dr. Arnold M Simanjuntak, SpU

Download Report

Transcript dr. Arnold M Simanjuntak, SpU

dr. Arnold M Simanjuntak, SpU
PENDAHULUAN
Striktur urethra :
Obstruksi uretra anterior akibat trauma atau
inflamasi
Spongiofibrosis
Jaringan parut disekitar korpus spongiosum
PENDAHULUAN
Striktur uretra posterior
Berbeda dari striktur uretra anterior karena
mekanisme cedera : disrupsi komplit atau
parsial akibat trauma pelvis
displacement aksis uretra dan obliterasi
uretra akibat fibrosis
Anatomi striktur uretra
ANATOMI
• Urethra laki-laki, terdiri dari :
1. U. anterior
a. Pars bulbaris
b. Pars pendularis
c. Pars glandularis
2. U. posterior
a. Pars membranacea
b. Pars prostatika
ANATOMI
• Urethra perempuan, pada perempuan
dewasa panjang sekitar 4 cm dia. 8
mm, terdiri dari:
1. Pars pelvikal
2. Pars membranacae
3. Pars vagina
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
PEMBAGIAN & ETIOLOGI
• Kongenital, kelainan pada pertemuan
urethra membranacea dg bulbus
urethra
• Akuisita, kelainan disebabkan infeksi
dan trauma dimana lapisan uroepitelial
hilang.
PEMBAGIAN & ETIOLOGI
Trauma pada urethra dibagi menjadi :
• trauma interna
• trauma eksterna
Pada fr. Pelvis tipe Colapinto dan Mac
Callum memberikan kualifikasi ruptur
urethra menjadi :
PEMBAGIAN & ETIOLOGI
• Tipe 1, prostat atau urogenital
mengalami dislokasi.
• Tipe 2, urethra pars membranacea
diatas diafragma urogenital mengalami
ruptur (total atau parsial). U pars
bulbularis biasanya utuh.
• tipe 3, urethra pars membranacea (atas
atau bawah) mengalami ruptur (total
atau parsial).
PEMBAGIAN & ETIOLOGI
Penyebab lain striktur urethra a.l. :
• batu keluar spontan
• ekstraksi batu yg menyebabkan
rusaknya mukosa
• pada perempuan, karena trauma saat
hub. intim, melahirkan atau saat repair
vagina
DIAGNOSIS
• Anamnesis
Penderita datang dg keluhan pancaran
air kencing yang kecil, menetes atau
berhenti sama sekali.
Riw. adanya trauma, infeksi sal kencing
atau kateterisasi/ op prostat perlu di
tanyakan.
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan fisik
Indurasi dari area striktur kadang dpt di
raba.
• Pemeriksaan penunjang
1. Instrumentasi, dpt dilakukan dgn
kateterisasi dg Nelaton atau Foley.
2. Radiologi, dapat menggunakan
antegrad atau retrogard urethrografi
(idealnya dg bipolar uretrosistografi)
DIAGNOSIS
• Laboratorium
Pada urinalisa akan ditemukan adanya
lekosit dan bakteri bila infeksi.
Dilanjutkan dengan kultur urine, periksa
fungsi ginjal .
• Pemeriksaan urodinamik u/ mengetahui
urinary flow rate juga dilakukan.
Pada striuktur urethra < normal (< 20
ml/dtk)
KOMPLIKASI
Pd striktur urethra terjd penyempitan
lumen, hingga terjadi dilatasi bagian
proksimalnya. Otot vesica urinaria akan
berkontraksi melawan aliran refluks, bila
proses ini berlangsung lama otot tersebut
tidak mampu lagi mengosongkan isinya.
Proses selanjutnya akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Striktur urethra mempunyai kesamaan
gejala obstruksi dg hiperplasia prostat,
tumor ganas prostat atau kontraktur leher
vesica urinaria setelah op prostat.
U/ menegakkan diagnosis dr kelainan
prostat dilakukan pemeriksaan : colok
dubur, urethroskopi, panendoskopi, atau
biopsi pada keganasan prostat.
TERAPI
Dalam mengelola striktur urethra perhatikan
keadaan umum penderita (retensi urine atau
tidak), lokasi, panjang dan densitas jar.
striktur.
> 2 cm : open urethroplasty
< 2 cm : urethrotomi interna
TERAPI
• Dilatasi, tidak menyembuhkan namun
mematahkan jar. parut striktur dan
melebarkan lumen sementara, saat
penyembuhan jar. parut akan terbentuk
kembali.
Alat yg diperlukan :
- busi metal
- busi plastik
- busi filiform
TERAPI
Dilatasi umumnya digunakan u/ striktur
urethra kronik, dilakukan secara bertahap
mulai dari uk. 20 F s/d 22 F.
Komplikasi : nyeri, perdarahan, infeksi, false
route, timbul striktur baru hingga memperberat striktur lama.
TERAPI
• Urethrotomi interna, tehnik membuka jar.
striktur dg insisi atau ablasi secara
transurethral. Terapi dianggap berhasil jika
proses epitelisasi terjadi sebelum ada
kontraksi luka.
Metode ini u/ striktur :
- < 2 cm
- lokasi distal dari pars bulbosa
TERAPI
• Urethrotomi eksterna, insisi kulit disebelah
ventral secara longitudinal, jar fibrosis
diangkat pasg kateter (sudah jarang
digunakan).
Keuntungannya :
- dpt dilakukan dari luar
- jarang residif
- perdarahan mudah dikontrol
TERAPI
• Eksisi dan anastomose, metode terbaik u/
striktur sederhana (<2cm). Keberhasilan
tergantung pembebasan korpus spongiosum. Lakukan diversi urine dg kateter
suprapubik (sistostomi), pasang kateter
silikion yg dilepas setelah 7-10 hari.
TERAPI
• Urethroplasty dg marsupialisasi, metode :
– Johanson (1953), dg 2 tahap :
1. Mengubah striktur urethra menjadi
hipospadia. Diversi urine 1 minggu.
2. Repair dg tehnik buried strip dari
Denise Brown. Diversi urine 10 hari.
– Lead Better, dg 2 tahap :
1. Insisi flap pd perineum, perluas vertikal
sampai scrotum, insisi sampai urethra
pas bulbaris.
TERAPI
Eksisi striktur, insisi sampai urethra normal
di sebelah proks & distal dr striktur.
Bebaskan m. bulbocavernosa dr urethra.
2. Kulit yg menutupi lubang di insisi, jahit
antara m bulbocavernosa dg jar sekitar &
kulit. Sub kutis & kulit jahit u/ menutupi
lubang.
TERAPI
– Tumer Warmick, dg 2 tahap. Utk repair
striktur urethra pas membranacea.
Diversi urine dg drainage supra pubik.
– Perineostomi/Perineal urethrotomi, pada
pasien tua dg striktur urethra anterior
yg menolak tindakan urethroplasty.
TERAPI
Pd striktur urethra yg panjang & kompleks , dilakukan urethroplasty dg graft.
Graft yg digunakan u/ rekosntruksi :
– full thickness skin graft
– split thickness skin graft
– bladder epithelial graft
– buccal mucosal graft
TERAPI
Mikrovaskularisasi :
1. epitel vesica urinaria terdiri dari 2
pleksus : superfisial & profunda.
2. Mukosa bukal : tidak berlapis-lapis,
graft dpt digunakan di berbagai tempat.
Dianjurkan penggunaan graft yg tidak
berambut, genital skin island, mobilisasi
fascia dartoc penis atau tunica dartos
scrotum.
TERAPI
3 hal penting dalam penggunaan flap :
1. Asal flap
2. Vaskularisasi
3. Mekanika
PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh perawatan kateter,
terutama u/ mencegah infeksi, pengobatan dan kontrol yg berlanjut.
Striktur mudah residif , perlu dilakukan
buginasi secara teratur.
Follow up seksama selama 1 tahun tanpa
kekambuhan dpt dikatakan sebagai
penyembuhan.