FAROUK MUHAMMAD Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana

Download Report

Transcript FAROUK MUHAMMAD Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana

FAROUK MUHAMMAD
Guru Besar Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana
pada STIK-PTIK dan UI
Bahan Kuliah Kriminologi Mahasiswa STIK Angkatan 63, Tanggal 18 September 2013.
Bahan Kuliah Serupa Pernah Disampaikan Pada Kuliah Umum (Stadium Generale)
Mahasiswa/Sivitas Akademika Dep. Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UI dan Mahasiswa STIK, Tanggal 21 Februari 2011.
2
Gambaran Umum
(Lap. Bermain)
Masalah (manusia) dlm
kehidupan sosial
(Perebutan)
kekuasaan
(indiv./Pok)
Kejahatan
Kemiskinan
pengangguran
Perhatian Akademisi
Pakar-2 Sosiologi Univ. Chicago (US)
3
Awal Perkembangan
Shaw & Mckay
(1920-an)
Statistik kriminil
Quetelet & Guerry
(Perancis)
Kota Chicago
Proses Industrialisasi/Urbanisasi/
Perub. Sosial Awal Abad XX
Angka kenakln/kej. zona lain < zona
transisi (antara kawsn permukmn dan
bisnis:
perumahan
kumuh,
kel.
perceraian, kelahiran tdk sah, penduduk
beraneka, penghasln dan pendidikan
rendah & penganggrn)
SOCIAL DISORGANIZATION THEORY
Sutherland
(“Criminology “, 1924)
Perbuatan jahat juga dipelajari melalui
proses interaksi simbolik terlebih
dgn orang-2 dekat
DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY
(Social Learning Theory)
4
Paham Filosofis
(Klasik)
● C. Beccaria
(“Dei Delitie Dele Pene” )
● J. Bentham (an Introduction to the
Principles of Morals and Legislation)
Sistem
penghukuman
di
penjara-2 (Italia dan Inggris)
tidak
berperikemanusiaan
dan tanpa melalui proses
perad. yg fair & manusiawi
PEMBARUAN
HK. PIDANA
● Perb. jahat = kehendak bebas (freewill)
● Kalkulasi rasional atas resiko
kerugian/rasa sakit vs manfaat/
kenikmatan.
● Hukuman hrs beri efek jera :
- certainty, severity & celerity
KEBIJAKAN :
- pemberatan hukuman
- penambahan kekuatan polisi
5
Paham Positivis
A. Comte
(Bapak Sosiologi/Positivis)
Evolusi
pemikiran
:
pernyataan-2
teologis/ metafisik  positiv/prinsip-2
keilmuan
C. Lombroso
(“L’Uomo Delinquente”)
Dokter tentara Itali
Positivistic
Criminology
(biology, psikology, sociology)
MENENTANG FREEWILL/ DETERRENCE
(tingkah
laku
berdasarkan
pertimb.
rasionalitas kec. dicegah ancaman yg
sesuai hukuman)
- Prajurit Militer
- Narapidana
Keabnormalan bawaan
(bentuk fisik mempengaruhi
perilaku jahat)
6
Biological Criminology
Modern Biological Theories
Genetic - Environment
Interaction
Brain - Environment
Interaction
● T. laku = produk interaksi genetik- lingkungan
(nature and nurture)
● Family studies: pewarisan/feeblemindedness
(Goddard, 1912 ; R. Dugdale,1877)
● Twin studies : kembar
(T. Bouchard, 1984)
● Adoption studies : anak angkat
(Hutchings & Mednichk)
● Pengaruh genes pada t. laku abnormal :
schizophrenia,
depresi, alkoholik, perilaku kriminal
● Brain = menjembatani lingkungan dan
tingkah laku
● Permasalahan t. laku = umumnya sbg
akibat hemispheric dysfunction
● Psikopat
= tidak mampu : merasa
bersalah/empati, memahami definisi dan
mematuhi norma sosial (Hare, 1987) - left
hemisphere damage cq. frontal & temporal
cortical- limbic system (Yeudal, et all, 1982)
● Carrier crim : autonomic nervous system
disorders, dominan otak kanan,
brain
injuries dan temporal frontal damage
(BANYAK PENENTANGAN)
7
Psychological Criminology
● Psychoanalis : Freudian Model
• Manusia : id, ego dan super ego (Personality)
• A. Aichhorn : perawatan pelaku kenakalan remaja atas asumsi
konflik id, ego, dan super ego
● Teori Perilaku (Behaviorsm)
Psikologi “Lockean” : manusia sbg “tabularasa” (tablet kosong)
I. Pavlov
- Uji coba anjing : reaksi
saraf dan t. laku
menangkap makanan
ketika dibunyikan bel.
T. laku krim. = perilaku
mengadaptasi
lingk.
melalui
proses
hub.
stimuli – respon yg
didasarkan atas kalkulasi
pain - pleasure
B. F. Skinner
- Uji coba tikus : respon
saraf thdp stimuli dari
lingk.
8
Sociological Criminology
Structural Functionalist
Fokus : proses sosialisasi indiv. thdp nilai-2 sosial melalui lembaga-2
sosial (keluarga, sekolah, dll)
- Kejahatan/kenakalan = kegagalan menyesuaikan diri dgn nilai-2 sosial
setempat (conformity)
-
Individual
● Anomie/Strain T : E. Durkheim
(1897) dan R. Merton (1938)
● Delinquent Subculture T :
A. K. Cohen (1955)
● Differential Opportunity T :
R. Cloward & L. Ohlin (1959)
Lingkungan/Komunitas
● Social Disorg. T : Shaw & Mc. Kay C
● Control T : A. J. Reiss
(personal & social) (1951) dan
I. F. Nye (direct, indirect & internal)
(1958)
● Containment T : W. Reckkss (1956)
● Social Bonding T : T. Hirschi (1969)
● Self-control (General) T : Hirschi
& Gottfredson (1990)
● Social Learning T : R. L. Akers (1977)
9
Soc. Criminology : lanjutan
Symbolic Interactionist
- Pertukaran dari pengertian simbol yg dikom.kan scr lgsg melalui
bahasa, ungkapan-2 verbal/bhs isyarat dan pengaruh interaksi tsb
thdp penjatidirian individu
- Simbol: bukan fisik/aspek-2 perilaku konkrit  nilai/arti dr suatu
simbol (locking-glass self = we are/become what we think others
think we are)
Lingkungan Dekat
● Differential Association :
Sutherland (1924) &
D. Cressey (1971)
● Neutralization T :
D. Matza & G. M. Sykes
(1961)
Agen-2 Sis. Perad. Pidana
● Labeling T :
- F. Tannenbaum (1938)
- E. Lemert (1957/61)
- H.S. Becker (1963)
10
Soc. Criminology : lanjutan
Critical Crimology
Conflict Theories
- Sistem ekonomi kapitalis melahirkan struktur masy.:
borjuis vs proletar
- Sumber penyebab keseluruhan mslh sosial
(K. Marx)
W. Bonger
(1876-1940)
- Kejahatan
/kenakalan/prostit
usi/ alcoholism:
kondisi ekonomi
dlm sistem
kapitalis
Group Conflict G.
Vold
- Masy. bukan diikat
oleh konsensus/
kesepakatan thdp
nilais umum
- Kumpulan dr Pok-2
yg terikat dlm suatu
keseimbangan
dinamis dr kpntgn
oposisi
- Kejahatan/Perilaku
menympng =
normal (oleh individu
yg terperangkap dlm
konflik Pok & Bud.
“Class, State &
Crime” R. Quinney
- Kejahatan kelas
pekerja = sikap
pembangkgn thdp
sistem kapitalis
- Kejahatan kaum
kapitalis utk
melind. kepentgn
(korporasi, penegak
hukum & pejabat
pem.)
Radical T (NeoMarxist)
1. Taylor, P. Walton
2. J. Young: pengaruh
eksploitasi/opresi
kaum kapitalis yg
kuasai mesinII
produksi dan
mesinII politik &
hukum
11
Critical Criminology (Kontemporer)
Feminis Theories
K. Daly & M. Chesney-Lind (1988)
●
Bersandar pd teori-2 umum (radikal, marxis, labeling, dll)
● Mempersoalkan generalisasi dlm teori-2 krim. yg berlaku serta merta
utk laki-2 & perempuan
● Mencari jawaban mengapa terdpt kecend. pelaku kej. perempuan
lebih sedikit daripada laki-2
● Jumlah anak perempuan lebih banyak daripada laki-2 yg dibawa
pengadilan (melarikan diri dr rumah, bolos, incorrigibility)
•
Pejabat penegak hukum laki-2 lbh lunak memperlakukan pelaku kej.
perempuan diband. laki-2
12
Neo Klasik
Pengujian Empirik
Doktrin Efek Jera
(1960, an)
J. P. Gibs, C. R. Titles, T. G. Chiricos & G. P. Waldo
Indikator Obyektif
(factual research)
Indikator Subyektif
(Perceptual Research)
Memprediksi hub. terbalik jml kej. dgn :
Menanyakan resp. : “sejauhmana
kemungkinan tertangkap“ (kalkulasi
keyakinannya ttg certainty, severity &
celerity)
- Arest rate (certainty)
- Rata-2 lama vonis pidana utk kej.
tertentu (severity)
● Rational Choice T : Perhit. keuntungan yg akan diperoleh vs resiko kemungkinan
tertangkap dan hukumannya
(D. B. Cornish dan R. V. Clarke)
● Routine Activities T : Perpaduan pd suatu waktu & tempat : calon pelaku yg
termotivasi, target yg menarik dan ketiadaan penjaga yg mampu
13
(L. Cohen dan M. Filson)
Perkembangan Mutakhir
Theory Integration
●
●
●
●
●
●
Elliot dkk (1985): memadukan strain, control dan social learning dlm
mempelajari kenakalan remaja
Hirschi dan Gottfredson (1990): self-control sbg faktor tunggal
(diantara sejmlh faktor yg diterangkan teori lain) yg menerangkan
semua perilaku jahat/menyimpang untuk semua teori, suku bangsa
dan sepanjang waktu (General T)
Akers (1989): “conceptual-absorption” menggarisbawahi konsep
suatu teori sbg suatu masalah khusus, yg didefinisikan dgn konsep-2
dari teori lain (social bonding, labeling, conflict, anomi dan
deterrence)
Braithwaite (1989): “reintegrative shaming” menyatukan elemen-2
dari teori-2: control, labeling, subcultural, opportunity (strain) dan
social learning; bahwa angka kejahatan pd level indiv. dan level
agregasi dipengaruhi scr lngsg oleh “shaming”
C.R. Jeffery (1990): kriminologi harus merupakan ilmu penget. yg
inter disiplinaritas yg mencakup ilmu-ilmu biologi dan perilaku
(Biologi, Psikologi, Psikiatris, Sosiologi, Ilmu Politik, Ekonomi, dan
Antropologi) dan ilmu-2 kebijakan (H. Pidana, Administrasi Publik,
Falsafah, Etika dan Sejarah)
H.D. Barlow (1995): teori-2 yg ada kurang menekankan perbedaan
“propensity to commit crime” (tendensi/motivasi) atau perilaku14
jahat
(criminality) dan peristiwa/perbuatan jahat itu sendiri (crime)
15
Kebijakan “Judi”
PEMBERANTASAN PERJUDIAN
• Pada awal masa jabnya (Juni 2006), Kapolri Jend. Sutanto membuat kebijakan
keras (though policy); Pemberantasan Perjudian termasuk Pungli, Illegal
Logging, dll.
• Pd tahun-2 awal penerapannya hampir tidak terlihat perjudian secara kasat
mata. Artinya, tindakan kepol. yang tegas (certainty) menjamin pencegahan
kejahatan.
• Perubahan modus (elektronik) dan lokasi (Malaysia dan Singapura).
• Survey “Dampak Kebijakan Tegas Pemerintah/Pimpinan Polri Terhadap Dinamika
Operasional Di Kesatuan Kewilayahan” di 10 Polda yg mencakup Dit. Opsnal, 2
Polwil, 39 Polres, dan 86 Polsek: mengungkap penyusutan pendapatan
kesatuan-2 kewil. antara 15% sampai 80% dari sumber tidak resmi selama bulan
Juli sampai Agustus 2005, sehingga menimbulkan dampak, a.l. penurunan
dinamika ops. dan “slow down” peningkatan peranan biro-biro jasa dan calo
serta kecenderungan pengalihan sumber pendapatan dgn memanfaatkan
kewenangan dlm penanganan kasus-2 tanpa korban (PTIK cq. Pokja Kajian
16
Masukan & Kebijakan dan Strategi).
Kebijakan “Judi”
CORRUPTION PERSEPTION INDEX (GLOBAL CORRUPTION BAROMATER)
Partai
2004
2005
2006
2007
2009
2010
4,4
4,2
4,1
4,0
4,0
3.5
(79%)
politik
Legislatif
4,4
4,0
4,2
4,1
4,4
3.6
(60%)
Kepolisian 4,2
4,0
4,2
4,2
-
3.5
(58%)
Lembaga
4,2
3,8
4,2
peradilan
Data 2010 : Masih dlm konfirmasi
Sumber : Transparancy International Indonesia
4,1
4,1
3.6
(43%)
17
Kebijakan “Preman”
OPS. PENINDAKAN “PREMAN” POLDA METRO JAYA
NO.
TINDAKAN
TAHUN 2008
TAHUN 2009
TAHUN 2010
1
Kasus Ditangani
1591
665
229
2
Pelaku Ditangkap
1291
1513
419
3
Pelaku Ditahan
474
878
356
4
Pelaku Dibina
817
635
63
Tahun 2008 : Ops. Berantas Jaya I 12/03 - 10/04
Ops. Berantas Jaya II 18 - 13/12
Tahun 2009 : Ops. Berantas Jaya
26/06 - 5/07
Ops. Sikat Jaya
19/11 - 20/12
Tahun 2010 : Ops. Berantas Jaya I 30/01 - 12/02
Ops. Berantas Jaya II 20 - 29/05
Ops. Pekat Jaya
8 - 28/11
Sumber : Biro Ops. Polda Metro Jaya
18
Kebijakan “Preman”
TINJAUAN AKADEMIS
ATAS KEBIJAKAN MENGHADAPI “PREMAN”
● Landasan teoritik : Crime as a Choice
● Sejumlah riset terhadap “Persistent Thieves”
- Bennet & Wright (1984) : 49 % (n=83) tidak memikirkan peluang tertangkap.
- Wright & Rossi (1985) : 47 % (n=1038) jarang tdk pernah mempertimb. tertangkap
resikonya dan 72 % tdk khawatir tertangkap.
- Feeney (1986): 60 % (n=113) belum pernah berpikir tertangkap dan 17 %
memikirkan ttp tdk masalah.
- Walsh (1986) : wawancara mendalam terhadap 77 perampok dan 45 pencuri berat
juga tdk pernah memikirkan tertangkap.
“The only thing you’re thingking about in looking and acting and trying not to get
caught” (H. D. Barlow, 1955)
● Kebijakan pengendalian kej. yg didasarkan atas interprestasi “Crime as a Choice”
umumnya didasarkan atas asumsi bahwa ancaman-2 legal memiliki arti yg konstan pd
semua kontek dan situasi. Asumsi tsb tdk berlaku bagi mereka yg melakukan kej. di bwh
pengaruh “moods” (depretion/arrogance) serta drugs dan pelaku pembantu. Ancaman-2
pidana legal tdk mempunyai pengaruh efek jera, kecuali dlm hal-2 tertentu.
• “Preventive detention does not reduce violent crime” (S.Walker,
19
1994)
Kebijakan “Preman”
PERKEMBANGAN KEJAHATAN JALANAN
POLDA METRO JAYA
TAHUN 2008 - 2010
40000
30902
27918
30000
20000
15795
26529
13906
12522
10000
0
2008
2009
LAPOR
Sumber : Biro Ops. Polda Metro Jaya
Konfirmasi: Polda Jatim
2010
SELESAI
20
Kebijakan “Kekuatan”
PERKEMBANGAN KEKUATAN PERSONEL POLRI
TAHUN 2001 - 2011
450000
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
2001
2002
2003
Sumber : SDE SDM Polri
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
21
Kebijakan “Kekuatan”
PERKEMBANGAN KEJAHATAN
TAHUN 2001 S/D 2010 (Nasional)
400000
330354
350000
332490
256543
250000
150000
344942
299168
300000
200000
326752
187244
196931
184360
220886
210538
208824
223282
180752
165314
146263
103831
103040
110653
120982
2001
2002
2003
2004
100000
50000
0
Lapor
Selesai
2005
Sumber : Sops Polri
2006
2007
2008
2009
2010
22
Kebijakan
PERKEMBANGAN KEJAHATAN “PROSPERITY”
TAHUN 2001 S/D 2010 (Nasional)
250000
200000
136650
150000 129096 121573 121133
180950 192525 181209
180283
154783 166441
100000
50000
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jenis : pencurian, penggelapan/penipuan, pemerasan dan perampokan.
Sumber : Sops Polri
23
Kebijakan
PERKEMBANGAN KEJAHATAN “VIOLENCE”
TAHUN 2001 S/D 2010 (Nasional)
60000
50000
40000
33395
31675
2001
2002
35492
38652
2003
2004
42148
45144
2005
2006
49397
46604
47476
2007
2008
2009
44116
30000
20000
10000
0
2010
Jenis : penganiayaan, pembunuhan, ancaman, perkosaan, penculikan, senpi/handak,
pengrusakan, peledakan, pembunuhan dan penyerangan Mako Polri.
Sumber : Sops Polri
24
Kebijakan “Kekuatan”
PERKEMBANGAN KEJAHATAN (Kualitatif)
 Figur Pelaku:
• “pendekar”  “parlente”
• Berkerah biru  berkerah putih
 Lokus:
• Tempat tinggal  tempat usaha/kerja
• Jalan  pasar modal
• Kampung/desa  antar kota  antar negara
 Sifat:
• Individual  kelompok  terorganisir
 Jenis:
• Kekayaan negara: korupsi, illegal logging, illegal minning, illegal
fishing
• Kekerasan/kemanusiaan antar negara: terrorisme internasional,
narkotika, people smugling, fire arms smugling
25
Kebijakan “Kekuatan”
Tinjauan Akademis Atas Kebijakan Penambahan Kekuatan
 Landasan Teoritik; Deterrence (certainty & celerity)
 Kansas City Preventive Patrol Experinment (1972-73)
A. Proactive Beats: 2 – 3 kali Kuat Pers
B. Reactive Beats: tidak ada patroli rutin
C. Control Beats: patroli normal
 Hasil Eksperimen:
- Tingkatan aktivitas patroli tdk pengaruhi jumlah kejahatan atau persepsi publik
- Kejahatan tdk bertambah pd B dan tdk berkurang pd A
- Publik tdk merasa ada perbedaan atau perub. rasa takut/aman
 Konfirmasi:
Hasil Kansas dibenarkan di Inggris dan Newark, AS (sedikit mengurangi rasa takut)
 “Adding more police officers will not reduce crime”
(S. Walker, 1994: Sense and Non-sense About Crime and Drugs)
26
Kebijakan “Kekuatan”
PERKEMBANGAN JUMLAH JENDERAL
TAHUN 2001 S/D 2010
300
239
250
200
150
132
142
147
2001
2002
2003
172
167
2004
2005
215
214
207
2006
2007
2008
218
100
50
0
2009
2010
Sumber : SDE SDM Polri
27
Kebijakan “Kekuatan”
PERKEMBANGAN ALOKASI DUKUNGAN ANGGARAN POLRI
TAHUN 2005 S.D. 2012
ANGKA DALAM TRILIUN
45
39
40
35
30
27
25
20
20
15
13
21
29
24
16
10
5
0
2005
2006
Sumber : Srenbang Polri
2007
2008
2009
2010
2011
2012
28
Kebijakan Kepolisian
KEBIJAKAN POLMAS
(Skep Kapolri No. Pol. : Skep/737/XI/2005)
Nilai-2
Civil Police
Siskamswakarsa
Siskamling
POLMAS
(Perpolisian Masy.)
Sbg Falsafah
Merasuk dlm sikap & perilaku
setiap
anggota
Polri
dgn
menjunjung
tinggi
nilai-2
sosial/kemanusian
dan
menampilkan sikap serta saling
menghargai antara polisi dgn
warga masy. dlm rangka menciptkn
kondisi yg menjunjung kelancrn
peningktn kualitas hidup masy.
Community
Policing
Sbg Program/Strategi
Model perpolisian yg menekankan
kemitraan yg sejajar antara Petugas
Polmas
dgn
masy.
lokal
dlm
menyelesaikan & mengatasi setiap
permasalhn sosial yg mengancam
kehidpn masy. setempat dgn tujuan
mengurangi kej. & rasa takut akan kej.
serta meningkatkan kualitas hidup
warga setempat.
UNSUR UTAMA :
pemecahan masalah.
kemitraan
29 dan
Kebijakan Polmas
Tinjauan Akademis
Atas Kebijakan Polmas
(Social Disorganization Theory)
•Kegagalan program-2
penanggulangan kej. (Polmas):
“the failure of neighborhoods to
integrate themselves into the political,
economic and social systems in which
they are embeded may account
persimoniously for the presence of
apparently organized communities
that have traditions of high crime and
delinquency rates nonetheles” (R.J.
Bursik, Jr dan H.G. Grasmick, 1995)
Rekomendasi:
reformulasi pendekatan sistemik atas
program penanggulangan kej. (Polmas):
• Teraktualisasikan dlm suatu sistem
permukiman
(kerumahtanggaan)
yg
memadukan sistem formal dan sistem
informal
• Pencakupan jaringan hubungan yg
menyebar atas aneka Pok-2 masy.
setempat
• Penjalinan hubungan antara warga dan
rukun-2 keluarga masy. setempat dan
lembaga-2 publik dan privat tertentu
khususnya di wil. kota terkait pendistrib.
sumber daya (R.J. Bursik, Jr dan H.G.
30
Grasmick, 1995)
31
Catatan Akhir
PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI
● Pemikiran krim. : irrasional rasional : filosofis  positivis.
● Sumber/pot. kej. : bentuk fisik keturunan - genes – brain/nerveous system personality/behaviorism – lingk sosial  lingk politik.
● Ruang lingkup/cakupan : Diri/Indivlingk. dekat  komunitas  masy 
pem./kebijakan
● Validitas Teori : “No single theory, no single strategy and no single concept”
 kejahatan.
● Pergeseran Pendekatan :
Individual  Integral : Interdisciplinary Approach dan Theory Integration
“Propensity to commit crime “(criminality) dan “the event of crime” (crime).
32
Catatan Akhir
KEBIJAKAN KEPOLISIAN
 Pemberantasan judi/pungli : tidak komprehensif menyelesaikan masalah
(dampak penyalahgunaan kekuasaan/corruption)
 Pemberantasan “Preman”
- konseptual :
• Preventive detention does not reduce violent crime.
• Persistent thieves (crime as a choice)
 Peran & Kekuatan Kepol.
- Penambahan Kekuatan vs Trend Kej.
(kuantitatif, kualitatif dan perkemb. masy.)
- Peran : Crime prevention – crime control – public service.
- Polisi : Enforcing Law – Solving Social Problems
 Polmas :
- Pemahaman : Pemolisian vs Perpolisian
- Kebijakan : Skep 737 /2005 vs Perkap 7/2008
- Implementasi : Kebijakan vs Praktek
- Posisi lembaga : Unit Kepol. vs Pranata Sosial
33
Catatan Akhir
OBYEK PENELITIAN
 Penambahan kekuatan pers.
 Penambahan anggaran
 Uji coba program/perub. pendekatan
 Manfaat tilang (kecelakaan)
 Ancaman hukuman (ancaman pidana/vonis)
 Rasio penangkapan (arrest rate)
 Polisi pria vs perempuan
 Pelaku perempuan
 Razia narkoba
 Certainty vs serverity (persepsi & fakta)
 Polmas (kaitan dgn teori-2)
 Kalkulasi untung rugi
 Perilaku penjahat tertentu (teror, pembunuhan sadis, dll)
 Victimization survey
 Aspek moral (Soc. Control, Soc. Bonding, Shaming)
34
Catatan Akhir
PERAN MASY. KRIMINOLOGI
 Program
Pendidikan
:
Bagian
dari
“faculty
of
social
sciences/sociology”  school of crim  school of Crim. & CJS.
 Manfaat : “putting theory to work” (H. D. Barlow, 1995).
 Asosiasi: menyamakan persepsi & langkah utk mempengaruhi
kebijakan.
35
“Selamat belajar-mengajar
untuk kehidupan yang lebih baik”
36