KEBIJAKAN KEAMANAN    Penjelasan dokumen Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Penjelasan dokumen Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Mahasiswa melakukan identifikasi ketentuan-ketentuan yang.

Download Report

Transcript KEBIJAKAN KEAMANAN    Penjelasan dokumen Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Penjelasan dokumen Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Mahasiswa melakukan identifikasi ketentuan-ketentuan yang.

KEBIJAKAN KEAMANAN



Penjelasan dokumen Undang-undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Penjelasan dokumen Undang-undang No.
36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
Mahasiswa melakukan identifikasi
ketentuan-ketentuan yang relevan terhadap
penyusunan kebijakan keamanan
perusahaan yang dapat diturunkan dari
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen!



Mahasiswa melakukan identifikasi
ketentuan-ketentuan yang relevan terhadap
penyusunan kebijakan keamanan
perusahaan dapat diturunkan dari Undangundang No. 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi!
Penjelasan tentang contoh kebijakan
keamanan perusahaan yang cukup sesuai
dengan kondisi di PT X, yang diturunkan
dari ketiga dokumen diatas
Mahasiswa melakukan identifikasi SLA
untuk Puslahta STT Telkom!

Perencanaan kebijakan keamanan
perusahaan dapat dilakukan dengan
menggunakan acuan dari beberapa
dokumen yang diambil, antara lain:
◦ Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
◦ Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi;
◦ Service Level Agreement (SLA).

Berikut ini adalah pembahasan mengenai
acuan perencanaan kebijakankeamanan
perusahaan.
Ketentuan-ketentuan yang relevan terhadap
penyusunan kebijakan keamanan perusahaan dapat
diturunkan dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
1. Pasal 4
a. hak atas kenyamanan, keamanan dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya
atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi,
perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan
pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara
benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah:
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan
usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas,
dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi
penjelasan pcnggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen
secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan
standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk
menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa
tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian
atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
3. Pasal 16
Pelaku usaha dalam menawarkan barang
dan/atau jasa melalui pesanan dilarang
untuk:
a.tidak menepati pesanan dan/atau
kesepakatan waktu penyelesaian sesuai
dengan yang dijanjikan;
b.tidak menepati janji atas suatu pelayanan
dan/atau prestasi.
4. Pasal 19 ayat 1
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan /diperdagangkan.
5. Pasal 26
Pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib
memenuhi jaminan dan/atau garansi yang
disepakati dan/atau yang diperjanjikan.

Ketentuan-ketentuan yang relevan terhadap penyusunan
kebijakan keamanan perusahaan dapat diturunkan dari
Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi,
yaitu:
1. Pasal 16 ayat 1
Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau
penyelenggara jasa telekomunikasi wajib memberikan
kontribusi dalam pelayanan universal.
2. Pasal 16 ayat 2
Kontribusi pelayanan universal sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 berbentuk penyediaan sarana dan prasarana
telekomunikasi dan atau kompensasi lain.
3. Pasal 17
Penyelenggara jaringan telekomunikasi
dan/atau penyelenggara jasa elekomunikasi
wajib menyediakan pelayanan
telekomunikasi berdasarkan prinsip:
a. perlakuan yang sama dan pelayanan yang
sebaik-baiknya bagi semua pengguna;
b. peningkatan efisiensi dalam
penyelenggaraan telekomunikasi; dan
c. pemenuhan standar pelayanan serta
standar penyediaan sarana dan prasarana.
4. Pasal 21
Penyelenggara telekomunikasi dilarang melakukan
kegiatan usaha penyelenggaraan telekomunikasi
yang bertentangan dengan kepentingan umum,
kesusilaan, keamanan, atau ketertiban umum.
5. Pasal 22
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa
hak, tidak sah, atau memanipulasi:
a. akses ke jaringan telekomunikasi; dan/atau
b. akses ke jasa telekomunikasi; dan/atau
c. akses ke jaringan telekomunikasi khusus.
6. Pasal 32 ayat 1
Perangkat telekomunikasi yang diperdagangkan,
dibuat, dirakit, dimasukkan dan atau digunakan di
wilayah Negara Republik Indonesia wajib
memperhatikan persyaratan teknis dan
berdasarkan izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Pasal 38
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
dapat menimbulkan gangguan fisik dan
elektromagnetik terhadap penyelenggaraan
telekomunikasi.
8. Pasal 39 ayat 1
Penyelenggara telekomunikasi wajib melakukan
pengamanan dan perlindungan terhadap instalasi
dalam jaringan telekomunikasi yang digunakan
untuk penyelenggaraan telekomunikasi.
9. Pasal 40
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan
penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui
jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun.


Service Level Agreement (SLA) merupakan
perjanjian antara penyedia jasa dengan pelanggan
yang menjelaskan secara terukur layanan apa yang
akan disediakan.
Ketentuan-ketentuan SLA yang relevan terhadap
penyusunan kebijakan keamanan perusahaan
adalah sebagai berikut:
1. Pasal 2 ayat 1
PT X akan menyediakan layanan untuk PT Y yang
dijelaskan dalam Statement of Work menggunakan
segala cara yang dapat diterima untuk memenuhi
SLA.
2. Pasal 4 ayat 7
PT X akan menyediakan setiap perangkat
keras yang kompatibel dan berkualitas
termasuk perangkat lunak yang dibutuhkan
untuk memenuhi kewajiban sesuai
perjanjian ini, di sisi lain PT Y akan
menyediakan sendiri perangkat keras
internalnya.
3. Pasal 4 ayat 8
PT X bertanggung jawab untuk membuat backup
data setiap hari dan mengambil semua tindakan
yang bisa diterima untuk mencegah terjadinya
kerusakan di proyek yang disebabkan oleh apapun
kecuali Force Majeure.
4. Pasal 4 ayat 9
PT X bertanggung jawab untuk melindungi proyek
dari api, perampokan, pencurian, dan resiko
kerusuhan dengan biaya sendiri.
5. Pasal 4 ayat 10
PT X bertanggung jawab untuk memberikan
layanan seperti yang tercantum di dalam SLA
selama 24 jam per hari dengan toleransi 5%.
6. Pasal 4 ayat 11
Jika PT X gagal untuk menjalankan SLA (95% x 24 jam x 365
hari), PT X akan memberikan pembayaran ke PT Y sesuai
dengan formula berikut:
(X / Y) x W = A
X = Total jam kegagalan dalam periode kuartal;
Y = Total jam layanan dalam periode kuartal (dalam periode
kegagalan);
W = Tarif layanan per kuartal;
A = Nilai yang akan dibayarkan ke PT Y.
7. Pasal 10 ayat 1
PT Y menjamin bahwa setiap data dan informasi yang
disediakan oleh PT Y untuk PT X berkaitan dengan proyek di
sini tidak akan melanggar hak atas kekayaan intelektual
(intelectual proprietary right) dari pihak ketiga.
8. Pasal 10 ayat 2
PT X menjamin bahwa setiap perangkat lunak maupun program
komputer yang termasuk di dalam pengembangan aplikasi yang
berkaitan ke perjanjian serta proyek ini tidak akan melanggar
hak atas kekayaan intelektual (intelectual proprietary right) dari
pihak ketiga.


Mengacu ke data-data dokumen Undangundang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-undang
No. 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi, SLA, serta wawancara
maka dapat dibuat suatu kebijakan
keamanan perusahaan yang cukup sesuai
dengan kondisi di PT X.
Dokumen kebijakan keamanan perusahaan
dapat dijelaskan sebagai berikut.
◦ Dokumen Undang-undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
◦ Dokumen Undang-undang No. 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi
◦ Rekiardi, Penerapan Kebijakan Keamanan TI untuk
Layanan Data Center di PT X.