MARGIN TRADING REKSADANA &

Download Report

Transcript MARGIN TRADING REKSADANA &

MARGIN TRADING
&
REKSADANA
MARGIN TRADING
A. Pengertian
• Secara umum investor membeli sekuritas dengan harga penuh dan beberapa waktu kemu
dian menjualnya dengan harapan memper oleh laba.
• Investor juga bisa menggunakan berbagai
strategi investasi, baik yang spekulatif mau pun konservatif karena peluang -2 hasil yang
ditimbulkannya.
• Diantara strategi tersebut adalah :
1. Bedagang batas, disebut Margin Trading
2. Berjual Pendek, disebut Short Selling
B. Margin Trading
• Adalah strategi membeli sekuritas dengan sebagian
memakai dana pinjaman.
• Dengan demikian investor mngurangi peng gunaan equity dalam suatu investasi dan ka- re na
itu dapat memperbesar hasil.
• Istilah margin menyangkut jumlah equity atau
pinjaman dalam suatu investasi.
• Jika investor menggunakan 75% margin, berarti
75% dari investasi dibelanjai dengan equity sedang
sisanya 25% dengan dana pinjaman.
• M.T biasanya memberikan peningkatan
hasil, walau juga mengandung risiko tinggi.
• Salah satu risiko adalah apabila saham ybs. tidak
berprestasi seperti yang diharapkan (harga turun)
• Jika ini terjadi, MT berapapun tidak bisa menyelamatkan, karena MT hanya bisa memperbesar
(margin) hasil dan bukan membuat (produce) hasil
• Contoh :
Dana Rp 5 juta akan di investasikan dengan membeli
100 saham @ Rp 500 p/lbr. karena diprediksi harga
saham tsb. akan naik. Jika dilakukan MT 50% akan
diperoleh saham 100 saham hanya dengan Rp 2,5 juta
dari dana sendiri, sisanya Rp 2,5 juta dapat digunakan
untuk membeli lagi 100 saham perusahaan yang sama
atau investasi lain.
Keduanya akan memberi laba yang lebih besar dari
kenaikan harga saham.
Dampak Margin Trading pada hasil Saham :
Jumlah saham Rp 50 dibeli
Pengeluaran investasi (Rp)
- Dana Pinjaman
Equity dalam investasi
A. Posisi Investor jika :
harga naik Rp 80/saham
- Nilai saham
- Pengeluaran investasi
Capital gain
Hasil equity investor
(capital gain/equity)
Tanpa MT Dengan Margin Trading
100 equity
80%
65% 50%
100
100
100 100
5.000
5.000
5.000 5.000
0
1.000
1.750 2.500
5.000
4.000
3.250 2.500
8.000
5.000
3.000
60%
8.000 8.000 8.000
5.000 5.000 5.000
3.000 3.000 3.000
75%
92,3% 120%
Tanpa MT Dengan Margin Trading
100 equity
80%
65% 50%
B. Posisi Investor jika :
harga turun Rp 20/saham
- Nilai saham
2.000
2.000 2.000 2.000
- Pengeluaran investasi
5.000
5.000 5.000 5.000
Capital loss
3.000
3.000 3.000
3.000
Hasil equity investor
(capital loss/equity)
(60%)
(75%) (92,3%)
(120%)
Dari tabel diatas, ternyata MT mengandung 3 fase, yaitu :
a. Harga saham akan berubah naika atau turun, apapun posisi
pembiayaannya
b. Makin rendah jumlah equity investor, makin besar tingkat hasil
yang diperoleh investor jika harga saham naik
c. Risiko kerugian juga makin besar (dengan tingkat yang sama)
jika harga saham turun
• Dalam MT, besarnya pengembangan hasil tergan
tung dari perilaku harga saham yg diperdagang kan dan besarnya margin yang digunakan.
• Makin kecil margin dan makin besar perubahan
harga saham, makin besar hasil investor.
Potensi Hasil pada Margin Trading :
% Perubahan
Harga Saham
% Perubahan Hasil Uang Investor
dengan Margin sbb. :
90%
75%
50%
25% 10%
20%
22,2% 26,6% 40%
80% 200%
50%
55,6
66,7
100
200
500
75%
83,3 100,0
150
300
750
100%
111,1 133,3
200
400 1.000
120%
222,2 266,6
400
800 2.000
Tetapi bila harga saham tuurn, kerugiannya juga berlipat,
karena itu transaksi ini berisiko cukup tinggi
• Untuk melakukan MT diperlukan pinjaman yang
disebut Margin Loan yg. dikenakan suku bunga
tertentu tergantung pasar.
• Dalam transaksi margin dibentuk margin account
pada kantor broker atau di bank.
• Account dibuka dengan dana minimum berupa
equity dalam bentuk uang tunai atau saham.
• Apabila transaksi margin dilakukan maka terjadi
hal-hal sbb. :
a. Investor mengambil margin loan yg dibebani
bunga
b. Broker menahan saham yang dibeli sebagai
jaminan
c. Margin loan dapat diperoleh dari broker atau bank
(melalui broker)
d. Investor dikenai komisi dan pajak transfer
Persyaratan Margin
• Bank Sentral biasanya menetapkan Persyaratan
Margin (Margin Requirement=M/R) berupa jum lah equity minimum untuk transaksi margin.
• Investor dapat melakukan transaksi melebihi equi ty minimum; misal minimum M/R untuk saham
50%, tetapi investor dapat membeli saham dengan
mempergunakan margin 75%
• Brokerhouse dan bursa dapat menetapkan M/R yg
lebih ketat dari pada B.I, untuk membatasi ekses
trading dan perlindungan kredit bagi broker.
• M/R terdiri dari 2 jenis utama, yaitu :
1. Margin Awal (initial margin)
2. Margin Pemeliharaan (maintenance margin)
Perhitungan Margin Trading
Perhitungan hasil dari margin dilakukan dengan
menggunakan 2 rumus, yaitu :
1. Rumus Margin Dasar
2. Rumus Hasil Modal yang Ditanam.
1. Rumus Margin Dasar
Besarnya margin dalam suatu transaksi selalu diukur relatif terhadap jumlah equity.
Diperlukan 2 informasi untuk menyelesaikan
rumus ini, yaitu :
a. Nilai pasar dari sekuritas yang di margin
b. Jumlah uang yang dipinjam atau margin loan,
yang disebut Saldo Debet (debt balance)
Persamaan rumus margin :
Margin (%) = Nilai Sekuritas - Saldo Debet
Nilai Sekuritas
=(S-D):S
Contoh :
Investor hendak membeli 100 saham @ Rp 4.000 per saham dengan menggunakan 70% margin; yang berarti
dana bersumber dari :
- 70% equity
- 30% margin loan.
Investor akan pinjam 30% x Rp 400.000 = Rp 120.000
yang merupakan saldo debet dan sisanya Rp 400.000 120.000 = Rp 280.000 merupakan equity dari investor
a. Tingkat margin :
Margin (%) = ( S - D ) : S
= (Rp 400.000 - 120.000) : 400.000
= 70%
b. Jika harga saham naik menjadi Rp 6.500 :
Margin (%) = ( S - D ) : S
= (Rp 650.000 - 120.000) : 650.000
= 81,5%
c. Jika harga saham turun menjadi Rp 3.000 :
Margin (%) = ( S - D ) : S
= (Rp 300.000 - 120.000) : 300.000
= 60%
Dalam hal ini terjadi restricted/pengketatan account,
karena tingkat margin turun dibawah initial margin
yang berlaku
2. Rumus Hasil Modal yang Ditanam
• Margin Trading biasanya menyangkut periode
investasi pendek (kurang dari setahun)
• Investor menggunakan sebagian dana sendiri, sisanya memakai dana pinjaman
• Oleh karena itu, dalam menilai hasilnya, perhitungan tingkat laba hanya menyangkut bagian dana
milik investor sendiri (equity)
• Dengan menggunakan dana dari hasil berjalan
(dividen) atau bunga, maupun bunga atas margin
loan, diperoleh hasil modal yang ditanam (return on
invested capital = ROIC) sbb. :
Return on Invested Capital /ROIC =
(a -b)+(p-q):r
dimana :
a = Penghasilan berjalan yang diterima
b = Pembayaran bunga atas margin loan
p = Nilai pasar sekuritas pada penjualan
q = Nilai pasar sekuritas pada pembelian
r = Jumlah modal sendiri yang diinvestasikan
Contoh :
• Investor akan membeli 100 saham @ Rp 5.000 persa ham, karena diprediksi 6 bulan mendatang harga saham
akan naik menjadi Rp 7.500 persaham
• Saham ini memberti dividen Rp 200 per saham (dengan
holding period 6 bulan, investor hanya menerima dividen Rp 100 p/saham)
• Investor membeli saham dengan 50% margin dan
membayar bunga 10% untuk margin loan. Jadi investor
akan menaruh equity Rp 500.000 dengan harapan
nilainya naik menjadi Rp 750.000 dalam 6 bulan.
• Karena investor menggunakan margin loan 50% = Rp
250.000 dengan bunga 10% selama 6 bulan , maka
beban bunga investor adalah Rp 250.000 x 10% x 6/12
= Rp 12.500
ROIC yang diharapkan =
(Rp 10.000 - 12.500) + Rp 750.000 - 500.000)
250.000
Rp 247.500 / 250.000 x 100% = 99 %
• ROIC sebesar 99% tersebut diperoleh selama
holding period 6 bulan. Jika ingin dibandingkan
dengan alternatif investasi, maka harus dihitung
tahunan, sehingga menjadi 99% x 2 = 198 %
Penggunaan Margin Trading
Margin Trading dapat digunakan dalam berbagai
cara, terutama :
1. Memperbesar Hasil Transaksi
2. Laba Piramidasi
3. Memperbesar Penghasilan Berjalan
1. Memperbesar Hasil Transaksi
Investor yang akan meningkatkan capital gain dari
suatu transaksi mendapatkan sekuritas yang memberikan harapan kenaikan harga, lalu melakukan
margin pada atau diatas) tingkat initial margin
untuk memaksimalkan sumber investasinya sejauh
mungkin.
Contoh :
• Investor yang memiliki modal Rp 4.000 dan Initial
M/R saham 50%, menemukan saham dengan
harga Rp 20 persaham, tetapi diyakini akan naik
menjadi Rp 30 dalam 6 bulan.
• Investor memutuskan untuk melakukan Margin
Trading sampai batas initial margin .
• Investor dapat meminjam Rp 4.000 lagi untuk
menambah jumlah investasinya menjadi Rp 8.000
2. Laba Piramidasi
• Bila Investor tetap menahan sekuritas yang harga nya naik, akan diperoleh apa yang disebut laba diatas kertas (paper profit) artinya investor telah men dapatkan laba dari transaksinya, tetapi belum
menjual sekuritas ybs.
• Piramidasi (pyramiding) menggunakan paper
profit dalam margin account untuk sebagain atau
sepenuhnya membelanjai pembelian tambahan
sekuritas.
• Paper profit tsb. telah menimbulkan kelebihan
margin, yang berarti terdapat lebih banyak equity
dalam margin account.
Contoh :
• Suatu margin account memuat sekuritas seharga
Rp 60.000 dan saldo kredit Rp 20.000 sehingga berada pada tingkat margin 66 2/3%
• Jika M/R hanya 50% maka account tsb. mengan dung kelebihan margin.
• Dengan piramidasi, kelebihan margin ini diguna kan untuk membeli tambahan sekuritas sedemikian
rupa asalkan margin account tetap sama atau
diatas M/R
3. Memperbesar Penghasilan Berjalan
• Teknik ini paling jarang digunakan dalam margin
trading dan bisa dilakukan bila biaya bunga
margin loan relatif rendah dan bila penghasilan
berjalan berupa dividen atau bunga cukup tinggi.
Contoh :
• Investor yang memiliki equity Rp 2.000 bisa meng gunakan margin 50%, sehingga dapat meminjam
Rp 2.000 agar dapat membeli 100 saham @ Rp 40
persaham.
• Bunga margin loan 6% dan dividen tahunan sebe sar Rp 3,20 persaham.
SHORT SELLING
Pengertian
• Short Selling merupakan teknik menjual sekuritas atau
property yang dipinjam
• Short Selling dimulai bila sekuritas yang telah dipinjam
dari suatu broker dijual di pasar; kemudian bila harganya
turun, penjual membeli kembali sekutitas tersebut yang
lalu dikembalikan kepada pemberi pinjaman (lender).
• Dalam hal ini pemberi pinjaman sekuritas harus
mendapatkan perlindungan sepenuhnya
Mekanisme Short Selling
• 100 saham dijual @ Rp 5.000 persaham
Hasil penjualan bagi investor………………………..….. Rp 500.000
• Kemudian, 100 saham dibeli @ Rp 3.000 per saham
Biaya bagi investor ……………………………… …….. Rp 300.000
•
Laba Bersih ………… Rp 200.000
Pengertian
• Jika seorang investor menemukan saham yang diprediksi akan
turun harganya maka hal itu merupakan alasan untuk
melakakukan short Selling
Manfaat dari Short Selling adalah :
• Peluang untuk mengubah penurunan harga sekuritas menjadi
suatu keuntungan
Kerugian Short Selling :
• Merupakan transaksi dengan risiko yang cukup tinggi, karena
penurunan harga suatu sekuritas hanya dapat terjadi sejauh
tertentu (paling tidak sama atau hampir sama nol) Dilain pihak
kenaikan harganya tidak terbatas (jika harga sekuritas naik, short
selling rugi)
• Short Selling tidak pernah memperoleh dividen (karena jangka
waktunya cukup pendek) Namun jika dividen dibayarkan dalam
periode transaksi short Sell, maka short Seller harus menyerah kannya kepada pemberi pinjaman saham (lender)
Peminjaman Sekuritas:
• Sekuritas untuk short selling bisa dipinjam dari broker
atau investor individual lainnya.
• Broker meminjamkan sekuritas yang dipegang dalam
portofolionya atau dikenal dengan sebagai Street Name
Account (akun nama jalan)
• Street Name Account adalah sekuritas yang dipegang
oleh broker untuk pelangganny; saham dikeluarkan atas
nama kantor broker tetapi dipegang untuk kepentingan
(in trust) account dari kliennya.
• Broker meminjamkan sekuritas untuk transaksi short
sale sebagai pelayanan kepada kliennya; sedangkan
individu meminjamkan sekuritas karena mendapat kan
pinjaman tanpa bunga.
• Tetapi individu yang meminjamkan hanya mereka yang
memegang sekuritas atas namanya sendiri.
• Bila transaksi short sale dilakukan, pemberi pinjaman (lender)
berhak menerima pinjaman tanpa bunga sebesar nilai kolateral/
jaminan dari sekuritas yang digunakan dalam short sale.
• Nilai kolateral ini merupakan jumlah uang yang dapat dipinjam
dalam margin trading. Contoh :
Bila Margin Requirement /MR 60% nilai koletral akan berjum lah 40% yang merupakan pinjaman maksimum dalam transaksi
margin.
• Jadi bila seseorang meminjamkan sekuritas bernilai Rp 10 juta
dan M/R yang berlaku 60%, maka ia dapat menerima pinjaman
tanpa bunga 40% x Rp 10 juta = Rp 6 juta.
• Pinjaman tanpa bunga tersebut merupakan windfall, karena da pat diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan dan biasanya
dalam bentuk tabungan, karena tidak ada kepastian kapan short
seller akan membeli kembali sekuritas dan menarik pinjamannya
Misal:
Jika short Sale tsb. diatas berlaku selama 9 bulan dan bunga
tabungan 8%/tahun maka investor dapt memperoleh tambahan
penghasilan Rp 10 juta x 8% x 9/12 = Rp 240.000
Perlindungan bagi Lender :
• Lender, yaitu pihak yang memberi pinjaman sekuritas dalam
transaksi short sale praktis tetap memiliki seluruh manfaat dan
hak kepemilikan sekuritas (kecuali hak suara/voting right)
selama short sale, yaitu :
- Pembayaran dividen
- Hak atas saham pre emptive, jika dikeluarkan
- Saham split atau saham dividen , jika dikeluarkan
• Hak-2 tersebut tidak diterima langsung dari perusahaan yang
menerbitkan sekuritas, tetapi melalui short seller yang telah
berjanji menjadi pihak surogasi (surrogate firm)
• Dhi. broker yang akan menjamin dipenuhinya kewajiban oleh
short seller. Oleh karena itu dalam transaksi short sele diperlu kan margin deposit yang dipegang oleh broker untuk kepentingan dan perlindungan lender.
• Dalam short sale, hasil penjualan sekuritas, bersama dengan
margin deposit milik short seller dipegang oleh broker. Dhi.
broker membentuk diua
• Dhi. broker membentuk dua account, yaitu satu untuk short
seller, lainnya untuk lender.
• Proses bekerjanya account ini disebut mark-to-the-mark sbb. :
- Jika harga saham naik, account short seller turun dan
dananya ditransfer ke account lender. Sedang jika
harga saham turun, terjadi sebaliknya.
• Pinjaman tanpa bunga dan dividen juga langsung didebitir pada
account short .seller dan dikreditir pada account lender.
• Bila transaksi short sale berakhir, dana dalam account lender
dipakai untuk membeli saham (saat itu lender diberitahu untuk
segera mengembalikan pinjaman tanpa bunga yang belum
kembali pada account).
• Posisi short sale ditutup bila saham dikembalikan kepada lender.
• Dana dalam account short seller setelah dikurangi komisi serta
biaya transaksi, tinggal margin deposit dan laba dari transaksi
untuk dikembalikan kepada short seller.
Penggunaan Short Selling.
• Investor melakukan short sale untuk salah satu dari dua alasan :
a. Mencari laba spekulatif bila harga suatu sekuritas diharapkan
turun, atau
b. Melindungi laba dan menangguhkan pajak dengan memagari
(hedgimg) posisinya.
• Semua short sale dilakukan atas margin, yaitu besarnya penggunaan modal sendiri (equity deposit) yang harus dilakukan inves tor untuk dapat memulai transaksi, karena adanya M/R .
• Dalam short sale tidak diperlukan dana pinjaman , sehingga ti dak ada pembayaran bunga
1. Margin dalam Short Sale :
Margin dalam short sale dihitung dengan rumus :
Margin (%) = (Hasil Penjualan + Equity deposit) – Nilai Sekuritas
Nilai Sekuritas
Contoh :
Investor ingin melakukan short sale atas 100 saham @ Rp 60
dengan menggunakan margin yang berlaku 70%.
Dalam hal ini :
- Nilai Saham (NS) dan Hasil Penjualan (HP) :
100 x Rp 60 = Rp 6.000
- Equity Deposit (ED) : 70% x Rp 6.000 = Rp 4.200
Jika harga saham naik menjadi Rp 70, maka :
Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -7.000 ) : 7.000 = 46%
• Nilai HP dan ED tetap yaitu Rp 6.000 dan Rp 4.200 tetapi nilai
kolateral berubah naik menjadi Rp 7.000. Oleh karena harga
saham naik, besarnya margin turun, sebab investor menderita
kerugian yang mengakibatkan nilai equity turun.
• Karena besarnya margin (46%) turun dibawah M/R (70%)
investor menghadapi restricted account.
Jika harga saham turun menjadi Rp 50, maka :
Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -5.000 ) : 5.000 = 104%
Investor memperoleh kelebihan equity yang dapat digu nakan untuk piramidasi.
2. Hasil atas Modal yang Ditanam :
Dalam short Sale tidak ada dana yang dipinjam dan tidak
ada bunga yang harus dibayar, sehingga hasil yang diperoleh berasal dari equity deposit. Hanya saja short seller
harus membayar dividen kepada lender yang akibatnya
mengurangi laba . Rumus hasil atas modal yang ditanam
(retunr in invested capital) sbb. : ROIC =
Rumus hasil atas modal yang ditanam
(retunr in invested capital) sbb. :
ROIC = ( HP – BP – D) : ED
Dimana :
- HP = Hasil Penjualan
- BP = Biaya Pembelian Sekuritas
- D = Dividen yang dibayar short seller
Contoh :
• Seorang investor ingin menggunakan 70% margin un tuk
short sale saham seharga Rp 60 yang diprediksi akan turun
menjadi Rp 40 dalam waktu 6 bulan. Perusahaan membayar
dividen Rp 2 per-saham seta - hun atau Rp 1 per-saham untuk
6 bulan
• Perhitungan hasil persaham menghasilkan :
ROIC = Rp 60 – Rp 40 – (6/12 x Rp 2) : (70% x Rp 60)
= Rp 19 /42 x 100% = 45%
• Hasil perhitungan ini tidak akan berubah, berapun jumlah
saham dalam transkasi ini
3. Spekulasi :
Karena short seller bertaruh terhadap perilaku pasar , maka short selling merupakan teknik spekulasi yang tinggi dan menghadapi risiko yang cukup besar.
Contoh :
Seorang investor telah menemukan suatu saham yang diprediksi akan merosot
harganya dari Rp 50 menjadi Rp 30 dalam waktu 8 bulan mendatang. Ia me –
mutuskan untuk melakukan short selling 300 saham dengan menggunakan
margin 50%
Spekulasi dengan short Sale :
•
Short sale awal : 300 saham dijual @ Rp 50 …………… Rp 15.000
•
Short sale tutup : 300 saham diobeli @ Rp 30 ………… Rp 9.000
Laba bersih …………….. Rp 6.000
•
Equity deposit 50% x Rp 15.000 Rp 7.500
ROIC : Rp 15.000 – 9.000 : 7.500 = 80%
Apabila harga saham memang turun menjadi Rp 30 investor akan memperoleh ROIC sebesar 80% . Tetapi jika ternyata harga saham naik, maka seluruh
atau sebagian besar investasinya Rp 7.500 akan habis.
4. Melindungi laba yang telah diperoleh :
•
Short sale bisa digunakan untuk melindungi laba
yang telah diperoleh dari transaksi sebelumnya
Teknik ini disebut hedging atau shorting-against –
the box
Transaksi I :
-Membeli 100 saham @ Rp 20 = Rp 2.000
Harga saham naik menjadi Rp 50
Laba dalam transaksi ini :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 50 ………… Rp 5.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 …………… (Rp 2.000)
Laba Bersih …………………. Rp 3.000
Transaksi II:
Short Sale 100 saham @ Rp 50
A. Harga saham naik menjadi Rp 80
Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 80 …………… Rp 8.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ……………... (Rp 2.000)
Laba …….……………………. Rp 6.000
Kurang : Rugi Short Sale :
Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000
Short sale tutup 100 saham x Rp 80 = ( 8.000) =
Rp 3.000
Laba Bersih ……………….. Rp 3.000
B. Harga saham turun menjadi Rp 30
Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 30 …………… Rp 3.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ……………... (Rp 2.000)
Laba …….……………………. Rp 1.000
Tambah : Laba Short Sale :
Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000
Short sale tutup 100 saham x Rp 30 = ( 3.000) =
Rp 2.000
Laba Bersih ……………….. Rp 3.000
•
Dalam transaks1 pertama diperoleh capital gain Rp 3.000
•
Investor tidak ingin menjual saham itu sekarang, tetapi ia
juga tidak mau kehilangan laba itu.
•
Dengan melakukan short sale, investor dapat “mengunci”
laba Rp 3.000 tersebut
•
Meskipun harga saham naik atau turun, investor tetap
terjamin akan laba itu.