lainnya, terus menambah jumlah batang rokok yang dihisapnya dari waktu ke waktu. Rokok merupakan narkoba termurah dan dijual bebas.

Download Report

Transcript lainnya, terus menambah jumlah batang rokok yang dihisapnya dari waktu ke waktu. Rokok merupakan narkoba termurah dan dijual bebas.

lainnya, terus menambah jumlah batang rokok yang dihisapnya dari waktu ke waktu.
Rokok merupakan narkoba termurah dan dijual bebas. Dengan selembar uang Rp 1.000 seseorang sudah mampu mendapatkan sebatang rokok yang
mengandung 4.000 macam zat kimia. Tidak ada satu pun produk farmasi yang berisikan 4.000 macam zat kimia dapat dibeli dengan harga sedemikian
murah. Oleh karena itu, siapa pun mudah memperoleh sebatang rokok, dari mereka yang usia tua maupun anak Sekolah dasar (SD). Selain itu rokok juga
memberikan kenikmatan walaupun sementara dan hal inilah yang menjadi magnet bagi pribadi-pribadi labil yang tidak puas akan kenyataan hidup ini
atau bagi para remaja sebagai teman setia saat kumpul-kumpul.
Jadi tidak perlu heran jika merokok telah menjadi kebiasaan buruk yang popular di masyarakat. Berdasarkan laporan Breslau dkk (2001), 1 dari 4 orang
dewasa di Amerika Serikat memiliki ketergantungan terhadap nikotin, walaupun belakangan ini popularitas merokok di kalangan remaja Negeri Paman
Sam terus melorot. Penduduk Indonesia sendiri merupakan salah satu konsumen rokok terbesar di dunia, serta memiliki produksi rokok yang tidak kalah
besarnya pula. Fakta ini membuat berbagai perusahaan rokok asing, seperti Philip Morris, berebut pangsa pasar di negeri ini.
Dan akhirnya seiring impor rokok dan investasi dari negara maju yang semakin masif, penyakit-penyakit terkait dengan rokok juga diimpor. Penyakit
kardiovaskular dan kanker (terutama kanker paru) sekarang ini menduduki tangga teratas penyebab kematian di Indonesia, menggeser berbagai
penyakit infeksi.
Ada beberapa tahapan yang dialami seorang perokok hingga menjadi tahap ketergantungan. Tahap pertama adalah eksperimental atau coba-coba.
Mereka mulai menghirup rokok untuk mencari ketenangan, energi lebih, dan pelarian dari stress sehari-hari. Pada tahap ini seorang perokok merasa
yakin masih dapat mengontrol kebiasaannya untuk merokok.
Pada tahap selanjutnya, yaitu penggunaan rutin, perokok mulai dikendalikan oleh efek dasyat nikotin. Pada tahap ini penyangkalan memainkan peranan
penting. Perokok akan menyangkal bahwa ia tidak dapat mengendalikan lagi kebiasaannya merokok, menyangkal bahwa kebiasaannya itu dapat
menimbulkan berbagai penyakit fatal. Sebenarnya ia mengetahui bahaya-bahaya merokok, tetapi kenikmatan semu tersebut telah terlanjur menutupi
kecemasan dan akal sehatnya. Dengan penyangkalan ini, maka tidak heran kampanye anti-rokok yang mengusung berbagai bahaya merokok bagi
kesehatan menjadi mentah.
Tahapan terakhir adalah ketergantungan, di mana rokok sudah menjadi sahabat setia perokok setiap waktu, dan tanpanya, perokok akan mengeluh
berbagai macam kesengsaraan dari mulut pahit hingga demam. Dan selanjutnya, ia pun akan merokok lagi, bukan sekedar mencari kenikmatan seperti
tahapan awal melainkan untuk menghindarkan diri dari kesakitan.
Menilik bahwa rokok berawal dari coba-coba, rasa ingin tahu, maupun rasa setia kawan, maka tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pribadi
perokok adalah rentan juga terhadap narkoba lainnya. Rokok adalah pintu gerbang kepada narkoba lainnya. Kematian dikarenakan penyakit-penyakit
terkait rokok adalah lebih besar dari pada kematian karena narkoba jenis lainnya. Biaya negara untuk merawat penduduknya yang menderita penyakitpenyakit terkait dengan rokok juga lebih besar dibandingkan pendapatan dari pajak rokok.
Celakanya rokok adalah satu-satunya narkoba yang dapat menyerang orang yang tidak turut menggunakannya. Beberapa penelitian telah menyebutkan
bahwa perokok pasif memiliki risiko yang kurang lebih sama dengan perokok aktif untuk menderita penyakit jantung koroner, saluran napas, katarak dan
bahkan kanker paru. Sehingga tidak disangsikan bahwa rokok lebih berbahaya dibandingkan narkoba jenis lainnya.
Merokok bukanlah sekedar permasalahan kesehatan, tetapi melibatkan pula segi politik, bisnis, sosial pergaulan, psikologis, maupun kemiskinan.
Walaupun telah diketahui risiko dari rokok sedemikian besar, adalah mustahil untuk melarang pabrik rokok untuk beroperasi. Industri rokok adalah
tempat perputaran uang yang hebat berupa lapangan kerja serta penyumbang pajak terbesar bagi negara. Beberapa orang terkaya di negeri ini berasal
dari industri rokok. Rokok sudah lama menjadi sponsor utama berbagai program olahraga, terutama sepak bola yang sangat popular di masyarakat. Iklan
rokok selalu menampilkan sosok pria yang maskulin dan jiwa petualang sehingga mampu merebut hati para remaja yang memang masa penuh mimpi
untuk menjadi idola. Dengan demikian, apalah artinya himbauan kecil bahaya merokok bagi kesehatan yang tertera di bungkus rokok dibandingkan iklan
rokok yang begitu megah. Hal inilah yang menjadikan rokok sebagai salah satu narkoba yang ‘dilegalkan’. Bahkan selama ini ketika kasus narkoba terus
bergejolak, rokok selalu terabaikan sebagai akar masalah narkoba. Bagaimana mungkin kita hendak melenyapkan ilalang tanpa mencabut akarnya?
Walaupun rokok dibentengi dengan kokoh oleh unsur politik dan bisnis, bukan berarti upaya memerangi rokok harus terhenti di tengah jalan. Upaya
kampanye anti-rokok harus terus menerus digalakkan, namun dengan berbagai pendekatan lain. Selama ini pendekatan dengan mengedepankan