ْ ْ ْ َ ُ س ان س ن إل ا ف ن َ ِ ِ JIWA MANUSIA ْ ْ ْ ان س ن إل ا سُ ف ( َ )E 4 ن َ ِ ِ ان َن ْفسُ ْاإلِ ْن َس ِ اَلرُّ ْو ُح اَ ْل َه َوى اَ ِّلذ ْك ُر اَل.

Download Report

Transcript ْ ْ ْ َ ُ س ان س ن إل ا ف ن َ ِ ِ JIWA MANUSIA ْ ْ ْ ان س ن إل ا سُ ف ( َ )E 4 ن َ ِ ِ ان َن ْفسُ ْاإلِ ْن َس ِ اَلرُّ ْو ُح اَ ْل َه َوى اَ ِّلذ ْك ُر اَل.

ْ
ْ
ْ
َ
ُ‫س‬
‫ان‬
‫س‬
‫ن‬
‫إل‬
‫ا‬
‫ف‬
‫ن‬
َ
ِ ِ
JIWA MANUSIA
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ان‬
‫س‬
‫ن‬
‫إل‬
‫ا‬
‫سُ‬
‫ف‬
‫(‪َ )E 4‬ن‬
‫َ‬
‫ِ ِ‬
‫ان‬
‫َن ْفسُ ْاإلِ ْن َس ِ‬
‫اَلرُّ ْو ُح‬
‫اَ ْل َه َوى‬
‫اَ ِّلذ ْك ُر‬
‫اَل َّن ْفسُ اَ ْل ُم ْط َم ِئ َّن ُة‬
‫اَلُّ ْو ُح ‪ /‬اَ ْل َه َوى‬
‫اَلرَّ ْأ ُ‬
‫ي‬
‫اَل َّن ْفسُ اَللَّ َوا َم ُة‬
‫اَ ْل َه َوى‬
‫اَلرُّ ْو ُح‬
‫اَل َّش َه َو ُ‬
‫ات‬
‫ارُُ ِِالس ُّْو ِء‬
‫اَل َّن ْفسُ ْاألَ َّم َ‬
NAFSU
• NAFSU ada pada manusia setelah bercampur
JASAD dan RUH (7:172. 39:42)
JASAD + RUH = NAFSU
JASAD – RUH (tidur) = TIDAK ADA NAFSU
RUH – JASAD (mati) = TIDAK ADA NAFSU
• Nafsu yang pertama ada adalah nafsu yang
mengakui Allah SWT sebagai Tuhan
• 7:172
ُ ‫َوأَ ْشهَ َدهُ ْم َعلَى أَ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْس‬
‫ت ِِ ََِك ُُ ْم ََللُا َِلَى َش ِه ْدنَل‬
Fluktuatif
• Kondisi jiwa manusia tidak pernah statik,
tapi dinamik (fluktuatif)
– Saat dzikir menonjol  nafsu akan tenang
13:28
– Saat akal menonjol  nafsu terombang-ambing
– Saat syahwat menonjol  nafsu tak terkawal
• Mengawal jiwa sangat penting dalam
kehidupan muslim  selamat dunia akhirat
RUH dan HAWA
• Ruh
– Allah SWT memuliakan ruh sehingga
menyandingkan ruh dengan DiriNya (32:9)
‫وح ِِه‬
ِ ‫( ُر‬ruhNya)
– Ini seperti pada kalimat ‫( بيتِهللاِتعالى‬rumah
Allah Ta’ala) dan ‫( ناقةِهللاِتعالى‬unta Allah
Ta’ala)
– Juga sebagai pemberitahuan bahwa ruh itu
adalah makhluk yang menakjubkan dan ciptaan
yang belum pernah ada sebelumnya
RUH dan HAWA
• Hawa (‫) لهاى‬
– Berarti KEINGINAN: baik ataupun buruk
– Mengikuti hawa berarti mengikuti apa saja
keinginannya, baik ataupun buruk, tanpa
batasan
– Ia seperti BINATANG
– Ada manusia yang menuhankan hawa-nya
(25:43, 45:23) ُ‫( إِلَ َههُِ َه َوا ِه‬tidak ada yang sesuatu
yang diingini kecuali diikutinya)
Ruh Mendominasi Hawa (1)
• Jika kondisi RUH kita dominan atas hawa:
• Manusia akan ringan untuk beribadah,
berkorban, berjihad, dll
• Hilanglah kemalasan untuk beribadah
• Jiwanya menjadi tenang karena banyak
dzikrullah (13:28)
• Mampu mencegah dari perbuatan keji dan
munkar (29:45)
Ruh Mendominasi Hawa (1)
• Oleh karena itu, agar kondisi ini (ruh
dominan atas hawa) maka PERLU
MEMPERBANYAK DZIKRULLAH
• Jiwa yang selalu tenang itu disebut dengan
‫( اَل َّن ْفسُ اَ ْلم ُْط َم ِئ َّن ُة‬29:27-30)
ْ ‫اَل َّن ْفسُ اَ ْلم‬
‫ُط َم ِئ َّن ُة‬
• ‫ِ َواتِّ َك َلِ َعلَيْه‬،ِ‫سلِ َمِألَ ْم ِر ِه‬
ُ ‫َحا ٌلِ َم ِنِا ْط َمأَنَّتْ ِنَ ْف‬
َ َ‫ ف‬،ِ‫سهُِإِلَىِهللاِِتَ َعالَى‬
(keadaan orang yang jiwanya tenang kepada Allah
Ta’ala, sehingga ia menerima perintahNya dan
bertawakkal kepadaNya)
• Jiwa yang tenang dan yakin: yakin bahwa Allah
adalah Tuhannya, maka ia tunduk kepadaNya
• Jiwa yang meyakini dan tenang dengan pahala
Allah
• Jiwa yang ridho dengan ketetapan Allah
ْ ‫اَل َّن ْفسُ اَ ْلم‬
‫ُط َم ِئ َّن ُة‬
• Jiwa ini, istiqamah di atas taubatnya hingga
akhir kehidupan, lalu menyusuli
kekurangannya dan tidak berkeinginan
untuk mengulangi dosa-dosanya, kecuali
ketergelinciran yang tidak dapat dihindari
kecuali oleh para Nabi
• Ia dapat juga tidak terlepas dari perlawanan
hawa nafsu tetapi serius dalam melakukan
mujahadah dan menentangnya
Panggilan Mulia
• Panggilan oleh malaikat dengan ungkapan seperti
pada ayat-ayat dilakukan 2 kali: menjelang ajal
dan saat dibangkitkan dari kubur
– Allah memanggil dengan panggilan yang sangat lembut
dan mulia
– Tempat kembali (rumahnya): di sisi Allah + kepuasan
– Kawan-kawannya: hamba-hamba Allah
– Masuk sorga
Wafatnya Ibnu Abbas
• Saat Ibnu Abbas wafat di Thaif, terbanglah
makhluk yang tidak pernah terlihat sebelumnya
berbentuk seperti Ibnu Abbas. Makhluk itu masuk
ke dalam katilnya dan tidak pernah kelihatan lagi
keluar dari padanya. Ketika jenazah Ibnu Abbas
diletakkan di dalam liang kuburnya, terdengarlah
ada yang membaca ayat tersebut di pinggir
kurubnya tanpa ada yang mengetahui siapa yang
membacanya (Ibnu Abu Hatim)
Abu Hasyim
• Dalam buku Kitabul ‘Aja’ib (Ibnul Mundzir al-Harawi)
disebutkan:
• Abu Hisyam (Qabbats bin Razin) menceritakan: kami
ditawan di negeri Romawi dan mengumpulkan semua
tawanan, serta menawarkan agamanya. Siapa yang
menentang, dipenggal kepalanya. Sudah tiga yang murtad.
Saat dipenggal yang keempat, kepalanya dilempar ke
sungai. Semula tenggelam lalu mengambang, memandang
semua kawan yang telah murtad, memanggil satu per satu,
lalu membacakan ayat-ayat tersebut, lalu tenggelam lagi.
Hampir semua orang nasrani masuk Islam dan bertobatlah
ketiga temannya itu. Khalifah Abu Ja’far al-Mansur
mengirim pasukan untuk membebaskan mereka
Doa Memohon Jiwa yang Tenang
ِ
ِ
ِّ
‫ تُ ْؤِم ُن‬،ً‫ك ُمطْ َمئِنَّة‬
‫ب‬
‫ا‬
‫س‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ك‬
‫ل‬
‫أ‬
‫َس‬
‫أ‬
‫ي‬
‫ن‬
َ
ُ
ْ
َ ً َ َ ْ ‫ إ‬،‫اللّ ُه َّم‬
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
‫ك‬
‫ائ‬
‫ط‬
َ
‫ب‬
ُ
‫ن‬
‫ق‬
‫ت‬
‫و‬
،
‫ك‬
‫ائ‬
‫ض‬
‫ق‬
‫ب‬
‫ى‬
‫ض‬
‫ر‬
‫ت‬
‫و‬
،
‫ك‬
‫ائ‬
‫ق‬
‫ل‬
َ
ْ
َ
َ
َ َ ُ َ ََ َ َ
َ ْ ََ َ ‫ب‬
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepadaMu jiwa yang tenang kepadaMu, yakin
dengan pertemuanMu, ridho dengan
ketetapanMu, dan qana’ah dengan
pemberianMu
Dzikir dalam Semua Kondisi
• 3:191 mengarahkan agar dzikir dalam
segala kondisi (berdiri, duduk, berbaring)
• Kedudukan dzikir
1. Bahan dan jalan untuk mencapai kebahagiaan
(‫الس َع َاد ِة َو َسبِْي لُ َها‬
َّ ‫)م‬
َّ ُ‫ادة‬
َ
2. Benteng dari godaan syaitan dan bisikannya
ِ ‫س عن نَزع‬
ِ)
ِ َ‫ات الشَّيط‬
ِ
‫ص‬
‫ح‬
‫ن‬
‫ف‬
َّ
‫الن‬
(ِِ ِ‫ان َوَو ْس َو َسِت‬
ْ
َ
َ
ْ ْ
ْ
ُْ
3. Senjata dan perisai mu’min (ُُِ‫) ِسالَ ُح الْ ُم ْؤِم ِن َو ُجنَِّت‬
RUH – HAWA Sama Dominan
• Ada dua keadaan
1. Ia menempuh jalan istiqamah dan induk-induk ketaatan
dan meninggalkan semua dosa besar, tetapi tidak dapat
terlepas dari dosa-dosa yang membelitnya, meskipun dia
tidak sengaja melakukannya, lalu menyesalinya
2. Bertahan di atas istiqamah tapi beberapa saat kemudian
dikalahkan oleh syahwat dalam sebagian dosa sehingga
dia melakukannya secara sengaja dan dengan syahwat
karena ketidakmampuan mengalahkan syahwat, tapi ia
tetap tekun melakukan ketaatan
‫النَّ ْفسِاللَّ َّوا َمة‬
• Keadaan 1 disebut NAFSU LAWWAMAH
(jiwa yang selalu mencela berbagai keadaan
tercela yang tidak disengaja) 75:2
• Tingkatannya di bawah nafsu muthmainnah
• Ia mesti memperbanyak kebaikan agar
memperberat timbangan amal baiknya
• 53:32 setiap dosa kecil yang tidak disengaja
disebut lamam yang dimaafkan
‫النَّ ْفسِاللَّ َّوا َمة‬
• Allah tetap memuji jiwa ini sekalipun
mereka menganiaya diri sendiri (3:135)
• Sabda Nabi SAW
ِ
ِ
ِ
ِ
َ
‫َحيَان ًا‬
‫أ‬
‫ل‬
‫ي‬
‫م‬
‫ي‬
‫و‬
‫ا‬
‫ان‬
‫ي‬
‫ح‬
‫أ‬
‫ء‬
‫ي‬
‫ف‬
‫ي‬
‫ة‬
‫ل‬
‫ب‬
‫ن‬
‫الس‬
‫ك‬
‫ن‬
‫م‬
ْ ُ ْ َ َ ً َ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ ُّ َ ُ ‫اَل ُْم ْؤ‬
Mu’min itu seperti benih, kadang kembali
lurus dan kadang condong (HR Ibnu Ya’la
dan Ibnu Hibban)
ُ‫لنَّ ْفسُ ْل ُم َس كالَة‬
• Keadaan 2 disebut ُ‫( لنَّ ْفسُ ْل ُم َس كالَة‬jiwa yang selalu
menggoda) 9:102
• Ia berada di tepi antara nafsu yang di atas, dengan
nafsu yang di bawah (akan dijelaskan kemudian)
– Ketekunannya dalam ketaatan dan kebenciannya
terhadap dosa menimbulkan harapan taubatnya diterima
Allah
– Penundaan taubat akan sangat berbahaya, jika sebelum
bertaubat sudah dicabut nyawanya
– Jika syahwatnya terus menguasainya, maka ia jatuh
nafsu yang rendah
HAWA Mendominasi RUH
• Mungkin pernah bertaubat, tapi sesaat
kemudian kembali melakukan dosa atau
banyak dosa tanpa berhasrat untuk bertaubat,
tanpa menyesali perbuatannya, bahkan
tenggelam dalam dosa (25:43, 45:23)
• Jiwa ini disebut ‫َّارُُ ِِال ُّس ْو ِء‬
َ ‫( اَل َّن ْفسُ ْاألَم‬jiwa yang
selalu memerintahkan kejahatan), yang lari
dari kebaikan
Didustakan atau Dibunuh
• Inilah perilaku Bani Israil:
– Setiap datang seorang rasul kepada mereka
dengan membawa apa yang tidak diingini oleh
hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari
rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian
yang lain mereka bunuh (2:87, 5:70)
– Hawa nafsu yang mendominasi mereka
membuat mereka sombong dan ingkar lalu
mendustakan atau membunuh
Potensi Su’ul Khatimah
• Jiwa ini dikhawatirkan menemui su’ulkhatimah dan urusannya terserah Allah
– Jika diakhiri dengan keburukan maka menjadi
orang yang celaka selama-lamanya
– Jika diakhiri dengan kebaikan hingga mati di
atas tauhid, maka masih punya penantian
dibebaskan dari neraka sekalipun setelah
beberapa waktu, dan tidak mustahil termasuk
dalam pengampunan umum disebabkan oleh
hal tersembunyi yang tidak kita ketahui
Mujahadah
• Agar jiwa tetap berada dalam kondisi
muthmainnah, mesti ada kesadaran yang
terus-menerus (‫) ِإل ْنتِبَلهُ ل َّد ئِ ُم‬
• Ini memerlukan dzikir yang juga terusmenerus (َِ ‫ ) َد َو ئِ ُم ل كذ ْك‬dengan dibarengi
keyakinan akan dampak dan manfaat dzikir
• Ini tidak mudah, mesti dengan
MUJAHADAH
‫وهللا أعلم بالصواب‬