prestise yang lebih besar kepada rumah tangga dan
suami sebagai kepala rumah tangga
Bina Nusantara
Yang lain menjadikan perkawinan dengan istri banyak sebagai alat politik.
Praktek ini sering terjadi dalam masyarakat non industri istri banyak di
berbagai daerah mempunyai peran politik yang sanagat penting strategis.
Suami
akan
tinggal
bersama
mereka
ketika
melakukan
perjalanan/kunjungan ke daerah. Istri-istrinya menjadi agen lokal untuk
mengawasi daerah dan membuat laporan ke propinsi. Ini terjadi di
Madagaskar. Ada juga yang menjadikan perkawinan sebagai alat politik dan
ekonomi sekaligus. b). Polyandry : seorang perempuan yang menikahi
seorang atau lebih laki-laki. Polyandry jarang terjadi, dan dipraktekan untuk
kondisi dan daerah tertentu saja seperti di Asia Barat, Tibet, Nepal ,Indian
dan Sri Lanka. Di daerah ini polyandry lebih sebagai satu upaya adaptasi
budaya khusus bagi yang melakukan perjalanan untuk tujuan perdagangan,
komersial dan operasi militer. Polyandri memastikan bahwa sekurangsekurangnya ada seorang laki-laki di rumah yang bisa mengerjakan
aktivitas laki-laki dengan pembagian kerja berdaserkan bias gender.
Fraternal Polyandri menjadi satu strategi yang ekfektif ketika resource
sangat terbatas. Saudara-saudara dengan resource yang terbatas menyatu
dengan sumber yang lain dalam mengembangkan rumah tangga.
Bina Nusantara
8.2. Monogami
Monogami : perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan. Model perkawinan ini banyak terjadi dalam masyarakat
non industri dan masih bertahan sampai sekarang.
Bina Nusantara