Document 7668897

Download Report

Transcript Document 7668897

Filsafat Perennial
(Sayyed Housein Nasr)
Oleh : Zainul adzvar.
Filsafat Perennial= Kebijaksanaan Perennial
(intelektual)
(realisasinya)
 Adalah: Pengetahuan yang selalu dan akan
“ada”, bersifat universal.
 “ada” diantara orang-orang yang berbeda
ruang, waktu, prinsip.
 Ini diperoleh lewat intelek
 Beda dengan Rasio: pemikiran terhadap
rencana “roh”,
 intelek: mampu mengetahui Tuhan, ia bersifat
ilahiyah dan sekaligus akses ke manusia
sehingga sadar siapa mereka  ini terdapat
dalam jantung semua agama dan tradisi.
Realisasi pencapaian hanya melalui tradisi
tersebut dengan metode, ritual, yang
dikuduskan oleh Perintah suci yang
menciptakan tradisi
Walaupun manusia bisa
memperoleh dengan usahanya
sendiri, tapi pencapaiannya
tergantung “rahmat” dan ketentuan
yang ditetapkan oleh agama.
Filsafat Perennial mempunyai cabang-cabangdan
ranting-ranting ke kosmologi, antropologi, seni.
dll.
Jantungnya : metafisika (: pengetahuan tentang
relitas tertinggi, sebagai pengetahuan menganai
yang “kudus”/scientia sacra)  bukan
sebagaimana Filsafat Barat.
Metafisika yang dipahami dalam
filsafat perennial
Pengetahuan Ilahiyah (bukan
konstruk mental yang selalu
berubah sesuai dengan zaman)
Metafisika tradisional  Pengetahuan yang
mensucikan dan mencerahkan, ia merupakan
gnosis, ia terletak di jantung agama, yang
mencerahi makna ritus-ritus, doktrin-doktrin,
juga sebagai kunci untuk memahami pluralitas
agama.
Kalau ada “satu” prinsip yang terus
diulang-ulang dalam wacana
tradisional adalah ortodoksi  ia
berarti mengandung esoterik dan
eksoterik.
Obyek Filsafat Perennial adalah :
Agama
 Tuhan
 Wahyu
 Ritus
 Mistisisme
 Metafisika
-----------
Manusia
Seni Sakral
Syari’at agama
Etika sosial
Teologi
Agama bukan Historis tapi Trans-Historis.
Historis -- Fenomenologi - dari luar
Trans Historis  Perennial - dari dalam
Realitas / metafisika merupakan
realitas yang tidak hilang oleh
dunia psikofisik (dimana manusia
bisa berfungsi).
Realitas tertinggi melampaui
semua ketentuan dan batasan.
Apakah Prinsip Perennial bisa dilihat dalam
konteks Postifistik (kepenuhan) atau nihilis
(kekosongan)?

Ada 2 kemungkinan.
 Pertama, Seperti yang difahami tradisi
Timur  adanya “Aku” tertinggi, kutub
subyektif.
 Kedua, imanen  tergantung tingkat
kesadaran dan kecerdasan “intelektualitas”
 O.k.i agama bukan hanya kunci memahami
agama, tapi juga alat perjalanan menuju
ilahiyah  yaitu kehidupan seseorang itu
sendiri
Tantangan sebuah agama
 Agama tidak hanya Ibadah dan Iman
saja, tapi “asal yang Ilahi” (Devine origin)
 polanya terletak dalam intelek
ilahiyah.
 Agama di Bumi akan terhenti, tapi
sebagai “ide” akan tetap dalam intelek
ilahiyah dalam realitas Trans Historis.
Karenanya agama tidak bisa di reduksi ke
dalam menifestasi yang bersifat sosial dan
psikologis.
Sebab agama adalah perkawinan antara
norma ilahiyah dan kolektifitas manusia
yang ditakdirkan untuk menerima jejak
norma tersebut.
Sehingga secara otomatis agama
mempunyai “aksoterik” (dimensi yang luar).
Filsafat dulunya erat dengan wahyu  akan
tetapi di belokkan oleh Eropa menjadi
Modern.