Cara Berfikir Etis Ferly David, M.Si. Kasus Parlin  Parlin meminta ijin ayah dan ibunya untuk pergi ke pesta ulang tahun seorang temannya.  Mereka.

Download Report

Transcript Cara Berfikir Etis Ferly David, M.Si. Kasus Parlin  Parlin meminta ijin ayah dan ibunya untuk pergi ke pesta ulang tahun seorang temannya.  Mereka.

Cara Berfikir Etis
Ferly David, M.Si.
Kasus Parlin
 Parlin meminta ijin ayah dan ibunya
untuk pergi ke pesta ulang tahun
seorang temannya.
 Mereka mengijinkan dengan satu syarat:
Parlin sudah harus kembali di rumah
sebelum jam 11 malam. Parlin berjanji,
lalu pergi.
 Tetapi apa yang terjadi? Ia baru kembali
pukul 2.00 pagi. Parlin mengatakan, ia
tidak ingin melanggar janjinya, tetapi ia
tidak mempunyai pilihan lain.
 Di Pesta, tidak ada seorangpun temannya
yang pulang sebelum pukul 11. Ketika ia
pamit, semua teman menertawakan dan
mengejek dia. Karena itu, ia tidak jadi
pulang. Ia tidak mau jadi malu.
 Dan sesudah itu, walau ia tahu bahwa ia
sudah terlambat, ia masih harus
mengantar dua teman wanitanya pulang.
Maklum rumah mereka jauh dan hanya
Parlin yang yang membawa mobil.
 Parlin berkata: “Saya mengakui salah,
tetapi saya tidak bisa berbuat lain”.
 Mendengar itu, ayah Parlin
berkata: “Parlin, aku
memahami keadaanmu. Tetapi
ketahuilah, bahwa janji adalah
janji. Dan janji harus ditepati.
 Apapun alasannya, engkau
tetap bersalah. Dan karena itu,
engkau harus dihukum.
 Ibu Parlin protes. “Aku tahu,
bahwa si Parlin memang
bersalah. Ia sudah mengakuinya.
Tetapi mengapa ia harus
dihukum.
 Parlin toh tidak berbuat jahat.
Maksudnya baik. Ia malah
mengantar teman-teman
wanitanya pulang. Ini kan
perbuatan luhur?
Siapa Yang
paling Etis?
Parlin, Ayah
atau Ibunya?
Cara Berfikir Etis:
Ayah
Benar atau salah
Aturan /
Hukum /
Norma
Tindakan benar jika sesuai
dengan hukum atau aturan, dan
salah jika melanggarnya
Kamu salah karena
Tidak menepati janji
Deontologis
 Memberi pegangan
yang tegas dan jelas.
Pemikir Deontologis
 Bertindaklah
atas dalil
bahwa apa
yang anda
lakukan itu
sebagai hukum
yang universal
Immanuel Kant
Persoalan dan Ekses negatif
Berfikir Deontologis
 Persoalannya: Bagaimana membuat hukum bagi
setiap kemungkinan tindakan?
 Hukum “jangan membunuh”  Bagaimana:
ketika perang? ketika membela diri? Hukuman
mati?
 Perjanjian Bisnis  Bagaimana diaturnya?
LEGALISME:
 Hukum tidak melayani manusia,
tetapi manusia melayani hukum.
 Kasus Nenek yang tergelincir di
salju atau
 Kasus “safety belt”
Cara Berfikir Etis: Ibu
Baik atau Jahat
Tindakan dinilai sebagai baik jika
tujuannya baik, atau jahat jika
tujuannya jahat.
Tujuan &
Akibat.
Parlin memang salah,
tapi tidak jahat.
Tujuannya baik.
Teleologis
 Hukum bukan
diabaikan, tetapi itu
bukan ukuran terakhir.
Pemikir Teleologis
 The greatest number
good for the greatest
number (Sebuah
tindakan baik jika
bertujuan dan
berakibat membawa
kebaikan paling
besar bagi sebanyak
mungkin orang)
John Stuart Mill
Persoalan dan Ekses negatif
Berfikir Teleologis
 Persoalannya: Bagaimana menentukan ukuran
obyektif tentang tujuan yang baik atau jahat.
 Baik untuk siapa? (Keputusan USA menyerang
Irak?)
 Menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan
HEDONISME:  Kasus Robin Hood.
 Kasus Kekerasan agama
Cara Berfikir Etis: Parlin
Situasi &
Kondisi
Tepat atau Tidak
Tindakan disebut tepat atau
tidak tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Saya mengakui salah,
Tapi tidak bisa berbuat lain.
Kontekstual
 Meletakkan situasi dan
kondisi tertentu sebagai
pertimbangan pokok.
Pemikir Kontekstual
 Yang paling penting
bukanlah “apa yang
secara universal
benar atau baik”,
tetapi apa yang
secara kontekstual
paling “bertanggungjawab”
Richard H. Niebhur
Persoalan dan ekses negatif
Berfikir Kontekstual
 Persoalannya: Situasi dan kondisi itu
bersifat subyektif, jadi bagaimana
menentukan ukuran obyektif pada
tindakan.
 Relativisme (merelatifkan
semua norma) dan
subyektivisme (menempatkan
pertimbangan diri sendiri
SITUASIONAL secara mutlak)
 Kasus pembuatan SIM / Tilang.
 Kasus pengurusan pajak
Jadi Bagaimana?
 Tidak ada cara berfikir yang
“paling etis”
 Setiap cara berfikir punya
kekuatan dan kelemahan.
 Seseorang bisa saja
(seharusnya!) untuk suatu
masalah menggunakan
beberapa cara berfikir yang
berbeda-beda
 Yang perlu diusahakan adalah
tindakan apa yang paling
benar, baik dan tepat.
Pertanyaan Pengarah
1. Jelaskan Yang dimaksud dengan pengambilan
keputusan etis!
2. Jelaskan cara berfikir deontolgis! Apa
keunggulan cara berfikir ini, dan apa
kelemahannya?
3. Jelaskan cara berfikir teleologis! Apa keunggulan
cara berfikir ini, dan apa kelemahannya?
4. Jelaskan cara berfikir kontekstual! Apa
keunggulan cara berfikir ini, dan apa
kelemahannya?
5. Cobalah meliha satu kasus dengan menganalisis
cara berfikirnya. Cara berfikir mana yang
digunakan seseorang untuk menilai suatu
tindakan.